“Kita harus menjaga Vigor. Dia tidak boleh sendirian.” Zack berkata pada para sahabatnya.Saat ini mereka sedang menunggu Vigor. Salah satu pegawai villa memberi informasi sahabat mereka itu sedang berada di restoran bersama Chantal.“Jangan terlalu khawatir. Chantal tidak seliar yang kalian duga.” Louis berkata santai.“Tidak liar bagaimana? Wanita berkeliaran tanpa busana, kau bilang tidak liar? Otakmu mulai geser, Lou!” Elvis menggeleng tak setuju dengan pernyataan Louis.“Hey, dia pakai baju.” Louis terkekeh.“Kau sebut yang dipakainya itu baju? Sebenarnya apa definisi baju untukmu? Sesuatu yang dipakai di tubuh tetapi kau masih bisa melihat isinya?” Zavian menyindir sinis.“Apa yang kalian ributkan?”Saking seriusnya bertengkar dan saling menyindir, mereka tak sadar Vigor datang. Lelaki itu dengan santai duduk di samping Zack dan merangkul bahu sahabatnya.
"Mereka belum keluar juga?" Kakek Viscout bertanya pada Leonora yang menemaninya sarapan."Belum, Kakek. Sepertinya mereka tidak perlu ditunggu." Leonora membalas dengan senyum santun.Lelaki tua itu menggeleng dan tersenyum bersamaan. Sudah tiga hari Zack dan Aurora mengurung diri di kamar. Makanan mereka pun selalu diantar para pelayan.Tidak ada yang melihat keduanya keluar dari kamar sejak Zack kembali dari berlibur. “Ya, sudah. Kamu temani Kakek ke gedung parlemen bangsawan. Tetapi, tidak perlu ikut rapat. Jadi, setelah Kakek masuk, kamu menunggu di perpustakaan saja.” Kakek Viscout memerintah pada Leonora.“Mmm … apa boleh Leonora bertemu teman yang bekerja di sana?”“Tentu boleh.” Kakek Viscout mengangguk.Mereka kemudian sarapan tanpa banyak bicara lagi. Hanya suara pelan pelayan yang menawarkan makanan yang terdengar.Di dalam kamar, Aurora sedang duduk berhadapan di pangkuan Zack. Wanita cantik itu sedang serius mencukur bulu-bulu di wajah sang suami."Tiga hari saja tidak
Saat Aurora akan berpamitan, Kakek Viscout ternyata sudah berangkat ke parlemen bangsawan. Ia hanya menitipkan pesan kepada pelayan bahwa ia kan pergi dengan Zack.Aurora dan Zack kini menunggu di sofa nyaman di sebuah klinik pribadi milik seorang dokter kandungan. Zack sengaja tidak membawa istrinya ke rumah sakit agar privasi mereka tetap terjaga.Meski begitu, ada saja yang mengenali Aurora. Untungnya semua pasien di klinik itu terlihat mengerti tentang menjaga privasi masing-masing karena mereka juga orang-orang yang cukup terkenal.“Menurut yang aku baca, dokter ini adalah salah satu dokter termuda yang berprestasi. Ia seringkali membantu kelahiran yang sulit.” Zack berbisik pada istrinya.“Oh, pantas saja pasiennya cukup banyak.”Zack mengangguk. “Menurut informasi, dokter ini juga memiliki darah bangsawan dari ibunya.”Spontan, Aurora menoleh dan memicingkan mata pada sang suami. “Darimana kam
Dalam perjalanan kembali ke kastil, Aurora dan Zack masing-masing mengemukakan pendapat. Penampakan Henry dan Farah di restoran membuat mereka berspekulasi macam-macam."Siapa tau mereka bersaudara?""Atau bersahabat?"Tetapi kemudian baik Aurora maupun Zack menggeleng. Dilihat dari interaksi keduanya, mereka ragu Henry dan Farah bersaudara ataupun bersahabat.Tidak mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di pikiran, akhirnya Aurora dan Zack memutuskan menunda diskusi.Kakek Viscout telah kembali dari parlemen kebangsawanan. Lelaki tua itu tersenyum melihat Aurora dan Zack yang baru saja pulang."Kakek." Aurora menyapa lalu menghampiri Kakek Viscout.Zack mengamati kakek dan cucunya yang saling berpelukan dan mencium pipi masing-masing."Kalian sudah makan?" Kakek Viscout bertanya seraya menatap Aurora dan Zack bergantian."Sudah, Kek." Berbarengan Aurora dan Zack menjawab.Kakek Viscout mengan
Kakek Viscout menyadari perubahan yang terjadi pada cucunya. Aurora terlihat datar dan lebih pendiam.Saat dokter kandungan datang dan banyak bertanya tentang usaha apa saja yang sudah mereka lakukan agar dapat hamil, Zack lebih banyak menjawab. Sementara Aurora hanya mengangguk dan tersenyum tipis.Selesai menerima tamu, Aurora langsung berpamitan dan kembali ke kamar. Zack hanya bisa mengembuskan napas berat lalu turut mengantar kepulangan dokter hingga ke pintu kastil bersama Kakek Viscout.Tatapan Kakek Viscout menuntut penjelasan tentang perubahan sikap cucunya pada Zack. Lelaki tampan itu kembali mengembuskan napas berat dan menceritakan tentang kemungkinan ia dan Aurora akan menjalani hubungan jarak jauh.“Kakek juga tidak setuju!” Lelaki tua itu dengan tegas berkata.“Jadi, menurut Kakek aku harus bagaimana?” Zack mendesah serba salah.Melalui gerak tangan, Kakek Viscout memberi kode untuk mengikutinya ke ruan
Baru kali ini, Zack bekerja sebagai bangsawan. Ia menemani Aurora melakukan kunjungan ke sebuah pusat pendidikan anak-anak.Saat mobil berhenti, telah banyak orang yang menanti di depan gedung. Bahkan ada yang membawa karangan bunga.Zack turun lebih dulu. Ia memutari mobil dan mengulurkan tangan untuk membantu Aurora keluar dari mobil.Seketika suara riuh rendah memanggil-manggil nama Aurora. Sejak diumumkan bahwa cucu satu-satunya bangsawan Adorra telah kembali memang banyak sekali yang penasaran.“Aku mau menyapa mereka.” Aurora berbisik pelan pada sekertaris di sampingnya yang langsung mengangguk dan mengarahkan jalan.Sambil tetap menjaga Aurora dari belakang, Zack memperhatikan sekitar. Begitu banyak yang ingin menyalami Aurora. Hingga kemudian ia mendengar namanya disebut.“Sir Zackery. Sir, tolong berikan ini pada Lady Aurora!” teriakan itu terdengar oleh Zack.Setelah berkordinasi dengan keamanan, akhi
Dua lelaki duduk berhadapan. Masing-masing berwajah ningrat dan memiliki kelebihan yang unik. Mereka menyesap teh dengan sikap elegan."Jadi, kau tau hubunganku dengan Farah?""Anda juga tau hubunganku dengan Leonora."Vigor dan Henry bertemu dalam sebuah kompetisi bisnis. Vigor dibantu sahabat-sahabatnya memenangkan project tersebut.Sebelumnya, Zack sudah memancing agar Henry ikut dalam kompetisi dan berhasil. Lelaki ningrat itu bertaruh banyak namun gagal karena Vigor yang unggul.Saat ini keduanya bertemu. Henry cukup terkejut mendapati kenyataan bahwa saingannya adalah Vigor."Aku tidak bisa menarik lamaranku pada Leonora." Henry bisa menebak dengan tepat arah pertemuan yang diprakarsai Vigor."Lalu, Farah? Anda mencintainya, tetapi membuatnya terluka?""Farah tidak keberatan.""Belum. Cinta akan memudar jika tidak diprioritaskan."Kedua bangsawan muda itu saling berdebat. Demi nama keluarga, Henry mengatakan tak mungkin membatalkan lamaran.Namun, Vigor tidak langsung percaya be
"Bugh, bugh."Aurora memukul pelan lengan atas Zack. Wanita itu sangat gemas mendengar cerita bagaimana Zack bicara pada Leonora."Jahat! Pantas saja, wajah Leonora terlihat shock begitu. Kasihan,'kan.""Aku juga kesal dengan sikapnya, Sayang. Masa pasrah begitu dengan perjodohan."Aurora mengembuskan napas panjang. Memang benar juga yang diucapkan Zack. Leonora seperti tidak ada berjuang sama sekali untuk menyatukan cintanya dengan Vigor."Kamu saja saat itu menolak kita berhubungan sembunyi-sembunyi. Seringkali kamu ingin mengungkapkan pada keluarga bahwa kita sudah bersama dan saling mencintai. Seharusnya jika Leonora benar-benar mencintai Vigor, paling tidak ia menunjukkan sikap tegasnya." Panjang lebar Zack berpendapat."Iya, itu ada benarnya. Tetapi, kamu juga harus mengerti posisi Leonora yang seorang putri bangsawan. Sejak lahir, mereka seperti sudah ditentukan takdirnya oleh keluarga."Zack mengerutkan kening mendengar pernyataan Aurora. Ia menggeleng tak setuju. Baginya kini