“Kita harus membawa Felix ke psikolog.” Clara menggeleng-geleng.Setelah mengantar Felix ke kamar dan meminta anak lelaki itu tidur, Aurora, Zack dan Clara berkumpul di ruang keluarga. Aurora menemukan berlembar-lembar gambar Felix di laci meja belajar.“Bagaimana kamu menemukan ini?” tanya Clara sambil mengangkat kertas-kertas gambar Felix di tangannya.“Aku mau memasukkan perlengkapan gambar Felix ke laci. Di dalam sana ternyata Felix menyimpan gambar-gambar itu.”Felix tidak marah saat Aurora meminta gambar-gambar tersebut. Bahkan anak lelaki itu tersenyum bangga saat Aurora berkata semua gambarnya bagus.Zack mengambil satu lembar yang merupakan tugas presentasi Felix tentang keluarga. Sebuah gambar anak lelaki di dekat makam bertuliskan nama Amber, wanita yang menggendong bayi serta anak lelaki di samping bayi. Juga lelaki dewasa tinggi yang berdiri di samping wanita.Uniknya, foto bayi di sana diberi lingkaran di atas kepalanya. Sedangkan foto wanita diberi sayap seperti malaika
Zack tak habis pikir. Anak-anak TK saat ini sudah bisa saling bersaing dan iri pada kelebihan anak lain.“Teman Felix ini memang selalu unggul dalam setiap pelajaran, tetapi saat Felix datang, nilai menggambarnya selalu di bawah Felix.”Tetap saja Zack tidak menerima alasan dari guru tersebut. Ia menuntut orang tua dari anak tersebut diberitahu tentang prilaku anaknya.Anak tersebut sengaja membuang gambar Felix dan menggantinya dengan gambar lain.“Siapa nama orang tua Andante itu?” Zack mengangkat sebelah alisnya pada guru Felix.Jawaban dari guru membuat Aurora dan Zack menghela napas panjang. Andante adalah anak dari keluarga broken home. Kini, ia hanya tinggal dengan kakek dan neneknya saja.“Orang tua Andante?” Aurora jadi penasaran.“Pengasuhan Andante sebenarnya jatuh pada ibunya. Namun ibunya memutuskan bekerja di luar negeri.”Sekolah berjanji akan mendiskusikan prilaku Andante dengan keluarganya. Guru Felix juga mengatakan akan lebih perhatian hingga hal seperti ini tidak t
Sejak saat itu, Felix memiliki jadwal bermain games. Setelah pulang sekolah, ia bisa bermain selama satu jam.“Dad, aku sudah berhasil menyelesaikan gamesnya. Aku butuh games baru.” Felix berkata pada Zack saat makan malam.Zack mengangkat alisnya. Baru satu minggu, ia memberikan games itu pada Felix dan putranya bilang sudah selesai?“Nanti Daddy lihat dulu bagaimana perkembangan gamesnya.”“Aku juara satu terus.”Kembali, Zack mengangkat alisnya. Ia menurunkan peralatan makan yang sedang dipegang lalu menatap putranya.“Kamu membuka akses bertanding games online?”“Aku ditawari seseorang, jadi aku menekan tombol mengikuti.” Felix menjawab pertanyaan Zack dengan santai.Aurora kini menatap Zack. Wanita itu jadi khawatir sekarang. Walaupun Felix belum pernah melanggar durasi bermainnya, tetap saja ia sebenarnya menginginkan Felix bermain di luar ruangan dibanding bermain games.“Apakah berbahaya jika Felix bertanding games online?” Aurora menoleh dan memandang suaminya.Kepala Zack me
Aurora mengamati Felix yang sedang sarapan. Anak lelaki itu tampak biasa saja, meskipun tidur larut malam.Saat mengetahui Felix terjaga dan bermain games, sebenarnya Aurora sudah ingin langsung melabrak Felix. Tetapi, dicegah Zack.“Biarkan saja, Sayang. Aku tau cara yang paling tepat. Jika kita marahi, Felix akan terus mencari celah.” Begitu kata Zack semalam.“Felix, hari ada kelas memasak, ya?” Aurora bertanya untuk mengetes daya konsentrasi Felix.“Iya, Mom.” Suara Felix tampak tidak bersemangat.”“Wah pasti menyenangkan. Masak apa?”Felix terlihat mengembuskan napas panjang lalu menggeleng. Bahkan di mobil, yang biasanya Felix bermain dengan Haven kembali tertidur.“Pasti dia di kelas juga tidur, Zack. Sudahlah, kita bawa pulang saja. Tidak usah sekolah.” Aurora menggeleng melihat prilaku Felix.“Tak apa, Sayang. Jika benar nanti Felix tidur, baru aku akan mengatakan bahwa itu konsekuensi dari bergadang karena main games.”Akhirnya Aurora tau mengapa Zack tidak langsung memarahi
“Jenny?” Aurora dan June membulatkan mata pada sosok wanita yang baru saja mengusir mereka.“Keluarlah kalian berdua dan jangan kembali lagi ke sini.” Sekali lagi Jenny memerintah.June maju satu langkah ke depan Jenny. “Ini tempat umum dan kami membayar untuk bisa berada di dalam sini. Tidak, kami akan tetap di sini.”Sambil menyeringai Jenny menunjukkan kartu tanda pengenalnya. Ia adalah manager operasional club bergengsi tersebut. Dengan sombong, ia berkata bahwa ia berhak mengusir orang.“Apa alasanmu?” Kini Aurora ikut bertanya. “Kamu masih dendam padaku?”“Tidak penting apa alasanku!” Jenny mengangkat tangan memberi kode pada lelaki-lelaki di belakngnya.Namun begitu, tidak ada satu pun orang yang mengikutinya barusan menjalankan perintahnya. Jenny menoleh ke belakang dan melihat lelaki-lelaki yang merupakan pekerja club dikepung oleh lelaki-lelaki kekar berpakaian hitan-hitam.“Maaf, ya. Aku berhak berada di sini. Para pengawalku hanya memastikan itu. Mereka tidak akan menyakit
Kini, Zack memiliki waktu bermain games bersama Felix. Ia selalu menyempatkan pulang tepat waktu agar dapat menemani putranya.“Dad, lihat aku menang lagi!” pekik Felix senang.Padahal Felix tau sejak tadi Zack memperhatikannya main. Tetap saja anak itu berteriak padanya meminta perhatian.“Iya, Daddy lihat.”“Apa aku sudah hebat?”“Lumayan.”Dengan wajah puas, Felix menyerahkan tabletnya kembali pada Zack. Ia sudah berjanji akan disiplin pada waktu bermain agar tetap diizinkan Daddy-nya bertanding online.Zack dan Felix lalu keluar dari kamar. Mereka akan menyusul Haven yang sedang bermain di taman.“Apa Daddy tau bulan depan aku ulang tahun?” Felix mendongak menatap Zack yang berjalan dengan wajah datar.“Iya.”“Apa aku boleh minta hadiah?”“Apa?”Felix terdiam. Sesungguhnya ia belum tau hadiah apa yang ia inginkan. Zack melirik sekilas putranya yang sudah berlari menghampiri Haven.Sebuah tangan melingkari bahu Aurora. Wanita itu tau suaminya yang memeluknya. Aurora menoleh dan ter
Zack dan Zavian langsung mengikuti Alzard. Mereka menyibak kerumunan di depan panggung. Tak lama kemudian Alzard menarik seorang wanita ke luar dari keramaian.“Apa-apaan ini!” Jenny menjerit. Ia memegangi lengannya yang dicekal Alzard.Sekali hentak Alzard melepaskan lengan Jenny. Dengan wajah merah menahan malu karena diperhatikan oleh orang banyak, Jenny menatap tiga orang lelaki di depannya.“Kami melakukan apa yang kamu lakukan pada Aurora dan June semalam.” Zack bicara dengan nada dingin.Jenny mendengus pelan. “Aku tidak melakukan apa pun pada wanita-wanita manja itu.”Alis Alzard naik sebelah. Ia maju lebih dekat ke depan wanita yang pernah berhari-hari mendekatinya.“Kamu menghina Aurora, adikku dan June, tunanganku dengan mencoba mengusir mereka.”Mata Jenny menatap wajah Alzard. Kepalanya menggeleng pelan. “Ju – June? Tunanganmu?”“Iya. Tetapi, maaf, wanita berhati iri dengki tidak akan diundang ke pernikahan kami.” Alzard menyahut.Zack kini ikut maju mendekati Jenny. “Ini
“Dad,” panggil Felix.“Hem.”“Besok aku harus bicara apa?”Zack menatap Felix. Hari ini sepulang sekolah, Aurora membawa Felix dan Haven ke kantor.“Apa Mommy masih menyusui Haven?” Zack mengalihkan perbincangan.“Iya. Dan sebentar lagi, Haven sepertinya akan tidur.”“OK.”“Jadi, bagaimana, Dad? Apa yang harus aku katakan pada presentasi tentang keluarga besok di sekolah? Daddy bilang mau mengajariku."Tidak ada jawaban dari Zack. Lelaki itu menyibukkan diri dengan laptop di depannya. Namun, tampaknya Felix masih gigih menunggu apa yang akan dikatakan sang Daddy.Hingga akhirnya Zack berhenti bekerja. Ia mengajak Felix duduk di sofa. Setelah membuka jasnya, Zack duduk di samping Felix.“Apa kamu sudah memberikan gambar keluarga yang kamu buat kepada gurumu?”Felix mengangguk.“Dia bilang apa?”“Gambarku sangat bagus dan ia sangat penasaran dengan cerita gambar tersebut.”Zack mendengus dalam hati. Ia tidak akan membiarkan rasa penasaran seseorang terhadap keluarganya terpenuhi.“Daddy