Dimalam hari mereguk cinta, hingga lelah mengantarkan terlelap. pagi menjelang mulai dengan aktivitas sehari-hari, Satria Kembali ke sekolah di antar Hatan.Pagi ini Naila ingin menengok Mawar, menjadi penyelamat baginya walaupun ia mempunyai tujuan lain untuk menjadi pengganti waktu."Sudah siap, Sayang?" tanya Bayu pada Naila."Ya, ayok kita berangkat," ajak Naila setelah dia sudah rapi dengan celana panjang dan kemeja warna senada. Bayu menatapnya dengan tidak berkedip."Ada apa dengan penampilan? Apa ada yang salah?" tanya Naila."Tidak, kamu sangat cantik," ucap Bayu."Oh ya, apa kau baru sadar?" tanya Naila menggodanya."Tidak, sayangnya cantikku menghilang selama lima tahun lamanya sehingga aku belum puas menatapnya, ingin kembali ku Kurung dalam kamar itu," jawabnya sambil memagut bibir indah itu begitu lama Naila memukul dada lelaki itu hingga melepaskannya.Kau membuat lipstikku berantakan," ucap Naila.Bayu tertawa, biar kubetulkan," katanya kembali melum4t bibir itu kembal
Satu bulan berlalu ada gejala badan kurang enak dirasakan pada Regan begitu pula dengan Angie. Ia dan istrinya pergi ke rumah sakit di Swiss. Di sana dokter mengarahkan mereka untuk periksa di rumah sakit yang menangani orang-orang yang terinfeksi virus HIV."Apa maksud Anda, Dok? Kami tidak mungkin tertular virus HIV," protes Regan tersinggung."Ini adalah gejala awal seseorang terinfeksi virus ini. Tidak ada salahnya kalau Anda periksa dulu, Pak," saran dokter tersebut Ia pun keluar dengan hati gusar dan penuh kemarahan. ia menatap Angie dengan tatapan tajam, menariknya keluar dari rumah sakit menggeretnya masuk ke dalam mobil. Kecurigaannya pada Angie semakin besar. Selama ini ia merasa melakukan dengan wanita baik-baik dan bersih bagaimana sampai tertular virus yang mematikan itu sungguh ini di luar nalar Regan.Ia pacu mobilnya menuju apartemennya, ia menyeret Angie masuk kedalam lift. Angie merasakan ketakutan dari mulai di rumah sakit itu badanya bergetar."Aku tidak pernah m
Angie hanya membawa satu pakaian yang di taruh di paper bag bekas tempat pakaian yang di belinya beruntung belum berada di kantong sampah dan menyambar dompet ditaruhnya di dalam paper bag itu. Ia pun segera keluar dari apartemen itu sebelum Regan pulang dari rumah sakit. Saat hendak melangkah menuju lift, ia melihat Regan bertubrukan dengan seseorang yang akan masuk ke dalam lift."Apa kau tidak melihat ada orang sedang keluar?" teriaknya marah."Maaf, Pak!" ucap orang itu tanpa mau memperpanjang masalah.Angie segera berlari menuju tangga darurat ia menuruni tangga itu dengan berlari sekuat tenaga untungnya ia tidak memakai high heels-nya.Di lantai berikutnya ia pun masuk kedalam lift menuju lantai dasar di dalam lift ia memesan taksi. ia beruntung masih ada sisa sedikit di dompetnya untuk sekedar membayar taksi di bandara.Sesampainya di lantai dasar ia langsung masuk kedalam taksi, ia tidak ingin berakhir dengan cara mengenaskan di tangan Regan.Sementara itu di apartemen Regan
Keesokan harinya Angie menjalani pemeriksaan dan perawatan, ia sudah tak sanggup untuk bangun badannya terasa sakit semua.Ia tertidur setelah mendapatkan suntikan. Dua hari dalam perawatan ia sudah mulai bisa bangun dan mulai berjalan-jalan di area rumah sakit, hingga ia terkejut dengan hal yang sangat aneh menurut dirinya, ia melihat dua orang wanita yang wajahnya sama persis tak ada bedanya sama sekali. Satu berdiri dan dipeluk seorang lelaki dan satu terbaring lemah di ruangan kaca ia langsung membidik kamera dan memotretnya lalu dikirimkan kepada Regan agar pria itu tahu bahwa bukan dia yang membawa penyakit sialan ini.Setelah itu, Angie berjalan Pergi menuju kamarnya dan menangis sejadi-jadinya, ia menyesali keputusan untuk pergi ke Swiss bersama Regan lalu ia teringat saat menghubungi nyonya Ratna, wanita itu sama sekali tidak terkejut apa yang terjadi pada dirinya. 'Apa beliau sudah tahu? Begitu juga nyonya Linda, Apa hanya dirinya saja yang tidak tahu,' p
Setelah lima jam menunggu, Regan pun mendapatkan kabar dari anak buahnya, sebuah keterangan yang membuatnya terkejut.Wanita yang disangkanya Naila ternyata Mawar mantan istrinya yang dilemparkan kepada anak buahnya untuk digilir dan wanita itu sengaja merombak seluruh wajah dan tubuhnya.Tangannya mencengkram erat, ia tidak mengira kalau mawar akan berniat membalas dendam padanya dengan memanfaatkan sakitnya. Selain Mawar, ia pun terkejut akan ikut andilnya Doni yang ia pikir lelaki itu akan setia padanya ternyata tidak.Apa yang mendasari lelaki menjadi anak buahnya mengkhianati adalah Bunga gadis yang diculik anak buahnya dan dijadikan pemuas nafsunya adalah adik Doni.Suatu yang membuatnya sangat terkejut. Kenapa ia begitu percaya pada pria itu? Dia anak buah yang sangat punya dedikasi yang tinggi sehingga Regan tidak pernah sama sekali mencurigainnya.Satu-persatu kebiadabannya terpampang nyata dalam ingatannya. Ia menghembuskan napasnya. Apakah saat ini dia menyesal, dia sendiri
Beberapa orang bingung kenapa dia dicegah untuk menolong orang itu."Kenapa Anda malah melarang kami? itu bagaimana nasibnya, seperti sudah tidak bernyawa," ucap salah satu dari mereka "Maaf Pak, wanita itu terkena HIV biar dokter khusus yang menanganinya," ucapnya dan semua pria yang akan menolong.Dan mereka mereka bergidik ngeri, takut terinfeksi. Dalam hatinya mereka sangat bersyukur menuruti perkataan orang yang baru datang itu tadiAmbulance datang petugas mengenakan pakaian khusus untuk mengevakuasi mayat tersebut dan membersihkan genangan darah dengan kertas koran dan di masukan kedalam wadah plastik lalu dikelola lebih lanjut sebagai bahan infeksiusdi tempat tertentu. Membersihkan tempat kejadian kecelakaan dengan memberikan larutan klorin kemudian dialirkan ke saluran air atau selokan.Rizal menelpon mamanya sambil berjalan menuju mobilnya. "Ma, tante Angie tertabrak mobil dan meninggal dunia," ucap Rizal dengan hati sedih.
Mawar menatap ruangannya sekali lagi. 'Bagaimana bisa ada di sini?' tanyanya dalam hati.Tiba-tiba saja perutnya bergejolak, ia ingin memuntahkan sesuatu tetapi tidak yang bisa dikeluarkan dari mulut.Setelah dokter keluar, Doni masuk dalam ruangan itu dengan pakaian khusus."Selamat siang Nyonya, senang melihat Anda sadar sudah satu bulan Anda dalam keadaan koma, saya sangat cemas," jelas Doni."Betulkah, aku tidak sadar selama itu, dan kenapa perutku bergejolak? Aku ingin memuntakan sesuatu, tetapi tidak ada yang di muntahkan," ucapnya parau.Doni menelan salivanya dengan kasar, ia tidak bisa berkata apa-apa lagi dan tak mampu menjelaskan sesuatu yang terjadi pada diri Mawar saat ini."Nyonya, kalau itu biar Dokter Rizal yang menjelaskan, apa Nyonya siap mendengarkan penjelasan Dokter Rizal?" tanya Doni menatap Iba."Baiklah, aku siap mendengarkannya," ucap Mawar."Kalau begitu saya akan keluar biar Dokter Rizal menemui Anda," ucap Doni"Ya baiklah aku juga ingin tahu keadaanku," ja
Bayu pulang agak malam karena waktu karena membantu sahabatnya Dokter Rizaldi prosesi pemakaman Nyonyanya Engie.Setengah jam kemudian dia sampai di rumah waktu menunjukkan jam sembilan malam ia berjalan menaiki tangga langsung menuju kamarnya.Terlihat istrinya duduk di kursi di depan meja rias ia berjalan sambil tersenyum simpul menghampiri sang istri dan memeluknya dari belakang dan mencium kening wanita itu."Baru pulang?" tanya Naila"Hem ... iya banyak kejadian diluar kantor," jawabnya lalu memutar kursi rias menghadap ke dirinya kemudian berjongkok dan mencium perut wanita itu. "Bagaimana dengan anak papa yang ada di dalam?""Aku baik, Papa," ucap Naila menirukan suara anak kecil."Tidak mual?" tanyanya lagi pada istrinya."Tidak yang ini tidak rewel dan aku tidak ingin apa-apa," jawab Naila."Kenapa kamu tidak ingin apa-apa, Dek? Padahal Papa ingin kamu repoti," kekehnya "Sudah mandi sana!