Bayu pulang agak malam karena waktu karena membantu sahabatnya Dokter Rizal
di prosesi pemakaman Nyonyanya Engie.Setengah jam kemudian dia sampai di rumah waktu menunjukkan jam sembilan malam ia berjalan menaiki tangga langsung menuju kamarnya.Terlihat istrinya duduk di kursi di depan meja rias ia berjalan sambil tersenyum simpul menghampiri sang istri dan memeluknya dari belakang dan mencium kening wanita itu."Baru pulang?" tanya Naila"Hem ... iya banyak kejadian diluar kantor," jawabnya lalu memutar kursi rias menghadap ke dirinya kemudian berjongkok dan mencium perut wanita itu. "Bagaimana dengan anak papa yang ada di dalam?""Aku baik, Papa," ucap Naila menirukan suara anak kecil."Tidak mual?" tanyanya lagi pada istrinya."Tidak yang ini tidak rewel dan aku tidak ingin apa-apa," jawab Naila."Kenapa kamu tidak ingin apa-apa, Dek? Padahal Papa ingin kamu repoti," kekehnya"Sudah mandi sana!Sebuah mobil meluncur di jalanan perkotaan di Swiss lalu berhenti di rumah sakit khusus. Seorang pria turun dengan tergesa-gesa dengan langkah kaki lebarnya masuk mencari seseorang yang sedang di rawat di sini.Tiba di ruangan VVIP dengan pintu tertutup rapat. Dengan keraguan ia meraih gagang pintu dan memutarnya lalu terbuka.Terlihat lelaki yang dikenalnya meringkuk di bankar rumah sakit. "Tuan, apa kabarmu? Apa kau baik-baik saja?" tanya pria yang bernama Dron itu.Lelaki yang tak lain adalah Regan itu membalikkan badannya dengan susa payah. "Kau masih mau mengunjungiku setelah aku memanfaatkanmu?" ucap Regan terbata."Anda tetap orang tua angkat saya Tuan, saya disuruh mencari Anda oleh Dokter Rizal. Dia mencemaskan Anda begitu pula saya," ucap Dron."Aku sekarat, Dron. Biarkan aku di sini menemui ajalku!" ucap Regan putus asa."Anda tidak boleh meninggal sebelum meminta maaf pada wanita yang selama ini Anda sakiti, Tuan!" ucap Dron dan disambut dengan derai tawa Regan yang sumban
Keesokan harinya Regan pergi ke Jakarta dengan menyewa pesawat. Setibanya di sana ia langsung ke kamar Mawar dan bertemu Doni. Ia pun terkejut lalu ia minta Dron mendorong kursi Rodanya ke arah Doni yang duduk di kursi panjang di luar ruangan Mawar."Jadi kau yang mengkianatiku?" tanyanya sambil menatapnya dengan tatapan datar."Itu karena Anda tuan, Anda yang mengusik saya, dan Anda harus membayarnya," ucap lelaki itu. Ia meringis. "Siapa gadisnya?" tanyanya."Tidak perlu Anda tanya!" sarkas Doni."Baiklah, Maaf dan sampaikan maafku padanya," ucapnya lalu menoleh pada Dron"Bawa saya masuk saya ingin menemuinya sekarang!"Dron mendorong masuk kursi roda Regan masuk kedalam ruangan Mawar. Ia melihat wanita itu terlelap. Namun tak seberapa lama dia terbangun."Kau?" teriaknya kaget. Ada kecemasan di hatinya "Jadi ini kamu yang sekarang?" tanya Regan datar."Ya, Kenapa?" tanya Mawar dengan soro
Bayu berjalan kembali ke tempat duduk pajang ia pun duduk di sana di antara Naila dan Doni. pria itu menggenggam tangan Naila erat seperti memberikan kekuatan pada istrinya."Karena ada pak Regan kah kamu tidak bisa menjawab pertanyaanku tadi?" tanya Bayu pada Done."Apa? Ada Pak Regan?" tanya Naila dengan bibir bergetar dan tangannya dingin, ketakutan mulai menyerang dirinya."Sayang, jangan takut ada aku di sisimu," ucap Bayu dan Naila mengangguk. Namun tidak bisa meredahkan rasa takutnya itu."Apa kita kembali saja? Dari pada kamu ketakutan begini, yang," ucap Rudi."Nyonya tidak perlu takut, tuan Regan bukan ancaman sekarang untuk berdiri saja dia tidak bisa tetapi kalau Nyonya takut lebih kembali besok saja," timpal Rudi."Tidak, aku ingin menjenguknya sekarang juga, aku akan berusaha melawan rasa takutku ini," ucapnya.Pintu terbuka dan Regan keluar dengan Dron yang mendorong kursi Rodanya, ia melihat ada Naila di kursi panjang lalu meminta Dron mengarahkan kursi roda ke arah me
Dron mengemudikan mobil menuju rumah yang di siapkan Dokter Rizal, Regan duduk di bangku tengah sendirian. Ia menghela nafasnya lalu menatap jalanan. 'Ini akhir hidupku, tak ada satu pun wanita yang mendampingiku saat aku akan mendekati sekarat,' pikirnya."Kau pulang saja nanti biar aku sendiri saja di rumah, beri aku perawat laki-laki saj," ucapnya."Apa Anda yakin, Tuan?" tanya Dron."Ya, aku nyakin," ucapnya."Baiklah, Tuan," ucapnya."Panggil Papa!" perintahnya.Dron menatap spion mobilnya mencari keseriusan tuannya itu."Aku serius! Mulai sekarang pikirkanlah hidupmu, kau bebas, aku tidak akan menuntutmu apa-apa lagi," ucapnya lirih."Saya akan sering menjenguk Anda, Pa," ucap Dron."Tidak usah Dron aku ingin menjalani sisa hidupku sendiri, betul kata Mawar bahwa aku tidak berhak meminta dia menemaniku, aku terlalu serakah, Dron," ucap Regan."Apa Papa, juga tidak ingin melihat cucu Papa?
Rizal sudah diberitahu oleh Dron, tentang keinginan Regan untuk mengembalikan aset milik orang tua Naila, dan meminta untuk diuruskan perceraiannya dengan Linda, Regan ingin Linda menikah kembali karena dia masih sangat muda.Rizal mengendarai mobilnya menuju perusahaan Naila yang selama ini dijalankan ayahnya.setengah jam kemudian dia sampai. Ia segera turun dari mobilnya dan berjalan melewati lobby dan masuk dalam lift. Pintu terbuka dan ia keluar lalu berjalan serta masuk keruangan Presdir.Ia mulai mempersiapkan surat-surat pengalihan kuasa dari Regan ke Naila, ia meminta sekertaris ayahnya segera memprosesnya. Setelah itu menelpon Bayu ia menanyakan kapan Naila siap untuk dikukuhkan sebagai Presdir. Setelah itu, ia keluar dari ruangan itu untuk kembali ke rumah sakit tempatnyabekerja.Beberapa hari ia sibuk dengan urusan ayahnya membuat ia belum bertemu dengan Firda. Dia ingin menjalin keseriusan dengan gadis itu.Mobil berjalan dengan sangat cepatnya menuju tempat berkerja.
Rizal tertawa mendengar umpatan Bayu. "Sebenarnya aku kemari mencari Naila, bukan kamu.""Jangan bilang kau berubah kepribadian, gue getok kepala lo," ucap Bayu."Sebenarnya kalau ada dia lebih enak karena bisa ketemu dia langsung, kalau cuma Bapak-bapak rasanya mata kurang segar," ucap Rizal yang sedang menggoda bayu."Kamu mau Gelut ya sama aku?" tanyanya sambil tangannya mulai meraih kepala Rizal "Stop-stop aku tidak suka istrimu aku lebih suka Firda dari pada aku babak belur," ucapnya tertawa."Ya, sudah sekali lagi ku tanya kau mau apa?" tanya Bayu."Aku tadi kan sudah telpon dan bertanya kapan Naila siap dikukuhkan sebagai Presdir," protes Rizal."Presdir perusahaan mana? Kau benar-benar tidak jelas, telpon pun terburu-buru aku mau tanya sudah kau tutup," protesnya."Baiklah akan kuperjelas. Dulu Perusahaan Keluarga Naila dipegang Daddy dengan cara curang, dan sekarang dia ingin mengembalikan kepada pemil
Beberapa hari kemudian semua aset sudah dikembalikan pada Naila, sekarang perusahaan itu dikelola oleh Bayu.Sementara itu Mawar yang sudah sehat setelah menggugurkan kandungannya itu kembali ke Korea dan Regan semakin hari semakin parah. Lelaki itu tidak mau di temani siapa-siapa selain perawat pria.hari berganti hari perusahaan Bayu semakin besar mempunyai banyak cabang dari dalam maupun luar negeri. Namun tidak membuatnya kehilangan waktu untuk keluarganya Usia Kandungan Naila sudah sembilan lebih, ia mulai merasakan ketidak nyamanan pada tabuhnya. Hingga siang hari ini Naila mulai mengalami kontraksi palsu Semakin lama kontraksi semakin sering, Satria yang baru saja sembuh karena kecapekan karena terlalu banyak beraktivitas melihat sang Mama meringis kesakitan pun menghampiri Mamanya."Ma, Mama kenapa? Tria panggilin Tante ya sepertinya tante sudah pulang. Apa telpon apa, Ma?" tanya Tria pada Mamanya."Panggilin Tante saja, Nak, bilang kalau Mama mau melahirkan. Biar Bik Narti
Setengah jam kemudian Dokter Dara kembali masuk ke ruangan bersama dokter Raka dan seorang perawat lalu Dokter Raka berdiskusi sebentar dengan Dokter Dara kemudian pria itu pun keluar.Detik berikutnya Naila merasakan sakit kembali, sang suster kembali memeriksa jalan lahir, dan sudah pembukaan lengkap.Dua jam berjuang akhirnya lahir bayi cantik yang sehat lalu bayi melakukan IMD. Naila merasa sangat legah, terlihat dari wajahnya.Bayu memeluk istrinya baru kali ini dia menemani sang istri melahirkan, rasanya tidak melihat perjuangan istri dalam melahirkan. "Trimakasih, sayang," ucapnya pada sang istri."Sama-sama, Mas, aku sangat bahagia kau ada di sampingku, dulu waktu melahirkan Satria gak sesakit ini," ucap Naila Bayu terkekeh karena teringat peristiwa saat dia mengalami sakit perut yang luar biasa hingga dia pingsan dan dilarikan ke rumah sakit."Kenapa tertawa?" tanya Naila menatap Bayu penuh dengan pertany