Shayla bingung sampai sejauh mana dia harus marah kepada Ryuga karena sesungguhnya justru terbesit perasaan senang penuh kemenangan di hati Shayla karena Ryuga lebih memilihnya.Dengan lantang Ryuga mengungkapkan cinta kepada Shayla di depan Adelia yang merupakan kekasih dari pria itu.Menurut Shayla, Ryuga lebih baik dari daddy karena memilihnya dari pada kekasihnya sendiri sementara sang daddy dulu memilih karir Politik di Negaranya dan meninggalkan Shayla.Meski begitu, Shayla merasa dibohongi karena ketika dalam proses mendekatinya—Ryuga masih sering bercinta dengan Adelia. “Lo enggak denger kemarin kak Ryu bilang hanya bisa ejakulasi kalau mikirin lo? Itu tandanya dia memang udah sepenuh hati sama lo.” Setan dalam diri Shayla mempengaruhi.“Udah lah Sel, lepasin aja … kak Ryu tuh brengsek … punya cewek tapi masih ngincer elo sampe berani unboxing segala, cowok yang bener-bener cinta sama ceweknya enggak akan unboxing duluan … mumpung lo belum cinta-cinta banget, mending lepasin
“Sel … lo marah sama gue?” “Pake nanya lagi.” Shayla menggerutu di dalam hati.Ryuga yang duduk di depan Shayla meraih tangan Shayla di atas meja kemudian menggenggamnya.Mata elang pria itu tertuju pada Shayla lekat.“Kak … ini kampus, jangan pegang-pegang gini.” Shayla menarik tangannya tapi Ryuga menahan kuat.“Jawab dulu pertanyaan gue … lo marah sama gue?”Shayla memejamkan mata sekilas bersama hembusan napas jengah.“Iya,” jawab Shayla jujur.“Gue minta maaf ….” Ryuga melepaskan tangan Shayla, punggungnya menegak tidak condong ke depan mendekati Shayla seperti tadi.“Gue memang salah, semestinya gue putusin Adelia dulu … baru kita ….” Ryuga merasa malu untuk melanjutkan kalimatnya.Shayla enggan menatap wajah Ryuga, pandangannya tertunduk pada kedua tangan yang saling bertaut di atas meja.“Gue enggak bisa nahan perasaan gue,” sambung Ryuga lagi.“Enggak bisa nahan hasrat kali … bukan perasaan.” Shayla bergumam menimpali.“Iya … itu juga,” kata Ryuga tanpa dosa.Shayla merotasi
Pagi ini Shayla tidak memiliki alasan untuk tidak pergi bersama Ryuga ke kampus.Mommy dan om Abraham pasti akan bertanya-tanya.Kan tidak mungkin Shayla menjelaskan kalau sedang marah besar kepada Ryuga yang sudah unboxing dirinya sebelum memutuskan hubungan dengan Adelia.Di meja makan, berulang kali Ryuga melirik ke arah Shayla dengan senyum tipis di bibirnya.Pasti Ryuga sudah menduga kalau Shayla tidak memiliki alasan seperti hari kemarin untuk pergi sendiri ke kampus.Kemarin Shayla pagi sekali pergi ke kampus di antar supir papa selagi Ryuga sedang mandi.“Ryu … hari minggu besok ikut Papa golf ya, Papa mau kenalkan kamu sama salah satu klien … nanti kamu belajar gimana cara mendekati klien.” “Iya, Pa.” Mommy tersenyum sembari menatap om Abraham penuh syukur karena merasa suaminya itu mau mempertimbangkan sarannya tentang mempercayai Ryuga.“Shayla sakit? Kok diem aja?” Om Abr
“Ryu!” Kabir memanggil Ryuga dengan suara lantang, dia sampai berlari karena Ryuga tidak juga menghentikan langkah.“Ryu! Gue mau ngomong!” kata Kabir berseru dan Ryuga terus melangkah meski kepalanya sempat menoleh ke belakang mencari tahu siapa yang memanggilnya.“Gue buru-buru, mau jemput Shayla… chat aja.” Buat Ryuga sekarang adalah Shayla yang utama sehingga menyepelekan sahabat karibnya.Lucknut memang.“Tadi Adelia ketemu Shayla di Caffe depan kampus kita!” Mendengar satu kalimat Kabir itu langkah Ryuga langsung terhenti.Dia membalikan badan dan menarik langkah cepat memburu Kabir yang telah berhenti melangkah karena kelelahan.“Lo bilang apa?” Ryuga meremat pundak Kabir yang napasnya tersengal.“Kata Fuji, waktu dia sama Adel mau makan siang di Caffe depan sono itu … mereka ketemu Shayla sama temennya.” Kabir memberitahu.“Terus Adel ngomong apa sama Shayla?” Ryuga panik karena tahu apa yang mungkin Adelia ucapkan untuk menjatuhkan mental Shayla agar menjauhinya dan hubungan
“Keluar, Kak! Aku mau sendiri.” Shayla mengusir dengan nada dingin.Dia membalut tubuhnya dengan selimut hingga ke kepala.“Sel ….” Ryuga duduk di sisi ranjang.Tangannya terulur mengusap kepala Shayla lembut.“Kata Mommy lo lagi PMS ya?” Ryuga bertanya hal lain, membujuk Shayla agar mau bicara dengannya.Biar masalah Adelia dia selesaikan nanti.Shayla menganggukan kepala cepat berharap Ryuga segera pergi karena sudah menjadi rahasia umum jika perempuan yang sedang PMS akan berubah menjadi segalak singa.Padahal Shayla sudah mendapat hari pertama tamu bulanannya bukan PMS lagi.“Lo mau apa? Nanti gue beliin.” “Enggak usah,” jawab Shayla ketus.“Sebentar ya … nanti gue balik lagi, jangan dikunci pintunya ….” Shayla bisa merasakan Ryuga bangkit dari sisi ranjang kemudian melangkah menjauh dan suara pintu terbuka lantas tertutup terdengar selanjutnya.Shayla turun dari atas tempat tidur untuk mengunci pintu.Hatinya sedang resah, galau, gundah gulana, semua rasa itu menyesakan dada Sh
Kali ini Ryuga sengaja datang saat teman-temannya mengajak berkumpul, dia ingin bertemu Adelia, ingin melihat bagaimana ekspresi perempuan itu saat bertemu dengannya setelah menghasut Shayla tempo hari yang membuat Shayla sampai sekarang bersikap dingin kepadanya.Tentu saja Adelia selalu menghindari tatap dengan Ryuga.Adelia sendiri tidak merasa bersalah setelah memprovokasi Shayla, dia merasa dirinya benar dan korban dari kebrengsekan Ryuga.Dan Adelia masih belum bisa move on dari Ryuga jadi enggan bersitatap dengan mantan kekasihnya yang tampan tapi lucknut.“Ryu … katanya lo putus sama Adel?” Adalah Ari-mahasiswa teman satu jurusan Adelia yang dulu juga mengincar Adelia tapi Ari harus menelan kecewa karena Adelia lebih memilih Ryuga.Pria itu mendekat dan duduk di depan Ryuga sedangkan Adelia ada di sudut meja lain.Adelia sempat menoleh ke arah Ryuga sehingga tatapan mereka bertemu.“Iya.” Ryuga menjawab singkat.Ari tertawa senang mendengarnya.“Kenapa? Udah bosen lo? Dulu buc
Berhubung Ryuga sedang ikut bersama Papa main golf bersama klien—Shayla jadi memiliki waktu bersama mommy.Melakukan kegiatan yang dulu sering mereka lakukan berdua, ternyata mommy menepati janjinya.Shayla tidak kehilangan mommy, senang sekali rasanya hidup Shayla sekarang.Memiliki seorang ayah, keluarga yang lengkap dan seorang kakak yang merangkap menjadi seorang … pacar.Anggap saja Ryuga pacarnya karena dari tadi tidak berhenti mengecek keadaan dan apa yang sedang dilakukan Shayla padahal Shayla pergi bersama mommy.“Sel … kamu chat sama siapa sih?” Mommy merasa terganggu.“Heu ….” Shayla mengerjap.“Sama … ini … kak Ryu ….” Shayla menjawab jujur membuat kening mommy mengkerut.“Katanya bosen nemenin om Abraham main golf.” Mommy tertawa mendengarnya.Mereka sedang makan siang di salah satu Caffe setelah Spa, rencananya dari sini akan pergi shopping.“Kamu kasih semangat sama kakak kamu itu, bilang sama Ryu kalau Ryu harus jadi sehebat papanya.” Shayla mengangguk, dia kembali m
Sore harinya mereka pergi ke hotel untuk mengganti pakaian dan bersiap makan malam di atas kapal pesiar.Temanya formal jadi untuk wanita menggunakan dresscode gaun malam dan jas untuk prianya.Setelah menikmati makan malam dengan cita rasa Korea yang menggoyang lidah, pihak Kapal Pesiar mempersilahkan para pengunjung untuk berdansa diiringi homeband.Abraham mengajak Marie berdansa meninggalkan Shayla dan Ryuga di meja itu.“Sel … nanti gue tidur di kamar lo ya?” Shayla mengangguk pelan dengan arah pandang menatap mommy dan papa yang sedang berdansa dengan mesra.Darahnya tiba-tiba berdesir membayangkan apa yang akan mereka berdua lakukan nanti di kamar.“Tadi waktu di jembatan kaca, Shayla manggil aku Papa.” Abraham memberitahu, beliau tampak senang.“Oh ya?” Marie juga senang mendengarnya.Abraham menganggukan kepalanya kemudian mengecup kening Marie.“Hidup aku udah sempurna sekarang.” Beliau bergumam.“Aku juga,” kata Marie dengan sorot mata penuh suka cita.Abraham dan Marie be
“Pucat banget anak Papa, kamu sakit sayang?” Papa mengulurkan tangan untuk menyentuh kening Shayla bermaksud mengecek suhu tubuhnya.Mommy dan Ryuga sontak menoleh menatap Shayla dan mereka memang mendapati wajah Shayla yang pucat.Mommy meletakan sendoknya. “Kamu sakit?” Beliau juga bertanya demikian sembari menempelkan punggung tangannya untuk mengecek suhu tubuh Shayla.“Tapi enggak hangat, malah dingin … kamu keringet dingin ya?” Papa berujar setelah menyesap kopinya dan mulai menyantap sarapan pagi.Ryuga tidak bisa berekspresi berlebihan, dia hanya bisa mengawasi Shayla dari tempat duduknya.“Kamu mau ke dokter?” Mommy menawarkan dan mendapat gelengan kepala lemah dari Shayla yang matanya tampak sayu.Shayla juga malas-malasan menyantap sarapan paginya.Ketika bangun pagi tadi memang tubuhnya sudah merasa tidak nyaman.Kepalanya pusing dan pegal di sekujur tubuh.“Tapi kamu harus ke dokter sayang.” Mommy memperingati.“Duh … mana Mommy ada sidang sampe sore.” Mommy bergumam.“Pa
Liburan ke Korea Selatan pun berakhir, menciptakan banyak kenangan indah bagi mereka berempat sebagai keluarga yang bahagia.Marie dan Abraham kembali pada pekerjaannya yang menyita waktu hingga melupakan momen kemesraan aneh antara Shayla dan Ryuga di Korea.Begitu juga Shayla dan Ryuga kembali pada aktifitasnya sebagai mahasiswi dan mahasiswa di kampus.“Ya ampun Seeeel, Thanks ya oleh-olehnya.” Dewi senang sekali mendapat oleh-oleh dari Korea.Dia memeluk paperbag pemberian dari Shayla.Baru sekarang Shayla bisa memberikan oleh-oleh itu kepada Dewi, di saat semester baru dimulai usai libur panjang kemarin.Shayla dan Dewi berjalan beriring menuju pintu depan gedung fakultasnya.Seperti biasa, Ryuga akan menjemput Shayla di gedung fakultas FISIP S1. Ryuga sudah jarang nongkrong bersama teman-temannya karena bila sampai di rumah setelah mommy dan papa pulang—dia tidak bisa mencumbu adik tirinya.“Sel … mommy sama papa udah pulang.” Ryuga bergumam, memelankan laju kendaraannya saat d
Shayla tidak keberatan kalau harus menyembunyikan hubungannya dengan Ryuga dari mommy dan papa.Dia menikmati sensasi pacaran backstreet seperti ini karena bisa bertemu setiap hari.Seperti ketika mereka sedang sarapan pagi seperti sekarang, Shayla merasakan jantungnya berdebar kencang karena diam-diam Ryuga menggenggam tangannya di bawah meja. Mommy dan papa asyik mengobrol tidak memperhatikan kalau Ryuga makan menggunakan tangan kiri karena tangan kanannya dia gunakan untuk menggenggam tangan Shayla.Hari ini jadwal mereka setelah sarapan adalah melakukan wisata belanja di Yeoju Premium Outlet.Mommy yang gila belanja tentu saja merasa seperti sedang berada di Surga apalagi papa sangat memanjakan mommy, membolehkan mommy mengambil apapun yang beliau inginkan.“Sel … beli sepatu ini yuk?” Ryuga menarik ujung kaos Shayla membuat Shayla mundur beberapa langkah.Shayla mengangguk setuju dengan mata berbinar melihat sepatu unisex yang Ryuga tunjuk tadi.Pasalnya sepatu model seperti itu
Sore harinya mereka pergi ke hotel untuk mengganti pakaian dan bersiap makan malam di atas kapal pesiar.Temanya formal jadi untuk wanita menggunakan dresscode gaun malam dan jas untuk prianya.Setelah menikmati makan malam dengan cita rasa Korea yang menggoyang lidah, pihak Kapal Pesiar mempersilahkan para pengunjung untuk berdansa diiringi homeband.Abraham mengajak Marie berdansa meninggalkan Shayla dan Ryuga di meja itu.“Sel … nanti gue tidur di kamar lo ya?” Shayla mengangguk pelan dengan arah pandang menatap mommy dan papa yang sedang berdansa dengan mesra.Darahnya tiba-tiba berdesir membayangkan apa yang akan mereka berdua lakukan nanti di kamar.“Tadi waktu di jembatan kaca, Shayla manggil aku Papa.” Abraham memberitahu, beliau tampak senang.“Oh ya?” Marie juga senang mendengarnya.Abraham menganggukan kepalanya kemudian mengecup kening Marie.“Hidup aku udah sempurna sekarang.” Beliau bergumam.“Aku juga,” kata Marie dengan sorot mata penuh suka cita.Abraham dan Marie be
Berhubung Ryuga sedang ikut bersama Papa main golf bersama klien—Shayla jadi memiliki waktu bersama mommy.Melakukan kegiatan yang dulu sering mereka lakukan berdua, ternyata mommy menepati janjinya.Shayla tidak kehilangan mommy, senang sekali rasanya hidup Shayla sekarang.Memiliki seorang ayah, keluarga yang lengkap dan seorang kakak yang merangkap menjadi seorang … pacar.Anggap saja Ryuga pacarnya karena dari tadi tidak berhenti mengecek keadaan dan apa yang sedang dilakukan Shayla padahal Shayla pergi bersama mommy.“Sel … kamu chat sama siapa sih?” Mommy merasa terganggu.“Heu ….” Shayla mengerjap.“Sama … ini … kak Ryu ….” Shayla menjawab jujur membuat kening mommy mengkerut.“Katanya bosen nemenin om Abraham main golf.” Mommy tertawa mendengarnya.Mereka sedang makan siang di salah satu Caffe setelah Spa, rencananya dari sini akan pergi shopping.“Kamu kasih semangat sama kakak kamu itu, bilang sama Ryu kalau Ryu harus jadi sehebat papanya.” Shayla mengangguk, dia kembali m
Kali ini Ryuga sengaja datang saat teman-temannya mengajak berkumpul, dia ingin bertemu Adelia, ingin melihat bagaimana ekspresi perempuan itu saat bertemu dengannya setelah menghasut Shayla tempo hari yang membuat Shayla sampai sekarang bersikap dingin kepadanya.Tentu saja Adelia selalu menghindari tatap dengan Ryuga.Adelia sendiri tidak merasa bersalah setelah memprovokasi Shayla, dia merasa dirinya benar dan korban dari kebrengsekan Ryuga.Dan Adelia masih belum bisa move on dari Ryuga jadi enggan bersitatap dengan mantan kekasihnya yang tampan tapi lucknut.“Ryu … katanya lo putus sama Adel?” Adalah Ari-mahasiswa teman satu jurusan Adelia yang dulu juga mengincar Adelia tapi Ari harus menelan kecewa karena Adelia lebih memilih Ryuga.Pria itu mendekat dan duduk di depan Ryuga sedangkan Adelia ada di sudut meja lain.Adelia sempat menoleh ke arah Ryuga sehingga tatapan mereka bertemu.“Iya.” Ryuga menjawab singkat.Ari tertawa senang mendengarnya.“Kenapa? Udah bosen lo? Dulu buc
“Keluar, Kak! Aku mau sendiri.” Shayla mengusir dengan nada dingin.Dia membalut tubuhnya dengan selimut hingga ke kepala.“Sel ….” Ryuga duduk di sisi ranjang.Tangannya terulur mengusap kepala Shayla lembut.“Kata Mommy lo lagi PMS ya?” Ryuga bertanya hal lain, membujuk Shayla agar mau bicara dengannya.Biar masalah Adelia dia selesaikan nanti.Shayla menganggukan kepala cepat berharap Ryuga segera pergi karena sudah menjadi rahasia umum jika perempuan yang sedang PMS akan berubah menjadi segalak singa.Padahal Shayla sudah mendapat hari pertama tamu bulanannya bukan PMS lagi.“Lo mau apa? Nanti gue beliin.” “Enggak usah,” jawab Shayla ketus.“Sebentar ya … nanti gue balik lagi, jangan dikunci pintunya ….” Shayla bisa merasakan Ryuga bangkit dari sisi ranjang kemudian melangkah menjauh dan suara pintu terbuka lantas tertutup terdengar selanjutnya.Shayla turun dari atas tempat tidur untuk mengunci pintu.Hatinya sedang resah, galau, gundah gulana, semua rasa itu menyesakan dada Sh
“Ryu!” Kabir memanggil Ryuga dengan suara lantang, dia sampai berlari karena Ryuga tidak juga menghentikan langkah.“Ryu! Gue mau ngomong!” kata Kabir berseru dan Ryuga terus melangkah meski kepalanya sempat menoleh ke belakang mencari tahu siapa yang memanggilnya.“Gue buru-buru, mau jemput Shayla… chat aja.” Buat Ryuga sekarang adalah Shayla yang utama sehingga menyepelekan sahabat karibnya.Lucknut memang.“Tadi Adelia ketemu Shayla di Caffe depan kampus kita!” Mendengar satu kalimat Kabir itu langkah Ryuga langsung terhenti.Dia membalikan badan dan menarik langkah cepat memburu Kabir yang telah berhenti melangkah karena kelelahan.“Lo bilang apa?” Ryuga meremat pundak Kabir yang napasnya tersengal.“Kata Fuji, waktu dia sama Adel mau makan siang di Caffe depan sono itu … mereka ketemu Shayla sama temennya.” Kabir memberitahu.“Terus Adel ngomong apa sama Shayla?” Ryuga panik karena tahu apa yang mungkin Adelia ucapkan untuk menjatuhkan mental Shayla agar menjauhinya dan hubungan
Pagi ini Shayla tidak memiliki alasan untuk tidak pergi bersama Ryuga ke kampus.Mommy dan om Abraham pasti akan bertanya-tanya.Kan tidak mungkin Shayla menjelaskan kalau sedang marah besar kepada Ryuga yang sudah unboxing dirinya sebelum memutuskan hubungan dengan Adelia.Di meja makan, berulang kali Ryuga melirik ke arah Shayla dengan senyum tipis di bibirnya.Pasti Ryuga sudah menduga kalau Shayla tidak memiliki alasan seperti hari kemarin untuk pergi sendiri ke kampus.Kemarin Shayla pagi sekali pergi ke kampus di antar supir papa selagi Ryuga sedang mandi.“Ryu … hari minggu besok ikut Papa golf ya, Papa mau kenalkan kamu sama salah satu klien … nanti kamu belajar gimana cara mendekati klien.” “Iya, Pa.” Mommy tersenyum sembari menatap om Abraham penuh syukur karena merasa suaminya itu mau mempertimbangkan sarannya tentang mempercayai Ryuga.“Shayla sakit? Kok diem aja?” Om Abr