Zack tersentak tiba-tiba mendengar suara riuh para sahabatnya. Zavian mengeluarkan ponselnya yang sejak tadi ia sembunyikan. Ternyata ia menghubungkan telepon pada sahabat-sahabat mereka saat bicara dengan Zack.“Ayo, ikut aku!” Zavian menarik lengan Zack keluar dari lift. Zack hanya mendengus pelan dan mengikuti sahabatnya.Mobil mereka melaju cepat. Zack mengerutkan kening melihat arah tujuan yang diambil Zavian.“Kita ke mana? Ini bukan jalan menuju tempat pertemuan dengan klien.”“Meeting sudah kubatalkan.” Zavian membalas pertanyaan Zack. “Ada yang lebih penting dari pertemuan klien itu.”Melihat keseriusan Zavian yang sedang menyetir, Zack akhirnya diam. Ia pasrah dan tentu saja baru merasa menyesal telah keceplosan mengatakan kejujuran perasaannya pada Zavian.Padahal ia dan Aurora sudah berjanji untuk merahasiakan hubungan mereka. Masalahnya, Zavian memang hampir selalu ada di dekat Zack. Sahabatnya itu pasti pernah melihat kemesraan yang spontan ia berikan pada Aurora.Mobil
Setelah pesta yang dibuat para sahabat untuk Aurora dan Zack selesai, keduanya berpamitan. Mereka sudah berjanji untuk mengejar restu Mami dan Alzard.“Mami dan Alzard mungkin adalah tantangan terberatku.” Zack berkata pada Zavian.“Mereka akan mengerti.” Zavian menepuk bahu Zack.“Kami akan berdoa semoga kamu bisa meyakinkan Mami ada Alzard.”“Kalau perlu, kami akan datang dan merayu Mami dan Alzard.”Dukungan dari para sahabat membuat Zack terkekeh. Ia menatap Aurora yang sedang berbincang dengan Vigor. Saudara sepupuan itu tampak juga saling memberikan dukungan satu sama lain.*****Di dalam pesawat, Aurora melepas cincin emerald pemberian Zack, lalu meletakkannya di telapak tangan lelaki itu.“Kenapa dilepas?” Zack tersentak tak suka.“Cincin itu hanya simbol. Tetapi, tanpa cincin itu kita tetap saling mencintai, bukan? Aku melepasnya karena kita akan bertemu dengan Mami dan Alzard. Tidak mungkin aku mengenakan cincin itu sementara mereka belum tau apa-apa tentang hubungan kita.”
Perlahan kepala Zack menoleh ke belakang. Alzard sedang menatap mereka dengan mata terbelalak."Aurora masuk ke kamarmu." Zack berkata pelan."Alzard, kami .... " Aurora berusaha berbicara pada Alzard namun Zack mencegah dengan menggelengkan kepalanya pada Aurora.Dengan menggigit bibir bawah, Aurora membalik tubuh dan bergegas menuju kamarnya.Begitu Aurora menghilang di balik pintu, Zack menghampiri adik kandungnya."Bangsat! Kau apakan adikku!"Tangan Alzard yang mengepal kuat sudah terangkat ke atas namun ditahan Zack. Hampir saja kepalan tangan Alzard memukul wajah Zack jika ia tidak sigap mempertahankan diri."Kita bicara di luar. Jangan sampai Mami bangun.""Kenapa? Kenapa kalau Mami bangun? Biar saja. Biar Mami tau bahwa anak sulungnya ini memang breng ...."Alzard tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena mulutnya sudah dibungkam dengan telapak tangan Zack yang besar. Lelaki itu lalu menyeret adiknya ke mobil. Alzard tidak berkutik karena tubuh Zack memang lebih besar dan kuat
“Tok, tok.” Aurora mengetuk pintu kamar Alzard. “Aku masuk, ya.”Tidak ada balasan dari dalam, Aurora tetap membuka pintu. Wanita cantik itu masuk, melirik ranjang di mana Alzard masih berbaring.“Al, aku bawa sarapan untukmu.”Tetap tidak ada jawaban, meskipun Aurora tau Alzard sudah bangun dan mendengarnya dengan jelas.Aurora beranjak ke tepi tempat tidur, lalu duduk di sisinya. Menatap tubuh Alzard yang tertutup selimut.“Masih marah ya, sama aku? Maaf, ya.” Aurora berkata lirih.Sepuluh menit berlalu, Alzard tidak juga merubah posisi. Ia tetap memejamkan mata. Hingga Aurora akhirnya meneteskan air mata.Dengan cepat, Aurora mengusap pipinya. Ia berdiri dan menatap tubuh Alzard sambil menggigit bibir.“Ya sudah. Aku keluar dulu. Jangan lupa sarapan.”Tangan Aurora sudah akan menggapai pegangan pintu, namun terhenti karena mendengar pertanyaan Alzard.“Di mana bajingan itu menyentuhmu, Aurora? Trevor, apa dia melukaimu?”Aurora berdiri di depan pintu. Kepalanya menoleh ranjang. Alz
Seharian Mami tidak keluar dari kamar. Aurora mondar-mandir di depan kamar dengan resah. Zack hanya bisa menemani dengan bersandar di dinding.“Percuma kalian menunggu, Mami tidak akan keluar hari ini.” Alzard berbicara pada Zack dan Aurora.Aurora menghampiri Alzard. “Tolong, kamu temani Mami. Aku khawatir.”“Percuma aku menemaninya. Ia tidak akan merespon apa pun. Kalian juga sebaiknya pergi karena Mami akan semakin malas karena tau kalian menunggunya.”Setelah mengatakan kalimat itu, Alzard pergi meninggalkan Zack dan Aurora. Aurora melirik Zack, memberi kode agar ia diperbolehkan pergi dengan Alzard. Lelaki itu mengangguk.Segera, Aurora mengejar Alzard.“Al, mau ke mana?”Alzard tidak menoleh, tetapi terus berjalan menuju mobil.“Alzard! Tunggu!”Sambil mendengus pelan, Alzard berhenti dan menatap Aurora. “Aku mau menenangkan diri.”Tanpa menunggu balasan Aurora, Alzard masuk ke dalam mobil dan melajukan kendaraannya keluar. Aurora hanya bisa termangu sesaat lalu mengembuskan nap
"Mami merestui kami?" Zack tersenyum pada sang Mami. "Terima kasih."Tidak ada jawaban dari Clara. Bahkan wajahnya tetap datar tanpa sirat kebahagian."Keluarlah. Mami mau makan sendiri." Kalimat itu yang justru meluncur dari bibir Clara.Aurora dan Zack tertegun sesaat. Zack mengangguk lebih dulu. Ia menggiring pelan Aurora yang masih tampak ingin berbicara dengan Mami.Di depan pintu, mereka bertemu Alzard yang berdiri bersandar pada dinding kamar Mami. Sepertinya, ia juga mendengar pembicaraan yang baru saja terjadi antara Mami, Zack dan Aurora.Ekspresi wajah adik kandung Zack itu pun sama, datar saja. Alzard melewati Zack dam Aurora, lalu masuk ke dalam kamar Mami dan menutup pintu rapat-rapat.Zack dan Aurora saling bertatapan, lalu sama-sama mengembuskan napas panjang. Apa ini namanya terpaksa merestui?"Kita telepon Kakek, ya. Aku mempercepat meeting online karena Kakek mencarimu barusan." Zack mengeluarkan ponsel dari sakunya.Aurora mengangguk. "Oh, oke. Aku memang tidak mem
"Aurora? Sayang? Venus bertanya bagaimana konsep pernikahan idamanmu?" Zack menyentuh lembut punggung Aurora yang melamun.Padahal mereka sedang menerima tamu. Venus, seorang wedding organizer kenalan June.Setelah satu minggu kembali dari rumah Mami, Aurora seringkali termenung. Zack yang mengamati hanya mengira wanitanya sedang shock dengan banyaknya acara menjelang hari pernikahan mereka."Ummm ... boleh aku lihat-lihat saja dulu brosur-brosur ini? Semua bagus dan indah, aku perlu waktu memikirkannya." Aurora tersenyum pada Venus dan Zack."Tentu. Hubungi aku kapan saja jika ingin bertanya." Venus memaklumi. Ia segera berkemas dan pamit.Zack mengantar Venus hingga ke pintu. Mengucapkan terima kasih lalu kembali duduk di sisi Aurora yang lagi-lagi melamun."Sayang?" Sejak hubungan mereka telah diketahui kedua keluarga, Zack langsung memutuskan memanggil Aurora dengan panggilan romantis."Ya." Aurora menjawab singkat."Jangan mengelak lagi. Katakan apa yang ada di pikiranmu beberapa
Dorr!!Zack melesat ke ruang kerja Aurora melalui pintu penghubung. Dengan jantung berdebar kencang ia menatap pemandangan di depannya.Satu pengawal kebangsawanan berdiri di depan Aurora melindungi putri bangsawan tersebut. Satu lelaki kekar lain menarik kedua lengan Kyla ke belakang punggungnya.Sebuah pistol tergeletak di lantai."Aurora!"Langkah Zack tertahan pengawal yang melindungi Aurora. Sementara Aurora hanya diam terpaku dengan tatapan tajam pada Kyla.Detik berikutnya, telah banyak orang berkumpul di ruang Aurora."Aurora!" Zack kembali memanggil tunangannya dan menjulurkan tangan meminta Aurora menggenggamnya.Dengan wajah tetap waspada, Aurora mengangguk lalu memberi kode pada pengawalnya untuk memberinya jalan. Aurora melewati pengawal dan melangkah ke arah Zack.Zack mengembuskan napas lega saat akhirnya bisa memeluk Aurora. Kedua tangannya lalu menangkup wajah Aurora dan mengamatinya."Kamu tidak apa-apa, sayang?"Aurora menggeleng, lalu melirik Kyla yang sedang teris
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint