Malam semakin larut, lampu operasi juga baru di matikan. Kondisi Lecy saat ini masih dalam pengawasan, dokter meminta Lecy untuk di tempatkan di ruang ICU hingga waktu yang tak di tentukan.
Tusukan itu berhasil melukai perutnya cukup dalam, bahkan Lecy harus menerima tranfusi darah selama operasi nya berjalan.
"Pulanglah, biarkan aku yang menjaganya disini."
"Nggak."
"Jangan membantah, " seru Ardan.
"Lihatlah anak kita, sudah semalaman dia disini bersama kita. Apa kamu nggak memikirkan kenyamanannya juga ?" lanjutnya berusaha tenang.
Tian terdiam, ia sesekali menatap anaknya yang sedang terlelap dalam gendongannya. Ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya ketika menatap wajah pulas anaknya.
"Om, tolong antar istri juga anakku pulang. Om juga istirahatlah, biar aku yang disini menjaga Lecy." pintanya pada Beno yang terlihat juga enggan meni
Matahari semakin terik menyinari, langkah kaki terdengar berderap berjalan dengan begitu tergesa-gesa.Siang ini kondisi Larasati tiba-tiba memburuk, dokter sudah menyampaikan kemungkinan buruk jika kondisi ini terus berlanjut.Wirma tak tahu harus bagaimana lagi, ia tak ingin menyiksa ibu nya semakin jauh namun ia juga tak bisa melepaskan ibu nya begitu saja tanpa ingin berusaha."Semua akan baik-baiks aja," ucap Dewi mengusap bahu suaminya agar tenang.Melihat Wirma yang begitu rapuh membuat hati Dewi terasa begitu sakit, ia memeluk erat tubuh rapuh itu dengan penuh sayang. Mengusap hingga membelai tubuh Wirma untuk memberikannya ketenangan.Namun tiba-tiba tubuh Larasati mengalami kejang, Wirma begitu panik hingga berlari meninggalkan Dewi. Ia menangis memanggil nama ibu nya dengan penuh harap.Wirma terus memanggil dengan suara serak nya, air matanya tak
Hari itu juga Larasati di kebumikan , hari dimana semua keluarga Wirma begitu berduka. Sayangnya Lecy tak bisa meninggalkan rumah sakit tempat nya di rawat.Dokter melarang melihat kondisi Lecy yang masih tak stabil, terlebih ia baru saja sadar dan melewati masa kritisnya.Seorang diri di dalam ruangan bernuansa putih itu membuat Lecy tak bisa menahan segala kesedihannya, ia terus menangis bahkan merasa begitu sesak dalam dadanya.Suster yang melihat itu dengan terpaksa menyuntikkan obat penenang pada Lecy, ia juga memasang oksigen untuk membantu pernafasan Lecy."Bagaimana?" tanya dokter yang baru saja tiba."Pasien tadi mengalami sesak nafas, Dok. Saya menyuntikkan obat penenang juga memasang alat bantu pernafasannya." ujar suster yang menangani Lecy saat ini.Setelah memastikan Lecy lelap dalam tidurnya, keduanya pun keluar meninggalkannya.
Pagi ini di warnai dengan suara menggema dari Sandria yang terus menerus mengganggu adik kecilnya, yaitu Cyra.Sandrina merasa kesal sebab Cyra yang sekarang tak lagi ingin di cium seperti dulu kala. Ia begitu kesusahan hanya untuk mendapatkan satu kecupan dari adik kesayangannya itu."Ayolah dek, satu kecupan saja kenapa sih susah banget sekarang." kesalnya.Ardan hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah polah kepanakan nya itu.Sedang Cyra yang melihat kedatangan Axel segera berlindung di balik tubuh sang kakak."Kenapa?" tanya Axel heran."Tolongin kak, aku mau di cium-cium kak Sandrina itu."Sandrina yang merasakan bahaya segera menghentikan langkah kakinya dan benar saja, Axel sudah menghujaninya dengan tatapan elangnya."Sudah-sudah, ayo semuanya makan. Dan kamu Cyra, cepat sarapan karena nanti bisa te
Selama di perjalanan Gabriel hanya diam, ia seolah tenggelam dengan pikirannya sendiri.Cyra terus menatapnya, mengamati kakaknya yang terasa berbeda semenjak di sekolah tadi."Apa yang mengganggu kakak?" tanya Cyra."Nggak ada kok, tenang aja." mengacak kepala adik kesayangannya itu.Mata Gabriel tak lepas menatap wajah teduh adiknya itu, ia terus membayangkan jika saja dirinya tadi terlambat. Apa yang akan terjadi dengan adik kesayangannya ini."Maaf." ujar nya tiba-tiba."Apa ini masih tentang Tander?'" membuat Gabriel mengangguk kan kepalanya.Crya menghela nafasnya, ia sudah bisa menebak apa yang membuat kakaknya yang biasa ceria itu menjadi murung."Sudah aku katakan bukan, ini bukan salah kakak atau salah siapapun. Tander nya aja yang emang kurang kerjaan."Tak terasa mobil suda
Tiba-tiba Gabriel datang dan langsung menendang tangan Tander yang berusaha membuka pakaian atas pelayan.Semua orang terkejut melihat kejadian yang begitu cepat itu, tak terkecuali para kawan Gabriel yang tak tahu kapan datang nya."Kapan dia datang ya?"Semua mengangkat bahunya, terdiam melihat Gabriel menghajar Tander dengan kawan-kawannya.Puas melampiaskan amarah nya, Gabriel segera bergabung bersama kawannnya. Namun sebelum itu ia memanggil manager cafe dan menjelaskan kejadian nya.Tander beserta kawan-kawannya terpaksa menahan malu saat beberapa satpam mengusir nya dengan kasar.Gabriel merasa kehausan setelah melepas amarahnya, ia pun duduk dan langsung menenggak minuman salah satu kawannya.Ia merasa cukup lega setelah menghajar Tander yang berani melukai adiknya, ia merasa harusnya sejak di sekolah ia menghajar laki-laki
2 minggu kemudian,Hari ini adalah hari dimana Gabriel juga Cyra selesai menjalani ujiannya. Sesuai janji, Axel akan membebaskan Gabriel bermain dengan kawan-kawan nya.Hal itu membuat Cyra merasa kesal, pasalnya jika Gabriel bermain bersama temannya maka ia akan merasa kesepian.Sandrina sendiri sudah mulai memegang perusahaan Ayah nya, ia sudah mulai sibuk semenjak hari pertama nya.Hari kebebasan Niken sudah terlewat, namun hingga detik ini semua masih aman terkendali.Anak buah Axel kehilangan jejak ketika mengikuti Niken selepas dari penjara, kemungkinannya Niken tahu jika sedang di awasi seseorang.Tak ingin mengambil resiko, Ardan memperketat semua penjagaan nya. Mulai dari rumah hingga semua anggota keluarga nya.Namun Cyra tahu jika daddy nya menyiapkan beberapa penjaga untuk melindungi nya, ia merasa risih dan merasa
Sebagai seorang ibu Tian merasakan kekhawatiran yang teramat cemas, terlebih ia sama sekali tak bisa menghubungi kedua anak nya itu.Tian bangkit dari ranjangnya, berjalan perlahan menuju balkon kamarnya.Dengan perlahan ia membuka pintu balkon dengan sangat hati-hati, ia tak ingin membangunkan suaminya yang tengah terlelep dalam mimpi nya.Tian duduk termenung seorang diri, menikmati angin malam dengan pemandangan pekat nya malam."Di mana mereka ini, kenapa nggak ada satu pun yang bisa di hubungi." kesal nya.Tian terus menatap ponselnya, ia berharap ada satu pesan dari salah satu anak nya. Namun hingga langit akan bergati warna, satu pun pesan nya tak ada yang terbaca.Dirinya benar-benar mencemaskan putra putri nya, terutama Cyra anak gadis yang menjadi kesayangan bagi keluarga kecil nya."Kalian sebenarnya sedang apa sih, kenapa ngga
"Biarkan saya yang membawa nya, Tuan.""Saya yang akan membawanya masuk, siap kan saja keperluannya.""Baik," patuh nya dengan penuh hormat.Semua pelayan menyambut kedatangan tuan nya, beberapa dari mereka nampak terkejut melihat tuan nya datang dengan seseorang."Apa kamar saya sudah di bereskan?""Sudah, Tuan. Semua keperluan anda sudah siap seperti sebelum nya."Laki-laki itu nampak berjalan dengan begitu hati-hati. Dengan sebelah kaki nya ia membuka pintu kamar mewah nya.Begitu hati-hati ia merebahkan tubuh Cyra di atas ranjang king size nya.Tok... tok.."Masuk," getar suara maskulin nya."Permisi, Tuan. Semua yang anda minta sudah siap. Semua nya ada di ruang sebelah kamar anda.""Han, panggilkan dokter. Gadis ini sejak tadi sama sekali tidak mengg