Dan di sini lah Aurora. Kastil Chateau, dikelilingi taman yang dipenuhi bunga kamelia. Penghuni kastil adalah keluarga Lady Laurent yang sangat senang hati menerima kedatangan Aurora.Dengan kamera canggih, Aurora mendokumentasikan beberapa spot yang menurutnya indah. Ia lalu tiduran di hamparan rumput, memandang langit cerah.“Pasti di kota besar, kamu tidak bisa melakukan ini.”Aurora terduduk. Lady Amora adik dari Lady Laurent, pemilik kastil Chateau telah berdiri di sampingnya. Wanita tua yang masih terlihat cekatan itu lalu duduk di sisi Aurora.“Tidak, My Lady. Lagipula, tidak ada tempat seperti ini di kota besar.”Lady Amora terkekeh. Ia mengamati Aurora. Wajah, rambut dan kulitnya, semua sempurna. Pantas saja Viscout sangat bangga akhirnya dapat menemukan cucunya dan mengumumkan pada keluarga bangsawan bahwa cucunya telah kembali.“Apa yang membawamu ke sini, Aurora?” Lady Amora bertanya lembut. “Tentu saja selain memperkenalkan diri dan membawa bingkisan dari Kakekmu.”Pertam
Aurora menoleh dan tersentak melihat siapa yang datang. Ia mengamati sekeliling. Seharusnya tempat ini tidak dapat dimasuki oleh sembarang orang, kecuali ia memiliki izin.“Zack?”Lelaki itu hanya terpaku menatap Aurora. Wajahnya terlihat terharu. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celana.“Hai. Akhirnya aku menemukanmu.”Aurora mencebik. “Memangnya kamu mencari-cariku?”Sampai gila! Bagaimana tidak? Aurora tidak membalas semua komunikasi. Telepon, pesan online, email. Hampir tiap detik Zack memeriksa dan semuanya tidak ada respon sama sekali.Zack sampai mengancam Vigor. Merendahkan diri pada Kakek Viscout. Semua ia lakukan untuk menemukan keberadaan Aurora.“Kalau kamu membalas semua pesanku, mungkin aku tidak akan kelabakan mencarimu.” Zack menyahut sambil tetap menatap intens wanita di depannya.“Maaf.” Aurora menunduk dengan raut wajah menyesal. “Apa ada masalah dengan pekerjaan yang kutinggalkan?”Hembusan napas panjang terdengar dari hidung Zack. Sejak tadi, ia pun berusaha me
Viscout menyeringai mendengar ancaman adik iparnya. Lelaki dan wanita di usia senja itu menatap sepasang insan yang berciuman di jembatan.“Tidak. Aku akan memiliki cucu menantu keturunan Lord Gerald. Mana mungkin aku tolak?”Spontan, Amora menoleh. “Apa katamu? Jadi, lelaki tampan itu keturunan Lord Gerald?“Keturunan ketujuh. Ia sendiri tidak merasa istimewa dengan status itu. Ayahnya memilih bekerja mandiri dibanding mengabdi pada kerajaan sehingga putra-putranya tidak memiliki insting sebagai keluarga ningrat.”Amora mengangguk mengerti. Mereka kembali mengamati kedua insan yang kini berjalan sambil bergandengan tangan. Posisi Viscout dan Amora kini berada di atas kastil, hingga memudahkan keduanya memantau Zack dan Aurora.“Ya Tuhan!” desis Amora sambil mencengkram tangan Viscout yang juga tampak terkejut oleh pemandangan di bawah mereka.Bagaimana tidak? Saat ini, Zack sedang berlutut di depan Aurora. Menyodorkan sebuah benda kecil, sementara Aurora tampak diam terpana.“Aurora
Aurora sedang merajuk. Panjang lebar ia dan Zack mendengar nasehat Kakek Viscout hingga akhirnya Kakek Viscout itu meminta mereka merahasiakan hubungan ini.“Tak apa, Aurora. Yang penting Kakek Viscout dan Lady Amora sudah merestui kita. Kakek tadi menegaskan bahwa aku harus meyakinkan Mami dan Alzard lebih dulu sebelum kebahagiaan ini kita sebarluaskan.”“Tapi, Kakek juga menyuruhmu pulang dan menahanku di sini.” Aurora tetap memberengut.Secara tidak langsung, Kakek Viscout memang menginginkan Aurora dan Zack menjalankan hubungan jarak jauh dan tersembunyi. Zack meyakini itu salah satu ujian baginya.“Mungkin Kakek tidak juga jera. Padahal aku bisa saja kabur dan nikah lari,” cetus Aurora.Zack terkekeh. “Kamu mau kita nikah lari?”Wanita cantik itu berpikir sesaat, lalu kepalanya menggeleng keras. “Aku tidak mau seperti ibuku. Aku tidak mau anak kita bernasib sama seperti aku.”Spontan, Zack tersenyum mendengar pernyataan Aurora. “Anak kita? Kamu sudah memikirkan sampai ke sana?”W
Begitu mendarat, Aurora bersikeras untuk langsung menuju kantor. Akhirnya ia termakan ucapan Kakek Viscout. Ingin memberi kejutan pada Zack sekaligus melihat sendiri apa yang dilakukan tunangannya itu saat ia tidak ada.Zavian menatap bingung rombongan yang datang tanpa pemberitahuan. Aurora dan Kakek Viscout didampingi beberapa orang lelaki bertubuh kekar. Menuju ruang kerja CEO. Kakek Viscout langsung meletakkan telunjuk di bibir lalu hendak menggiring Zavian pergi.“Eh, Kakek mau ke mana?” Aurora berbisik sebelum sang kakek pergi.“Mau memberimu waktu berduaan dengan tunangan tampanmu itu.” Kakek Viscout berbisik di telinga cucunya.Kakek Viscout mengedipkan mata pada Aurora. Ia lalu menggapit lengan Zavian dan mulai bertanya-tanya tentang perusahaan The Morgan.Aurora tersenyum. Perlahan tangannya membuka pintu. Ia melihat Zack yang sedang menunduk sambil membaca banyak berkas di meja.“Apa kamu sudah bisa menghubungi Aurora? Sudah beberapa jam teleponnya tidak aktif.” Zack mengir
Kakek Viscout melipat tangannya di perut dan menghadang jalan. Zack dan Aurora serentak melepas pelukan lalu menunduk hormat. Tatapan Kakek Viscout yang tajam membuat keduanya merasa bersalah.“Um … Aurora hanya tertidur sebentar di kamarku, Kakek. Maaf. Sekarang, Aurora lapar, kami mau ke ruang makan.”Untungnya, mendengar sang cucu lapar, Kakek Viscout mengangguk cepat dan memberi jalan. Ketiganya duduk di kursi kitchen island, meja fungsional estetik yang berada di tengah dapur.Zack mengeluarkan makanan beku dari dalam kulkas. Ia sendiri yang memanaskan makanan untuk Aurora. Kakek Viscout menolak dan hanya meminta teh hangat.Beberapa saat kemudian, makanan dan minuman siap. Aurora tampak lahap membuat Zack tersenyum dan menggeleng-geleng. Sementara Kakek Viscout mengamati sambil menyesap tehnya.“Setelah selesai makan, kamu tidur di kamar Kakek, Aurora,” titah Kakek Viscout.“Baik, Kakek.” Aurora mengangguk, lalu melirik Zack.“Harus diingat. Kalian itu sedang backstreet. Tunanga
Zack tersentak tiba-tiba mendengar suara riuh para sahabatnya. Zavian mengeluarkan ponselnya yang sejak tadi ia sembunyikan. Ternyata ia menghubungkan telepon pada sahabat-sahabat mereka saat bicara dengan Zack.“Ayo, ikut aku!” Zavian menarik lengan Zack keluar dari lift. Zack hanya mendengus pelan dan mengikuti sahabatnya.Mobil mereka melaju cepat. Zack mengerutkan kening melihat arah tujuan yang diambil Zavian.“Kita ke mana? Ini bukan jalan menuju tempat pertemuan dengan klien.”“Meeting sudah kubatalkan.” Zavian membalas pertanyaan Zack. “Ada yang lebih penting dari pertemuan klien itu.”Melihat keseriusan Zavian yang sedang menyetir, Zack akhirnya diam. Ia pasrah dan tentu saja baru merasa menyesal telah keceplosan mengatakan kejujuran perasaannya pada Zavian.Padahal ia dan Aurora sudah berjanji untuk merahasiakan hubungan mereka. Masalahnya, Zavian memang hampir selalu ada di dekat Zack. Sahabatnya itu pasti pernah melihat kemesraan yang spontan ia berikan pada Aurora.Mobil
Setelah pesta yang dibuat para sahabat untuk Aurora dan Zack selesai, keduanya berpamitan. Mereka sudah berjanji untuk mengejar restu Mami dan Alzard.“Mami dan Alzard mungkin adalah tantangan terberatku.” Zack berkata pada Zavian.“Mereka akan mengerti.” Zavian menepuk bahu Zack.“Kami akan berdoa semoga kamu bisa meyakinkan Mami ada Alzard.”“Kalau perlu, kami akan datang dan merayu Mami dan Alzard.”Dukungan dari para sahabat membuat Zack terkekeh. Ia menatap Aurora yang sedang berbincang dengan Vigor. Saudara sepupuan itu tampak juga saling memberikan dukungan satu sama lain.*****Di dalam pesawat, Aurora melepas cincin emerald pemberian Zack, lalu meletakkannya di telapak tangan lelaki itu.“Kenapa dilepas?” Zack tersentak tak suka.“Cincin itu hanya simbol. Tetapi, tanpa cincin itu kita tetap saling mencintai, bukan? Aku melepasnya karena kita akan bertemu dengan Mami dan Alzard. Tidak mungkin aku mengenakan cincin itu sementara mereka belum tau apa-apa tentang hubungan kita.”
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint