Beberapa orang bingung kenapa dia dicegah untuk menolong orang itu."Kenapa Anda malah melarang kami? itu bagaimana nasibnya, seperti sudah tidak bernyawa," ucap salah satu dari mereka "Maaf Pak, wanita itu terkena HIV biar dokter khusus yang menanganinya," ucapnya dan semua pria yang akan menolong.Dan mereka mereka bergidik ngeri, takut terinfeksi. Dalam hatinya mereka sangat bersyukur menuruti perkataan orang yang baru datang itu tadiAmbulance datang petugas mengenakan pakaian khusus untuk mengevakuasi mayat tersebut dan membersihkan genangan darah dengan kertas koran dan di masukan kedalam wadah plastik lalu dikelola lebih lanjut sebagai bahan infeksiusdi tempat tertentu. Membersihkan tempat kejadian kecelakaan dengan memberikan larutan klorin kemudian dialirkan ke saluran air atau selokan.Rizal menelpon mamanya sambil berjalan menuju mobilnya. "Ma, tante Angie tertabrak mobil dan meninggal dunia," ucap Rizal dengan hati sedih.
Mawar menatap ruangannya sekali lagi. 'Bagaimana bisa ada di sini?' tanyanya dalam hati.Tiba-tiba saja perutnya bergejolak, ia ingin memuntahkan sesuatu tetapi tidak yang bisa dikeluarkan dari mulut.Setelah dokter keluar, Doni masuk dalam ruangan itu dengan pakaian khusus."Selamat siang Nyonya, senang melihat Anda sadar sudah satu bulan Anda dalam keadaan koma, saya sangat cemas," jelas Doni."Betulkah, aku tidak sadar selama itu, dan kenapa perutku bergejolak? Aku ingin memuntakan sesuatu, tetapi tidak ada yang di muntahkan," ucapnya parau.Doni menelan salivanya dengan kasar, ia tidak bisa berkata apa-apa lagi dan tak mampu menjelaskan sesuatu yang terjadi pada diri Mawar saat ini."Nyonya, kalau itu biar Dokter Rizal yang menjelaskan, apa Nyonya siap mendengarkan penjelasan Dokter Rizal?" tanya Doni menatap Iba."Baiklah, aku siap mendengarkannya," ucap Mawar."Kalau begitu saya akan keluar biar Dokter Rizal menemui Anda," ucap Doni"Ya baiklah aku juga ingin tahu keadaanku," ja
Bayu pulang agak malam karena waktu karena membantu sahabatnya Dokter Rizaldi prosesi pemakaman Nyonyanya Engie.Setengah jam kemudian dia sampai di rumah waktu menunjukkan jam sembilan malam ia berjalan menaiki tangga langsung menuju kamarnya.Terlihat istrinya duduk di kursi di depan meja rias ia berjalan sambil tersenyum simpul menghampiri sang istri dan memeluknya dari belakang dan mencium kening wanita itu."Baru pulang?" tanya Naila"Hem ... iya banyak kejadian diluar kantor," jawabnya lalu memutar kursi rias menghadap ke dirinya kemudian berjongkok dan mencium perut wanita itu. "Bagaimana dengan anak papa yang ada di dalam?""Aku baik, Papa," ucap Naila menirukan suara anak kecil."Tidak mual?" tanyanya lagi pada istrinya."Tidak yang ini tidak rewel dan aku tidak ingin apa-apa," jawab Naila."Kenapa kamu tidak ingin apa-apa, Dek? Padahal Papa ingin kamu repoti," kekehnya "Sudah mandi sana!
Sebuah mobil meluncur di jalanan perkotaan di Swiss lalu berhenti di rumah sakit khusus. Seorang pria turun dengan tergesa-gesa dengan langkah kaki lebarnya masuk mencari seseorang yang sedang di rawat di sini.Tiba di ruangan VVIP dengan pintu tertutup rapat. Dengan keraguan ia meraih gagang pintu dan memutarnya lalu terbuka.Terlihat lelaki yang dikenalnya meringkuk di bankar rumah sakit. "Tuan, apa kabarmu? Apa kau baik-baik saja?" tanya pria yang bernama Dron itu.Lelaki yang tak lain adalah Regan itu membalikkan badannya dengan susa payah. "Kau masih mau mengunjungiku setelah aku memanfaatkanmu?" ucap Regan terbata."Anda tetap orang tua angkat saya Tuan, saya disuruh mencari Anda oleh Dokter Rizal. Dia mencemaskan Anda begitu pula saya," ucap Dron."Aku sekarat, Dron. Biarkan aku di sini menemui ajalku!" ucap Regan putus asa."Anda tidak boleh meninggal sebelum meminta maaf pada wanita yang selama ini Anda sakiti, Tuan!" ucap Dron dan disambut dengan derai tawa Regan yang sumban
Keesokan harinya Regan pergi ke Jakarta dengan menyewa pesawat. Setibanya di sana ia langsung ke kamar Mawar dan bertemu Doni. Ia pun terkejut lalu ia minta Dron mendorong kursi Rodanya ke arah Doni yang duduk di kursi panjang di luar ruangan Mawar."Jadi kau yang mengkianatiku?" tanyanya sambil menatapnya dengan tatapan datar."Itu karena Anda tuan, Anda yang mengusik saya, dan Anda harus membayarnya," ucap lelaki itu. Ia meringis. "Siapa gadisnya?" tanyanya."Tidak perlu Anda tanya!" sarkas Doni."Baiklah, Maaf dan sampaikan maafku padanya," ucapnya lalu menoleh pada Dron"Bawa saya masuk saya ingin menemuinya sekarang!"Dron mendorong masuk kursi roda Regan masuk kedalam ruangan Mawar. Ia melihat wanita itu terlelap. Namun tak seberapa lama dia terbangun."Kau?" teriaknya kaget. Ada kecemasan di hatinya "Jadi ini kamu yang sekarang?" tanya Regan datar."Ya, Kenapa?" tanya Mawar dengan soro
Bayu berjalan kembali ke tempat duduk pajang ia pun duduk di sana di antara Naila dan Doni. pria itu menggenggam tangan Naila erat seperti memberikan kekuatan pada istrinya."Karena ada pak Regan kah kamu tidak bisa menjawab pertanyaanku tadi?" tanya Bayu pada Done."Apa? Ada Pak Regan?" tanya Naila dengan bibir bergetar dan tangannya dingin, ketakutan mulai menyerang dirinya."Sayang, jangan takut ada aku di sisimu," ucap Bayu dan Naila mengangguk. Namun tidak bisa meredahkan rasa takutnya itu."Apa kita kembali saja? Dari pada kamu ketakutan begini, yang," ucap Rudi."Nyonya tidak perlu takut, tuan Regan bukan ancaman sekarang untuk berdiri saja dia tidak bisa tetapi kalau Nyonya takut lebih kembali besok saja," timpal Rudi."Tidak, aku ingin menjenguknya sekarang juga, aku akan berusaha melawan rasa takutku ini," ucapnya.Pintu terbuka dan Regan keluar dengan Dron yang mendorong kursi Rodanya, ia melihat ada Naila di kursi panjang lalu meminta Dron mengarahkan kursi roda ke arah me
Dron mengemudikan mobil menuju rumah yang di siapkan Dokter Rizal, Regan duduk di bangku tengah sendirian. Ia menghela nafasnya lalu menatap jalanan. 'Ini akhir hidupku, tak ada satu pun wanita yang mendampingiku saat aku akan mendekati sekarat,' pikirnya."Kau pulang saja nanti biar aku sendiri saja di rumah, beri aku perawat laki-laki saj," ucapnya."Apa Anda yakin, Tuan?" tanya Dron."Ya, aku nyakin," ucapnya."Baiklah, Tuan," ucapnya."Panggil Papa!" perintahnya.Dron menatap spion mobilnya mencari keseriusan tuannya itu."Aku serius! Mulai sekarang pikirkanlah hidupmu, kau bebas, aku tidak akan menuntutmu apa-apa lagi," ucapnya lirih."Saya akan sering menjenguk Anda, Pa," ucap Dron."Tidak usah Dron aku ingin menjalani sisa hidupku sendiri, betul kata Mawar bahwa aku tidak berhak meminta dia menemaniku, aku terlalu serakah, Dron," ucap Regan."Apa Papa, juga tidak ingin melihat cucu Papa?
Rizal sudah diberitahu oleh Dron, tentang keinginan Regan untuk mengembalikan aset milik orang tua Naila, dan meminta untuk diuruskan perceraiannya dengan Linda, Regan ingin Linda menikah kembali karena dia masih sangat muda.Rizal mengendarai mobilnya menuju perusahaan Naila yang selama ini dijalankan ayahnya.setengah jam kemudian dia sampai. Ia segera turun dari mobilnya dan berjalan melewati lobby dan masuk dalam lift. Pintu terbuka dan ia keluar lalu berjalan serta masuk keruangan Presdir.Ia mulai mempersiapkan surat-surat pengalihan kuasa dari Regan ke Naila, ia meminta sekertaris ayahnya segera memprosesnya. Setelah itu menelpon Bayu ia menanyakan kapan Naila siap untuk dikukuhkan sebagai Presdir. Setelah itu, ia keluar dari ruangan itu untuk kembali ke rumah sakit tempatnyabekerja.Beberapa hari ia sibuk dengan urusan ayahnya membuat ia belum bertemu dengan Firda. Dia ingin menjalin keseriusan dengan gadis itu.Mobil berjalan dengan sangat cepatnya menuju tempat berkerja.