Aurora sedang merajuk. Panjang lebar ia dan Zack mendengar nasehat Kakek Viscout hingga akhirnya Kakek Viscout itu meminta mereka merahasiakan hubungan ini.“Tak apa, Aurora. Yang penting Kakek Viscout dan Lady Amora sudah merestui kita. Kakek tadi menegaskan bahwa aku harus meyakinkan Mami dan Alzard lebih dulu sebelum kebahagiaan ini kita sebarluaskan.”“Tapi, Kakek juga menyuruhmu pulang dan menahanku di sini.” Aurora tetap memberengut.Secara tidak langsung, Kakek Viscout memang menginginkan Aurora dan Zack menjalankan hubungan jarak jauh dan tersembunyi. Zack meyakini itu salah satu ujian baginya.“Mungkin Kakek tidak juga jera. Padahal aku bisa saja kabur dan nikah lari,” cetus Aurora.Zack terkekeh. “Kamu mau kita nikah lari?”Wanita cantik itu berpikir sesaat, lalu kepalanya menggeleng keras. “Aku tidak mau seperti ibuku. Aku tidak mau anak kita bernasib sama seperti aku.”Spontan, Zack tersenyum mendengar pernyataan Aurora. “Anak kita? Kamu sudah memikirkan sampai ke sana?”W
Begitu mendarat, Aurora bersikeras untuk langsung menuju kantor. Akhirnya ia termakan ucapan Kakek Viscout. Ingin memberi kejutan pada Zack sekaligus melihat sendiri apa yang dilakukan tunangannya itu saat ia tidak ada.Zavian menatap bingung rombongan yang datang tanpa pemberitahuan. Aurora dan Kakek Viscout didampingi beberapa orang lelaki bertubuh kekar. Menuju ruang kerja CEO. Kakek Viscout langsung meletakkan telunjuk di bibir lalu hendak menggiring Zavian pergi.“Eh, Kakek mau ke mana?” Aurora berbisik sebelum sang kakek pergi.“Mau memberimu waktu berduaan dengan tunangan tampanmu itu.” Kakek Viscout berbisik di telinga cucunya.Kakek Viscout mengedipkan mata pada Aurora. Ia lalu menggapit lengan Zavian dan mulai bertanya-tanya tentang perusahaan The Morgan.Aurora tersenyum. Perlahan tangannya membuka pintu. Ia melihat Zack yang sedang menunduk sambil membaca banyak berkas di meja.“Apa kamu sudah bisa menghubungi Aurora? Sudah beberapa jam teleponnya tidak aktif.” Zack mengir
Kakek Viscout melipat tangannya di perut dan menghadang jalan. Zack dan Aurora serentak melepas pelukan lalu menunduk hormat. Tatapan Kakek Viscout yang tajam membuat keduanya merasa bersalah.“Um … Aurora hanya tertidur sebentar di kamarku, Kakek. Maaf. Sekarang, Aurora lapar, kami mau ke ruang makan.”Untungnya, mendengar sang cucu lapar, Kakek Viscout mengangguk cepat dan memberi jalan. Ketiganya duduk di kursi kitchen island, meja fungsional estetik yang berada di tengah dapur.Zack mengeluarkan makanan beku dari dalam kulkas. Ia sendiri yang memanaskan makanan untuk Aurora. Kakek Viscout menolak dan hanya meminta teh hangat.Beberapa saat kemudian, makanan dan minuman siap. Aurora tampak lahap membuat Zack tersenyum dan menggeleng-geleng. Sementara Kakek Viscout mengamati sambil menyesap tehnya.“Setelah selesai makan, kamu tidur di kamar Kakek, Aurora,” titah Kakek Viscout.“Baik, Kakek.” Aurora mengangguk, lalu melirik Zack.“Harus diingat. Kalian itu sedang backstreet. Tunanga
Zack tersentak tiba-tiba mendengar suara riuh para sahabatnya. Zavian mengeluarkan ponselnya yang sejak tadi ia sembunyikan. Ternyata ia menghubungkan telepon pada sahabat-sahabat mereka saat bicara dengan Zack.“Ayo, ikut aku!” Zavian menarik lengan Zack keluar dari lift. Zack hanya mendengus pelan dan mengikuti sahabatnya.Mobil mereka melaju cepat. Zack mengerutkan kening melihat arah tujuan yang diambil Zavian.“Kita ke mana? Ini bukan jalan menuju tempat pertemuan dengan klien.”“Meeting sudah kubatalkan.” Zavian membalas pertanyaan Zack. “Ada yang lebih penting dari pertemuan klien itu.”Melihat keseriusan Zavian yang sedang menyetir, Zack akhirnya diam. Ia pasrah dan tentu saja baru merasa menyesal telah keceplosan mengatakan kejujuran perasaannya pada Zavian.Padahal ia dan Aurora sudah berjanji untuk merahasiakan hubungan mereka. Masalahnya, Zavian memang hampir selalu ada di dekat Zack. Sahabatnya itu pasti pernah melihat kemesraan yang spontan ia berikan pada Aurora.Mobil
Setelah pesta yang dibuat para sahabat untuk Aurora dan Zack selesai, keduanya berpamitan. Mereka sudah berjanji untuk mengejar restu Mami dan Alzard.“Mami dan Alzard mungkin adalah tantangan terberatku.” Zack berkata pada Zavian.“Mereka akan mengerti.” Zavian menepuk bahu Zack.“Kami akan berdoa semoga kamu bisa meyakinkan Mami ada Alzard.”“Kalau perlu, kami akan datang dan merayu Mami dan Alzard.”Dukungan dari para sahabat membuat Zack terkekeh. Ia menatap Aurora yang sedang berbincang dengan Vigor. Saudara sepupuan itu tampak juga saling memberikan dukungan satu sama lain.*****Di dalam pesawat, Aurora melepas cincin emerald pemberian Zack, lalu meletakkannya di telapak tangan lelaki itu.“Kenapa dilepas?” Zack tersentak tak suka.“Cincin itu hanya simbol. Tetapi, tanpa cincin itu kita tetap saling mencintai, bukan? Aku melepasnya karena kita akan bertemu dengan Mami dan Alzard. Tidak mungkin aku mengenakan cincin itu sementara mereka belum tau apa-apa tentang hubungan kita.”
Perlahan kepala Zack menoleh ke belakang. Alzard sedang menatap mereka dengan mata terbelalak."Aurora masuk ke kamarmu." Zack berkata pelan."Alzard, kami .... " Aurora berusaha berbicara pada Alzard namun Zack mencegah dengan menggelengkan kepalanya pada Aurora.Dengan menggigit bibir bawah, Aurora membalik tubuh dan bergegas menuju kamarnya.Begitu Aurora menghilang di balik pintu, Zack menghampiri adik kandungnya."Bangsat! Kau apakan adikku!"Tangan Alzard yang mengepal kuat sudah terangkat ke atas namun ditahan Zack. Hampir saja kepalan tangan Alzard memukul wajah Zack jika ia tidak sigap mempertahankan diri."Kita bicara di luar. Jangan sampai Mami bangun.""Kenapa? Kenapa kalau Mami bangun? Biar saja. Biar Mami tau bahwa anak sulungnya ini memang breng ...."Alzard tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena mulutnya sudah dibungkam dengan telapak tangan Zack yang besar. Lelaki itu lalu menyeret adiknya ke mobil. Alzard tidak berkutik karena tubuh Zack memang lebih besar dan kuat
“Tok, tok.” Aurora mengetuk pintu kamar Alzard. “Aku masuk, ya.”Tidak ada balasan dari dalam, Aurora tetap membuka pintu. Wanita cantik itu masuk, melirik ranjang di mana Alzard masih berbaring.“Al, aku bawa sarapan untukmu.”Tetap tidak ada jawaban, meskipun Aurora tau Alzard sudah bangun dan mendengarnya dengan jelas.Aurora beranjak ke tepi tempat tidur, lalu duduk di sisinya. Menatap tubuh Alzard yang tertutup selimut.“Masih marah ya, sama aku? Maaf, ya.” Aurora berkata lirih.Sepuluh menit berlalu, Alzard tidak juga merubah posisi. Ia tetap memejamkan mata. Hingga Aurora akhirnya meneteskan air mata.Dengan cepat, Aurora mengusap pipinya. Ia berdiri dan menatap tubuh Alzard sambil menggigit bibir.“Ya sudah. Aku keluar dulu. Jangan lupa sarapan.”Tangan Aurora sudah akan menggapai pegangan pintu, namun terhenti karena mendengar pertanyaan Alzard.“Di mana bajingan itu menyentuhmu, Aurora? Trevor, apa dia melukaimu?”Aurora berdiri di depan pintu. Kepalanya menoleh ranjang. Alz
Seharian Mami tidak keluar dari kamar. Aurora mondar-mandir di depan kamar dengan resah. Zack hanya bisa menemani dengan bersandar di dinding.“Percuma kalian menunggu, Mami tidak akan keluar hari ini.” Alzard berbicara pada Zack dan Aurora.Aurora menghampiri Alzard. “Tolong, kamu temani Mami. Aku khawatir.”“Percuma aku menemaninya. Ia tidak akan merespon apa pun. Kalian juga sebaiknya pergi karena Mami akan semakin malas karena tau kalian menunggunya.”Setelah mengatakan kalimat itu, Alzard pergi meninggalkan Zack dan Aurora. Aurora melirik Zack, memberi kode agar ia diperbolehkan pergi dengan Alzard. Lelaki itu mengangguk.Segera, Aurora mengejar Alzard.“Al, mau ke mana?”Alzard tidak menoleh, tetapi terus berjalan menuju mobil.“Alzard! Tunggu!”Sambil mendengus pelan, Alzard berhenti dan menatap Aurora. “Aku mau menenangkan diri.”Tanpa menunggu balasan Aurora, Alzard masuk ke dalam mobil dan melajukan kendaraannya keluar. Aurora hanya bisa termangu sesaat lalu mengembuskan nap