Semua orang tercengang dengan apa yang baru saja Mark sampaikan, bagaimana bisa anak Ardan bisa berada bersamanya sedang orang tuanya sendiri ada di negara yang sama dengannya.
Begitu banyak pertanyaan yang ingin di sampaikan, namun semua terpaksa tertahan saat tiba-tiba Beno datang menemui Mark di rumahnya.
Ben datang dengan wajah tak bersahabat nya, ada guratan kepanikan juga rasa khawatir di sana yang tergambar jelas diwajahnya.
Keduanya menghilang meninggalkan Sarah dengan semua temannya disana, sedang ia melangkah masuk dengan begitu tergesa-gesa.
"Sarah, ada apa sih? Kok kelihatannya serius gitu?"
"Mana gue tahu, gue juga kaget om Beno sampai sini." jawab Sarah tanpa menatap Ambar di sebelahnya.
Bayu mengabaikan semuanya, ia begitu fokus pada bayi yang saat ini ada di pangkuannya. Bayi yang begitu tampan dengan pipi gembul nya benar-benar menarik
Arnold yang tak bisa mengendalikan dirinya melempar sebuah vas kristal, namun tanpa ia duga Rosalia masuk dan harus menjadi sasaran dari lemparannya."Sayang.""Aw."Rosalia memekik saat sebuah benda menghantam keningnya dengan begitu keras."Astaga sayang."Arnold segera berlari menghampiri Rosalia yang tengah terduduk dengan memegangi keningnya."Sayang, sayang maafkan aku. Aku sungguh tak sengaja."Rosalia tak bergeming sedikitpun, ia merasakan nyeri begitu hebat di kepalanya terutama bagian keningnya yang baru saja terkena hantaman."Biarkan aku lihat, lepaskan dulu tangannya."Perlahan Arnold melepaskan tangan istrinya, Rosalia meringis saat tangan suaminya tanpa sengaja mengenai lukanya.Arnold begitu terkejut ketika melihat luka yang ia sebab kan kepada istrinya, bukan
Ardan masih tak percaya dengan apa yang di lihatnya, bayi mungil yang begitu menggemaskan tertidur dengan memeluk sebelah tangannya.Sedang di sampingnya juga terlelap wanita yang begitu di cintai nya, wanita yang menjadi pusat dari dunianya."Aku benar-benar bersyukur dengan apa yang telah aku miliki saat ini. Istri yang baik juga bayi yang begitu tampan seperti ku." kekeh nya sendiri.Tangannya terulur membelai wajah Tian yang tengah tertidur menghadapnya, sedang tangannya memeluk bayi kecilnya."Kalian berdua segalanya bagi saya, kalian adalah hidup saya."Ardan bergantian mengecup anak juga istrinya, sebelum akhirnya ia juga terlalap dalam tidurnya.Pukul lima pagi Tian terbangun lebih dulu, pemandangan yang pertama di lihatnya adalah kedua lelakinya yang tengah terjaga dalam mimpinya."Morning my king and my
Hari ini Ardan membawa keluarganya untuk datang mengunjungi Larasati di rumah sakit. Walau belum sadar namun Ardan berharap ia tetap mendengar apa yang nantinya akan ia sampaikan.Setelah melepas semua sahabatnya pergi, barulah ia juga keluargannya ikut pergi meninggalkan kediaman milik Mark tersebut.Sepanjang jalan tak hentinya baby Axel terus berceloteh dengan bahasanya, tak jarang pula ia meraih tangan Ardan hanya untuk di gigitnya."Ayolah boy, ini tak sakit sama sekali tujukkan kekuatanmu." seru Ardan ketika lagi-lagi Axel memasukkan jarinya ke dalam mulutnya."Perhatikan ucapanmu Kak, bayimu ini masih begitu kecil."Ardan terkekeh melihat wajah cemberut istrinya, ingin sekali ia mengecup bibir ranum itu jika saja tak mengingat ada putranya.Sesampainya di rumah sakit, Ardan segera membawa masuk keluarganya. Namun sepanjang jalan ia merasa seperti ada y
Lecy tersenyum puas saat berhasil mengusir Niken dari rumah milik kakaknya, ia tak hentinya tertawa mengingat wajah Niken ketika di usir nya."Non, ini minum nya." ucap pelayan meletakkan orange jus nya.Terlalu lama tertawa membuat Niken haus di buatnya, rasanya kering sudah tenggorokannya."Apa yang membuatmu begitu bahagia?"Niken tersedak minumannya saat mendengar suara familiar di telinganya."Uhuhuk uhuk uhukk.."Beno melangkah semakin dekat, menepuk punggung Lecy dengan perlahan."Maka nya kalau minum itu pelan-pelan."Lecy melirik sinis Beno yang ada di sebelahnya, ia lalu meletakkan gelas minum kembali ke meja nya."Ngapain sih om ke sini?""Kenapa memang nya?""Kan ini jam kerja, ngapain malah di sini nggak di kantor?""Nah i
Malam semakin larut, semua manusia terlelap dengan mimpi masing-masing. Namun sepasang mata masih terus terjaga, terjaga menatap dua insan yang sedang begitub mesra."Itu tempat gue, seharusnya itu tempat gue. Wanita sialan itu merebutnya," geramnya.Ia terus menatap, matanya terasa panas memandang indah kedua insan yang bermesraan dalam mimpinya."Kita lihat, apa kalian masih bisa nyenyak tidur nya?"Ia terus menyeringai, menatap sinis pasangan suami istri yang sedang mesra di atas ranjangnya.Perlahan ia melangkah pergi, meninggalkan pemandangan yang menyayat hati.Sembari menuruni tangga, ia terus bergumam mengutarakan niat jahatnya."Kita lihat, setenang apa kalian setelah ini.""Senyenyak apa tidur kalian setelah ini."Niken terus menyeringai, melangkah semakin menjauh dari kamar Ardan
Axel terus menangis, ia meraung dalam gendongan Niken yang terus membawanya menjauh."Tenanglah Nak, semua akan baik-baik saja."Kakinya terus melangkah, menjauh meninggalkan rumah yang sempat di tinggalinya itu.Entah mengaap sekarang Niken merasa tak rela jika harus berpisah dengan bayi yang ada dalam gendongannya, ia merasa begitu terikat dengan bayi yang tengah menangis tersedu-sedu itu."Hai tenanglah, aku akan baik sama kamu sayang. Tenang ya," bujuknya.Namun bayi itu terus saja menangis, bahkan kini wajahnya sudah memerah sebab tangisnya tak henti juga."Susah amat bikin bayi diem, kalau gue bekap nanti mati gimana?"Niken memilih beristirahat di sebuah gazebo yang ada di sebuah taman, ia merasa jika situasi aman maka ia berani melepas letihnya."Tenanlah, kita istrirahat dulu disini ya. Capek gendong kamu ter
Lecy tiba di dekat area perumahan milik kakaknya, namun di tengah jalan ia merasa mengenali seseorang dari kejauhan."Om pelan-pelan," serunya dengan mimik wajah seriusnya."Ada apa?"Lecy menunjuk arah depannya, terlihat seseorang tengah tergopoh-gopoh menggendong seseorang dalam dalam dekapannya.Beno menajamkan pengelihatannya, ia mengerutkan dahi menatap sejurus arah tunjuk Lecy."Baby Axel?" serunya.Beno menghentikan mobilnya sedikit agak jauh dari tempat di mana Niken berada, terlihat juga oleh matanya saat baby Axel meronta ingin turun dari gendongannya."Kamu hubungin Ardan, aku yang akan mendekatinya ke sana.""Nggak Om, biar aku aja yang maju. Aku bakal ulur waktu, jadi Om harus segera bawa kak Ardan juga Tian kesini."Tanpa menunggu persetujuan, Lecy bergegas turun berlari mendekati Ni
Wirma berhasil melumpuhkan laki-laki yang berusaha menyakiti keluarganya, ia pun segera memanggil penjaga untuk meringkusnya."Bawa laki-laki ini ke kantor polisi, pastikan dia membusuk di dalam penjara." geram nya.Dokter datang, ia segera memerika Larasati dan mengganti selang infus miliknya."Bagaimana ibu saya, Dok?""Beruntung anda cepat bertindak, jadi racun itu tidak sampai masuk ke dalam sel darah pasien."Wirma merasa lega, ia pun kini menatap Dewi yang tengah di periksa oleh salah seorang suster."Bagaimana istri saya, Sus?" tanya nya mendekat."Tidak terlalu serius, hanya luka gores saja di leher nya ."...Tian semakin mendekat, ia menatap nanar putra nya yang terus meronta dalam gendongan Niken
Han segera masuk setelah mendapat instruksi dari tuan nya, dengan beberapa anak buahnya ia menerobos masuk begitu saja.Niken tak bergeming dengan kedatangan Han, ia menatap santai beberapa orang yang kini ada di depan matanya.Ve terluka lengan nya akibat sabetan pisau, ia merintih menahan perih dengan darah yang terus mengalir.Axel melangkah semakin maju, mengikis jarak antara dirinya juga Niken. Tak ada perlawanan apapun dari wanita itu pada awal nya.Namun saat Axel berusaha membawanya keluar, tiba-tiba Niken berbalik dan menyerang Ardan dengan pisau yang ada di balik baju nya."Awas," seru Han.Dengan cepat Han mendorong tubuh Ardan hingga tak sampai terkena pisaunya.Niken meronta, ia histeris karena gagal melakukan rencanannya. Gagal sudah semua yang sudah ia rencanakan sebelumnya. I
Ve berlari ke sudut ruangan, ia benar-benar takut dengan Niken yang semakin menggila itu. Rasa penyesalan kini tengah menggerogoti hatinya perlahan.Ingin sekali Ve kabur saat itu juga, namun kakinya begitu lemah dengan apa yang terjadi di depan matanya."Lo bebas mau ngapain aja, please biarin gue pergi dari gudang busuk ini."Niken menatap tajam Ve yang adalah kaki tangan nya itu, ia merasa geram dengan semua yang wanita itu serukan sedari tadi."Bisa diam nggak, atau lo mau nasih lo sama seperti dia." tunjuknya pada Cyra ynag sudah benar-benar tak berdaya.Niken kembali mengarahkan matanya pada Cyra, menatap penuh kemenangan pada gadis yang bersimbah darah di bawahnya."Hari ini lo bakal mati, hari ini adalah hari terakhir lo melihat dunia yang hitam ini.""Hhhahhahaaaaaaaaaaaaaa.."
Di kantor, Arvan masih tak habis pikir dengan sikap istri kecilnya itu. Tiba-tiba datang seolah tak ada apa-apa, namun tiba-tiba pergi begitu saja.Ia pun memanggil Han ke dalam ruangannya."Bagaimana semuanya?""Semua sudah saya bereskan, Tuan. Semua perjanjian kerja sama kita juga sudah selesai tanpa pinalti sepeserpun."Arvan tersenyum miring, ia kembali mengingat rencananya bersama Han tentang client barunya itu. Awal nya ia berniat bermain-main terlebih dahulu, namun karena rasa cemburu dan keputusan istrinya itu membuat Arvan segera memutuskan semua kerja sama mereka."Lalu bagaimana tanggapan pihak mereka? Terutama perusahaan nya.""Tan Haxel mengatakan akan mendatangi anda sendiri untuk menyampaikan semua permintaan maaf dari mereka. Beliau juga meminta untuk tidak menghapus atau mengecualikan perusahaan mereka dari k
Cyra menatap berang perempuan yang duduk bersebelahan dengan suamimya itu, terlebih suaminya itu hanya diam tak menanggapi diri nya. Membuat Cyra mau tak mau meninggalkan meja itu dan kembali ke meja nya sendiri."Udah dong, mungkin clienrt nya itu." ucap Gabriel mencoba menenangkan adiknya itu.Namun apa yang di lakukan Gabriel malah semakin menyulut panas di hari Cyra. Ia masih tak hentinya memberi tatapan tajam pada Arvan yang duduk tak jauh dari tempatnya.***Malam semakin larut, namun sepasang suami istri itu masih betah saling diam dan mengabaikan.Arvan masih kesal dengan istrinya lantaran berani menyentuh laki-laki lain di depan matanya. Sedang Cyra merasa kesal lantaran suaminya itu lebih memilih wanita jadi-jadian nya itu.Tidur saling memunggungi membuat Cyra tak bisa meme
Hari ini Arvan mengajak serta Yomi untuk mengikuti rapat tentang kerja sama keduanya nanti. Sebuah layar plasma menunjukkan kerangka bangunan dari model apartemen garapan keduanya.Yomi nampak kagum dengan desain juga kejelasan kerangka bangunan yang di tampilkan oleh pihak Arvan, ia tak pernah menyangka jika semua akan di persiapkan dengan sangat matang."Bagaimana ibu Yomi, apa ada yang ingin anda sampaikan setelah presentasi team saya?" tanya Arvan.Yomi masih terdiam, matanya menatap pada gambar tiga dimensi bangunan apartemen itu."Sempurna."Satu kata yang lolos begitu saja dari bibir manisnya, entah karena kekaguman nya atau bahkan memang di lebih-lebihkan nya."Mungkin ada yang ingin anda koreksi, jadi team saya bisa sekalian kerjanya.""Tidak, untuk sementara ini sudah lebih
Dokter Lita tak henti-hentinya mentertawakan panggilan sayang Cyra untuk suami baru nya itu."HHhahhahahha, aduh sakit perut gue.""Gue tembak sampai mati loe kalau masih ketawa," teriak Arvan dari dalam ruangan nya.Sedang Cyra, gadis itu hanya duduk sembari memainkan ponselnya. Eh, lupa udah nggak gadis lagi (hheheh :D)"Siap abang siomay," ledek Lita hingga tawanya kembali meledak."Udak kali kak ketawanya, nggak kering tuh gigi emang nya?""Ya habis kamu lucu banget sih."Cyra hanya mengangkat bahu nya acuh, ia kemudian berjalan menuju meja makan. Mengecek menu untuk mereka makan malam.Namun sesampainya disana ternyata para pelayan sudah hampir selesai menghidangkan semuanya."Yah, padahal mau bantuin. Kok udah selesai sih?"
Ve terus berjalan mencari keberadaan Niken saat ini, sesuai dengan janji mereka harus nya bertemu dan membicarakan tentang rencana keduanya."Kemana wanita itu?" Ve di buat celingukan mencari keberadaan Niken.Lalu tiba-tiba ponselnya bergetar, satu pesan masuk ke dalam ponsel pintarnya itu._Temui aku di taman belakang kampus, pastikan nggak ada yang ikut dan tahu soal ini_Begitulah pesan yang ia terima dari Niken."Sok misterius banget jadi orang," gerutunya namun tetap berjalan menghampirinya.Niken tengah duduk bersantai di bawah sebuah pohon sembari menghisap sepuntung rokoknya. Kepulan asap memenuhi udara di sekitarnya, namun sama sekali tak mengganggu pernafasan nya."Apa rencana loe?" tanya Ve yang tak ingin berbasa-basi."Duduklah, jangan jadi tak
Acara dilanjutkan dengan makan-makan, semua orang nampak berbaur bersama sembari menikmati hidangan yang di sediakan.Arvan sedang duduk bersama dengan istrinya, juga dengan keluarga yang lainnya."Permisi nona," sapa salah satu pelayan yang menghampiri Cyra."Ya?""Pesanan anda sudah siap semuanya, sekarang ada di halaman depan."Cyra tersenyum mendengarnya, ia langsung menyincing gaun kebaya nya dan melangkah meninggalkan mejanya."Mau kemana tu anak?" selorok Sandrina.Arvan tak bertanya, ia lebih ke mengikuti istrinya kemanapun ia melangkah."Berapa total nya?""Ada tiga puluh mobil truck, sesuai dengan pesanan anda."Arvan tak banyak komentar, ia hanya terdiam menatap banyakny foodtruck yang terparkir di halaman mertuanya itu."Sayang, apa ini?"
Cyra tak henti-hentinya merasa kesal dengan calon suaminya itu. Ingin sekali rasanya ia menarik paksa Arvan tadi di atas mimbar saat sedang berbicara."Bener-bener ya tu si om, pengen banget gue kandangin." kesalnya.Cyra yang sedang kesal mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia melaju menuju ke arah perusahaan orang tuanya.Kedatangan Cyra di sambut dengan hangat oleh para karyawan, banyak yang menunduk hormat ketika berpapasan dengan Cyra.Menjadi anak pengusaha ternama tak membuat Cyra menjadi besar kepala juga congkak hatinya, justru ia selalu bersikap rendah hati hingga banyak orang yang menyukainya."Pagi nona Cyra," sapa Syerli sekretaris Ardan."Pagi kak. Apa daddy ku ada di ruangan nya?""Beliau ada di ruangan tuan Axel.""Baiklah, terima kasih infonya kak."