Sontak, semua mata memandang Felix. Anak lelaki itu menampakkan wajah galak pada Zack yang baru saja marah pada Haven.“Apa kamu sadar baru saja membentak Daddy-mu?” Alis Zack terangkat tinggi.“Daddy membuat Haven menangis!” Felix membalas dengan berani.Aurora segera menghampiri Zack. Sementara Clara memegang Felix. Aurora membawa Zack masuk ke dalam kamar.“Sabar dong, Zack.”‘Kamu lihat sendiri, anak itu membentakku, Sayang.” Zack memberengut.“Kamu tau kenapa? Karena ia melihat kamu marah pada Haven dan Haven jadi menangis. Tandanya, Felix tidak suka melihat adiknya sedih.”Zack lalu beralasan bahwa ia sempat khawatir saat menggendong Haven yang meronta. Tubuh bayi itu basa dan agak licin. Zack sangat takut putranya jatuh hingga tak sadar marah pada Haven.“Iya, aku lihat. Kalian tidak bersalah. Hanya masing-masing emosi dan beda perlakuan dengan Haven.”Akhirnya Zack mengalah. Ia masuk ke kamar mandi untuk membilas diri dari air kolam renang. Aurora segera menuju kamar bayi di m
“Terus-terang, Daddy tidak banyak tau tentang Mamamu.” Zack membaca secarik kertas yang memuat tugas Felix.Setelah makan malam, Zack akhirnya masuk ke kamar Felix. Aurora dengan tegas mengatakan Zack harus membantu Felix menyelesaikan tugasnya.Felix memberikan secarik kertas tentang pengumuman tema materi di sekolah minggu ini adalah keluarga. Zack mengembuskan napas berat kala tau pembahasan tentang Amber ini masih akan berlangsung.“Apa Daddy tau, nama asli Mama sebenarnya bukan Amber?” tanya Felix.“Tidak.” Zack membalas tak perduli.Tetapi ia tau, wanita yang menemaninya memang jarang menggunakan nama asli. Dan ia tidak pernah merasa penasaran dengan hal tersebut. Tidak penting, bukan?“Ini nama asli Mama Amber.”Zack mengerutkan kening menerima data dari Felix. “Dapat darimana?”“Rumah sakit tempat Mama dirawat.”Kertas itu dikembalikan Zack pada Felix. Pembicaraan ini mulai lebih jauh dan Zack sangat tidak menyukai tema obrolan ini. Bukankah lebih baik ia bersama Aurora?“Ya s
Suara itu seketika hilang. Zack terduduk tegak. Ia mengamati Aurora yang tetap tidur dan tidak terganggu suara-suara dari luar.Penasaran, Zack mengenakan mantel piyamanya lalu keluar dari kamar. Sepi. Ia berjalan ke ruang utama rumah.Di sana, Zack melihat Jeff dan beberapa sekuriti berkumpul. Ada tiga orang yang sedang dipegangi sekuriti yang membuat dahi Zack berkerut.“Ada apa ini?” Zack mempercepat langkahnya.Setelah dekat, Zack bisa melihat jelas siapa yang sedang ribut-ribut di rumahnya. Keluarga Amber ternyata menerobos masuk untuk mencari Felix.“Bagaimana kalian bisa membukakan gerbang untuk orang tak dikenal ini?” Zack mendengus kesal pada penjaga gerbang.“Mereka beralasan mereka adalah keluarga Tuan Muda Felix. Bahkan menunjukkan beberapa foto kebersamaan Anda dan Felix yang sedang makan bersama.” Penjaga menunduk dan menjawab dengan nada menyesal.Zack mengibaskan tangan. Penjaga itu segera pergi untuk bertugas kembali. Bukan salah para penjaga karena ia memang tidak ta
Tentu saja tidak adalah jawaban dari pertanyaan Aurora. Esok paginya, Zack mengirim Zavian ke sekolah Felix. Asisten pribadi Zack itu menyampaikan beberapa poin yang merupakan keberatan Zack.“Saya hanya menuruti perintah Bos saya.” Zavian menjawab saat kepala sekolah mempertanyakan mengapa bukan Zack sendiri yang datang.Kepala sekolah itu terlihat tersenyum dan mengangguk bersamaan. Ia memohon maaf karena belum bisa menyetujui pendapat Zack mengenai penghapusan tema keluarga pada materi pembelajaran.Zavian yang sebenarnya mengerti memberikan anggukan kepala lalu berpamitan. Di perjalanan kembali ke kantor, ia menelepon Zack dan memberikan laporan terkait pertemuannya dengan kepala sekolah.“Aku jadi tidak suka dengan sekolah itu. Cari sekolah lain. Aku akan memindahkan Felix ke sekolah yang tidak memiliki materi pembelajaran tentang keluarga!”“Jangan berlebihan. Kenapa tidak mencari cara lain saja?”&l
Zack menghela napas panjang. Apa lagi ini. Baru sampai rumah, Felix sudah meminta sesuatu yang membuat moodnya semakin turun.“Tidak!” Zack berkata tegas sambil melewati Felix.“Lalu, bagaimana aku memperlihatkan foto Mama saat presentasi?” Kaki-kaki kecil Felix berlari-lari menyusul langkah panjang Zack.“Bilang saja tidak ada foto.” Zack kembali berkata tegas.“Apa aku boleh menggunakan foto Mommy?”Langkah Zack kini terhenti. Lelaki itu membalik tubuh dan menunduk menatap anak kecil di bawahnya.“Kenapa dengan foto Mommy?”“Aku harus memperlihatkan foto keluarga. Keluarga itu terdiri dari aku, Orang tua dan saudara kandung.”“Kamu harus tanya pada Mommy lebih dulu.”Felix mengangguk. Ia berkata ingin juga memasang foto Haven. Zack pun menjawab, ia akan mendiskusikannya dengan Aurora.“Diskusi apa?” Tiba-tiba, Aurora datang dengan menggendong Haven.Wajah Zack yang sejak datang tadi datar kini menampakkan senyum. Ia segera mencium pipi Aurora, lalu mengambil Haven. Lelaki itu kini s
“Kita harus membawa Felix ke psikolog.” Clara menggeleng-geleng.Setelah mengantar Felix ke kamar dan meminta anak lelaki itu tidur, Aurora, Zack dan Clara berkumpul di ruang keluarga. Aurora menemukan berlembar-lembar gambar Felix di laci meja belajar.“Bagaimana kamu menemukan ini?” tanya Clara sambil mengangkat kertas-kertas gambar Felix di tangannya.“Aku mau memasukkan perlengkapan gambar Felix ke laci. Di dalam sana ternyata Felix menyimpan gambar-gambar itu.”Felix tidak marah saat Aurora meminta gambar-gambar tersebut. Bahkan anak lelaki itu tersenyum bangga saat Aurora berkata semua gambarnya bagus.Zack mengambil satu lembar yang merupakan tugas presentasi Felix tentang keluarga. Sebuah gambar anak lelaki di dekat makam bertuliskan nama Amber, wanita yang menggendong bayi serta anak lelaki di samping bayi. Juga lelaki dewasa tinggi yang berdiri di samping wanita.Uniknya, foto bayi di sana diberi lingkaran di atas kepalanya. Sedangkan foto wanita diberi sayap seperti malaika
Zack tak habis pikir. Anak-anak TK saat ini sudah bisa saling bersaing dan iri pada kelebihan anak lain.“Teman Felix ini memang selalu unggul dalam setiap pelajaran, tetapi saat Felix datang, nilai menggambarnya selalu di bawah Felix.”Tetap saja Zack tidak menerima alasan dari guru tersebut. Ia menuntut orang tua dari anak tersebut diberitahu tentang prilaku anaknya.Anak tersebut sengaja membuang gambar Felix dan menggantinya dengan gambar lain.“Siapa nama orang tua Andante itu?” Zack mengangkat sebelah alisnya pada guru Felix.Jawaban dari guru membuat Aurora dan Zack menghela napas panjang. Andante adalah anak dari keluarga broken home. Kini, ia hanya tinggal dengan kakek dan neneknya saja.“Orang tua Andante?” Aurora jadi penasaran.“Pengasuhan Andante sebenarnya jatuh pada ibunya. Namun ibunya memutuskan bekerja di luar negeri.”Sekolah berjanji akan mendiskusikan prilaku Andante dengan keluarganya. Guru Felix juga mengatakan akan lebih perhatian hingga hal seperti ini tidak t
Sejak saat itu, Felix memiliki jadwal bermain games. Setelah pulang sekolah, ia bisa bermain selama satu jam.“Dad, aku sudah berhasil menyelesaikan gamesnya. Aku butuh games baru.” Felix berkata pada Zack saat makan malam.Zack mengangkat alisnya. Baru satu minggu, ia memberikan games itu pada Felix dan putranya bilang sudah selesai?“Nanti Daddy lihat dulu bagaimana perkembangan gamesnya.”“Aku juara satu terus.”Kembali, Zack mengangkat alisnya. Ia menurunkan peralatan makan yang sedang dipegang lalu menatap putranya.“Kamu membuka akses bertanding games online?”“Aku ditawari seseorang, jadi aku menekan tombol mengikuti.” Felix menjawab pertanyaan Zack dengan santai.Aurora kini menatap Zack. Wanita itu jadi khawatir sekarang. Walaupun Felix belum pernah melanggar durasi bermainnya, tetap saja ia sebenarnya menginginkan Felix bermain di luar ruangan dibanding bermain games.“Apakah berbahaya jika Felix bertanding games online?” Aurora menoleh dan memandang suaminya.Kepala Zack me