Beranda / Pernikahan / Kakak Iparku Mencintaiku / Bab 70 - Semua Memusuhi

Share

Bab 70 - Semua Memusuhi

Penulis: EYN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Sekarang Lillian sudah menemukan alasan Reinhart berbohong. Dia sengaja menyangkal dengan suara keras supaya orang - orang di sekitar mereka mendengarnya. Orang seringkali langsung menghakimi dengan mengkait - kaitkan apa yang mereka dengar. Gosip tentang Lillian belum sepenuhnya hilang dan semakin mendukung kata - kata yang baru saja diucapkan oleh Reinhart.

Setelah mengucapkan kata - kata itu, Reinhart langsung meninggalkan Lillian begitu saja. Meski pun dongkol sampai ubun - ubun, Lillian tetap melanjutkan pekerjaannya dengan profesional. Dia berusaha fokus pada desain dan surat - surat yang menumpuk untuk melupakan laki - laki hidung belang itu sementara waktu.

Pulang kerja, Harvey membawa Lillian makan bersama temannya yang datang dari luar kota. Tidak ada pembicaraan penting antara Harvey dan temannya, hanya sekedar temu kangen karena lama tak jumpa.

Ponsel yang ada di atas meja bergetar. Ada sebuah notifikasi pesan masuk dari Marcia menanyakan kabar Lillian dan Harvey. Lillian t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 71 - Gagal Membuktikan

    Ekspresi kepala operasional yang tidak bisa dibaca ketika memandang Lillian dan Reinhart secara bergantian."Sekarang anda bisa saksikan sendiri kalau saya hanya dijadikan kambing hitam. Ini bukan pertama kalinya dia menuduhku," ucap Reinhart pura - pura tak bersalah."Kamu memasuki bilik Lillian pada jam istirahat. Biasanya jam - jam segitu bilik sedang kosong, ruangan juga sepi. Bagiku, hal ini mencurigakan," ucap Sandra sambil melihat ke arah Reinhart. Sesaat dia diam, lalu menoleh kepada Lillian."Tapi, Lillian... aku juga tidak bisa memutuskan kalau Reinhart bersalah. Tanpa bukti, aku tidak bisa percaya begitu saja pada ceritamu. Aku tidak mau salah mengambil keputusan nantinya."Lillian sedikit lega. Setidaknya Sandra mencoba tidak memihak siapa pun. Dan sekarang saatnya dia sendiri yang membuktikan kalau Reinhart memang mesum."Saya bisa tunjukkan bukti yang lain, Bu Sandra. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Reinhart masuk ke bilik saya. Itulah sebabnya saya memasang cctv mi

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 72 - Menyenangkan Suami

    Lillian mengerucutkan bibirnya, menimbang mulai dari mana bercerita. Dia tahu sebaik apa pun susunan kalimat yang dia sampaikan, Harvey tetap akan marah. "Kamu pernah berjanji kalau tidak akan menutupi apa pun dariku," tuntut Harvey lagi.Lillian terdiam. Dia tidak suka Harvey yang seperti ini. "Ada sedikit masalah di kantor.""Masalah apa yang membuatmu langsung mengundurkan diri?"Nah, benar kan? Harvey sudah tahu kalau Lillian mengundurkan diri."Xanders yang memberitahumu?"Harvey tidak menjawab. Matanya memindai tubuh Lillian dari kepala hingga ke kaki, mengamati dengan seksama tubuh dan pakaian yang dipakai oleh istrinya."Kamu baik - baik saja? Apa yang sudah dilakukan oleh laki - laki brengsek itu?""Aku baik - baik saja tapi aku sedang sangat marah hingga tidak berpikir jernih dan langsung mengajukan pengunduran diri," jawab Lillian menjelaskan keadaan dirinya saat ini.Harvey menatap Lillian sesaat."Aku melihatmu sibuk dengan pekerjaan dan masalah Carina, jadi aku putuskan

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 73 - Hasutan

    Suara teredam terdengar sayup - sayup dari balik pintu ruang besuk panti rehabilitasi. Suara seorang wanita bernada tinggi sedang berbicara, terdengar terus mendesak.Di dalam ruangan Ernest yang sedang berjuang mengatasi kecanduannya itu berusaha tidak peduli terhadap ocehan Gloria.Posisi mereka sedang duduk berhadapan dengan meja kayu sebagai pembatas. Ernest terus menunduk sambil berhitung dalam hati, berusaha mengatur emosinya. Setelah beberapa waktu tinggal di panti, dia tahu bagaimana caranya mengendalikan diri dan menyortir hal - hal yang menyakitkan hati. Membuang racun - racun dalam pikiran dan mengisinya dengan hal - hal positif."HONEY!" seru Gloria dengan ekspresi marah. "Apa kamu tidak mendengarkan aku?"Ernest menghentikan sesi berhitung yang diucapkan dalam hati.Dia mendongak. "Apa?"Wajahnya yang seolah tanpa dosa membuat Gloria semakin panas dingin saking kesalnya. Dia melemparkan secarik kertas ke atas meja"Ini! Lihat saja sendiri. Apa maksudnya dengan semua ini?"

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 74 - Perubahan Lillian

    Months Later, Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Carina untuk merusak hubungan Harvey dan Lillian.Sepasang suami istri itu berusaha keras supaya tidak terprovokasi. Harvey benar - benar menjaga supaya tidak pernah ada kesempatan pergi hanya berdua dengan Carina. Saat mengunjungi proyek, Harvey pergi dengan asisten dan sekretarisnya. Saat meeting dengan vendor atau menemui client, Richard selalu siap menemani.Setiap kali ada undangan makan malam, Harvey akan datang bersama Lillian untuk mendampingi dirinya. Beberapa kali Carina mencoba mengambil kesempatan berdekatan dengan Harvey, tapi Lillian dengan sigap berdiri atau duduk diantara mereka.Kedua orang itu sepakat untuk melanjutkan hidup, dan rencana - rencana mereka."Lapar atau doyan sih, Sayang?!" seru Harvey saat melihat Lillian lagi - lagi mengunyah.Sejak tadi pagi dia melihat mulut Lillian tidak berhenti bergerak. Bahkan, saat ini. Saat mereka hendak berdiskusi soal rumah makan, Lillian masih mengambil sepotong besar kue co

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 75 - Harapan Harvey

    Harvey oleng. Kakinya goyah ketika membayangkan kecurigaannya benar. Perasaan gembira yang menggebu - gebu berdesakan di dada. Dia segera mengambil ponsel. Dia menghubungi sekretarisnya untuk menggeser jadwal meeting internal pagi ini. Tak lupa dia mendelegasikan beberapa pekerjaan pada asistennya.Selesai koordinasi dengan asisten dan sekretarisnya, Harvey mengendarai mobilnya dengan cepat menuju ke apotek terdekat. Ada yang lebih urgent dari pekerjaannya saat ini. Mobilnya meliuk - liuk bagai pengendara profesional menembus ramainya jalanan di pagi hari. Di apotek, Harvey langsung membeli alat tes kehamilan. Tidak tanggung - tanggung, dia meminta lima merk yang berbeda sekaligus dengan pemikiran supaya hasilnya lebih akurat.Separuh hatinya sangat yakin kalau Lillian sedang mengandung anaknya, buah cinta mereka. Tapi dia juga tak mau gegabah untuk terlalu berbahagia sebelum melakukan test kehamilan pada istrinya."Ayo! Coba test urine-mu!" perintah Harvey sambil meletakkan kelima ala

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 76 - Mertua Dan Menantu

    Setelah dari rumah sakit, Marcia dan Lillian berencana seharian di mall. Mereka akan makan siang, belanja baju hamil, mencari skincare yang aman untuk ibu hamil dan melakukan perawatan tubuh, sementara Harvey kembali ke kantor. Lillian mencium pipi Harvey dan turun dari mobil bersama Marcia. Hal pertama yang akan mereka lakukan adalah window shopping. Ini pertama kalinya mertua dan menantu itu melakukan kegiatan bersama. Dan, hanya berdua.Perlahan - lahan mereka berjalan menyusuri etalase - etalase toko, melihat barang - barang 'new arrival dan sale' di toko - toko barang bermerk. Produk - produk mereka dijamin berkualitas tapi harga selangit. Sesekali mereka masuk untuk mengecek harga barang yang menarik perhatian mereka.Perasaan Lillian terasa sangat ringan untuk dua alasan yang berbeda. Yang pertama, hubungannya bersama Marcia sudah jauh lebih baik. Marcia belajar menjadi mertua yang baik. Alasan keduanya, hari ini adalah pertama kali dalam hidup Lillian merasakan belanja dalam a

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 77 - Katakan Tujuanmu

    Alis Harvey naik, dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada, memperhatikan pelayanan yang diberikan oleh Carina kepada Ernest, tamunya dan di kantornya. Daerah yang jelas - jelas wilayah kekuasaan Harvey. Dia memandang Carina dengan jijik, wanita ini semakin tak tahu malu saja.Mariana merinding. Harvey tidak mengatakan apa pun, tapi kemarahan seakan memancar dari seluruh tubuhnya. Auranya sudah terasa, bahkan dari radius dua meter. Dia berinisiatif menyuruh office girl segera meninggalkan ruangan sebelum situasi semakin tegang.Lift kembali berdenting. Kali ini Richard keluar dari kotak besi dan berjalan menghampiri mereka."Har," sapanya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Suasana tegang terasa sekali."Mariana, bawa wanita ini keluar. Setelah ini, dia hanya boleh berkunjung di ruang meeting atau ruang tamu. Bila perlu, kunci pintu ruangan ini saat kamu tidak ada," perintah Harvey terang - terangan menyatakan rasa tidak sukanya pada Carina."Tapi, Har. Aku adalah mitra k

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 78 - Mengabulkan Keinginan Harvey

    Mariana melongok ke dalam ruangan Harvey. Setelah Ernest pergi, Harvey tidak kunjung memanggilnya. Sudah dua jam berlalu, meeting internal bahkan sudah berjalan tapi Harvey sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya. Untung saja, asisten Harvey sangat cekatan sehingga semua bisa ditangani dengan baik tanpa kehadiran pimpinan mereka. Ruangan Harvey yang biasanya terang benderang, kini meredup. Senja sebentar lagi turun. Cahaya matahari tidak mampu lagi menerangi ruangan besar ini. "Sir," panggil Mariana takut - takut. Langkahnya ragu - ragu untuk mendekat pada meja Harvey. Kursi Harvey berputar, tiba - tiba saja dia menghadap ke Mariana. Sekretaris itu sedikit berjengit kaget karena gerakan Harvey yang tiba - tiba. "Tadi saya tulis cek dua milliar untuk adikku. Tolong kamu cek rekening saya yang ini. Aku lupa, dana disitu cukup atau tidak." Harvey memberikan buku cek yang tadi dia pakai untuk Ernest. "Kalau kurang, kabari saja. Aku akan menambahnya dari rekeningku yang lain."

Bab terbaru

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 109 - Keluarga Kecil Bahagia

    Dua tahun kemudian,"Sebelum jam 4 sore sudah ada di rumah ya?" pinta Harvey.Lillian mengangguk, "Iya, Har. Aku cuma sebentar di rumah makan. Setelah itu baru belanja. Kalau sudah dapat barangnya, pasti aku langsung pulang."Harvey cemberut. Hari ini Lillian ada janji pergi bersama Amara, kalau sudah begitu jam pulangnya tidak akan bisa ditentukan. Sejak putera mereka berusia satu tahun, istrinya itu semakin sibuk sampai - sampai pergi pagi pulang malam. Akhirnya, Harvey lebih memilih bekerja dari rumah sambil menjaga putera mereka.Kini dia jadi bapak rumah tangga, posisi mereka jadi terbalik. Lillian yang lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah daripada Harvey."Kamu jangan mau kalau diajak keluyuran tidak jelas sama Amara. Nongkrong - nongkrong di cafe, belanja - belanja terus," omel Harvey.Lillian tersenyum. "Aku sudah nolak, Har. Tapi kamu tau sendiri bagaimana Amara kalau sudah punya keinginan. Lagipula, dia masih hamil. Apa kamu tega lihat dia keluyuran sendiri di kantor

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 107 - Persalinan Darurat

    Theopillus meyakinkan pada mereka kalau semua yang bernyawa di dalam rumah - rumah yang mengalami kebakaran sudah dievakuasi dan tidak ada yang tertinggal. Anak - anak, orang dewasa, manula, bahkan termasuk juga hewan peliharaan bagi yang memeliharanya di rumah.Kaki Harvey serasa tak berpijak saat mendengar kalau ada korban meninggal di rumah nomer E7, tapi dia memaksa diri untuk mengikuti langkah Theopillus ke sisi lain lapangan.Tidak berbeda dengan Harvey, Richard pun pucat pasi. Mereka berjalan seperti mayat hidup, sambil mendengarkan kronologis kejadian yang disampaikan oleh Theopillus.Dua laki - laki itu oleng saat melihat dua buah tandu yang berisi seseorang yang ditutup selimut sekujur tubuhnya. Mereka tidak bisa melihat wajah orang itu tapi Harvey tak sengaja melihat sebuah tangan dengan kulit putih pucat dari balik selimut di salah satu tandu. Leher Harvey tercekat, jantungnya berdegup kencang saat mengenali gelang yang melingkar di pergelangan tangan. Rantainya memang men

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 106 - Misi Penyelamatan

    "Nona," Tiba - tiba saja sopir Lillian masuk ke supermarket dan menyodorkan ponsel kepada Amara. "Ponselnya berdering terus, Nona. Saya menemukannya di jok belakang mobil. Silahkan, Nona. Barangkali ada yang urgent."Amara melihat ada nama Lillian di layar ponsel, dia langsung menggeser tombol hijau. Mengira Lillian tak sabar menunggu, Amara langsung menjelaskan kondisinya saat ini,"Sorry, Say. Tadi di supermarket terdekat tidak ada angka yang sesuai dengan usia Aunty --""Amara, dengarkan aku. Disini berbahaya... --""Ha? Ap--?"PIP.... Telepon mati. Amara membelalakkan matanya dan menoleh ke sopir, "Apa yang terjadi sebenarnya?"Sopir menatap Amara dengan bingung."Pak, ayo, jangan bengong. Sepertinya terjadi sesuatu yang buruk pada Lillian," perintah Amara sambil berlari ke mobil.Sopir tergopoh - gopoh mengikutinya."Cepat, Pak! Lima menit harus sampai!" perintah Amara begitu mereka berdua sudah berada di dalam. Tanpa banyak tanya, sopir langsung mengemudi dengan kecepatan ting

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 105 - Chaos

    "Har, kenapa HPnya tidak aktif? Aku sudah kirim pesan banyak banget lho dari pagi. Buruan susul aku. Sekarang aku sudah di rumah mama tapi malah bertemu dengan Ernest. Aku sedikit paranoid sama kelakuan Ernest... hehehe... aku ngumpet di kamar mandi. Semoga Amara cepat datang. Dia lagi beli lilin untuk kue ulang tahunnya mama.""Har, cepat pulang.""Har, perutku sakit.""Kebakaran."Suara Lillian melalui voice note terngiang - ngiang di rongga telinganya, berputar seperti kaset rusak, tidak bisa keluar dari kepalanya. Harvey berlari kencang, memaksa seluruh kekuatannya untuk berlari secepat mungkin. Menerobos jalanan yang macet, mendorong orang - orang yang menghalangi jalannya."Permisi! Permisi! Istri dan anakku terjebak kebakaran! Permisi!"Di belakangnya, Richard tidak kalah heboh."Menyingkiiir, kami harus menyelamatkan mereka!"Napas kedua laki - laki itu berderu, paru - parunya seperti akan meledak karena dipaksa lari melebihi batas kemampuan. Mereka tidak akan berhenti sebelum

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 104 - Firasat

    Wajah Carina memucat, dia tak menyangka kalau keisengannya bisa berbuntut panjang. Dia ikut masuk ke dalam lift dengan bahu meluruh, wajahnya penuh penyesalan. "Begini saja, aku akan telepon Lillian dan menjelaskan kalau semua ini salahku. Aku hanya main - main. Maafkan aku. Aku akan melakukan apa pun untuk membuat kalian sampai dengan cepat dan selamat di St. Moritz." Dia menawarkan sebuah solusi sebagai upeti perdamaian.Harvey mendengus, sementara Richard berusaha menghubungi Amara, tapi tidak diangkat."Itu akan aku urus nanti. Aku punya perasaan kalau Lillian membutuhkan aku. Jangan - jangan dia mau melahirkan. Seharusnya aku langsung pulang setelah acara pemakaman di hari pertama. Aku bukan suami yang baik," sesal Harvey berkepanjangan. Ternyata sulit menemukan tiket pesawat yang diminta oleh Harvey. Tiket pesawat penerbangan menuju St. Moritz hanya ada dua jam lagi, sesuai jadwal keberangkatan Harvey, mau tak mau mereka menggunakan fasilitas dari Carina. Sebagai permohonan maa

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 103 - Call Me, Please...

    Lillian menarik napas dan menghembuskannya berulang kali untuk menenangkan dirinya sendiri. Dia berusaha berpikir jernih demi memutuskan tindakan yang tepat untuk dilakukan. Diluar pertengkaran masih berlanjut."Pertama, kamu yang salah bergaul dengan sepupumu hingga terjerumus dalam obat - obatan dan minuman keras. Aku tidak pernah membuatmu mengkonsumsi barang - barang terlarang itu. Kamu yang salah pergaulan lalu kecanduan. Ernest, dengarkan dulu... kamu salah paham. Aku tidak pernah menyuruh orang untuk menangkapmu. Mereka dari kepolisian yang akan menahanmu karena bisnis obat terlarang. Aku justru memohon supaya kamu direhabilitasi daripada ditahan. Kamu harus sembuh, Ernest.Kedua, uang yang aku berikan padamu, sebaiknya kamu introspeksi. Kamu selalu mengambil sendiri uangku di lemari penyimpanan atau di ATM. Aku diam karena tidak mau memperpanjang masalah. Aku ibumu, kamu ingin memakai uangku maka aku memberikannya.""BOHONG! KAMU PEMBOHONG!""Ernest, demi Tuhan, aku tidak per

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 102 - Terjebak Situasi

    "Kenapa kamu membiarkan Harvey menghamilimu?" Ernest merubah pertanyaannya."Maksud kamu, kenapa aku mau dihamili sama Harvey?" tanya Lillian dengan pikiran yang kacau.Ernest mengangguk, "Hm-hm."Demi apa pun di dunia, Lillian tidak tahu harus menjawab apa. Dia belum pernah mendapat pertanyaan seaneh ini. Otaknya berputar secepat yang dia bisa untuk menemukan jawaban yang tepat, tapi yang keluar malah kalimat - kalimat dengan nada bertanya."Karena kami berdua sudah menikah kan? Seorang wanita yang sudah menikah lalu hamil, itu normal kan?"Lillian merasa kalau kecerdasannya mendadak hilang begitu saja. Dia merasa seperti di desak oleh paparazi sinting dengan pertanyaan - pertanyaan wawancara yang super aneh."Memangnya kamu harus hamil?""Ha?"Ya ampun. Apa sih ini? Pertanyaan macam apa ini? Lillian benar - benar ingin kabur dari situasi ini."Orang menikah kan tidak harus punya anak. Diluar sana banyak yang menikah dan tidak punya anak dan mereka tetap bahagia. Child free menjadi t

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 101 - Pekerjaan Baru

    Lillian terlihat ragu sejenak tapi posisinya dia sudah berada persis di ambang pintu. Boleh dibilang tubuhnya sudah masuk ke dalam ruang tamu. Tak ingin menyinggung Ernest, Lillian terpaksa masuk ke dalam rumah."Kamu itu menantu yang baik, selalu ingat hari penting mertua," ujar Ernest sambil mendahului masuk ke dalam rumah.Lillian sedikit lega saat melihat pintu rumah tidak tertutup sempurna. Itu artinya ketakutannya pada Ernest tidak beralasan. Bisa jadi mantan suaminya benar - benar sudah sembuh."Kamu mau minum apa?" tawar Ernest sambil mempersilahkan Lillian untuk duduk."Oh, terima kasih. Aku tidak haus," tolak Lillian secara halus. Dia menempelkan tubuhnya yang mulai terasa pegal ke sofa yang empuk."Bagaimana kalau air mineral? Botolnya masih tersegel, jangan khawatir aku tidak membubuhkan apa pun di dalamnya," ujar Ernest sambil tertawa pelan.Lillian terkesiap dan merasa sungkan karena Ernest ternyata merasakan kecanggungan sikapnya."Hehe, sorry aku tidak bermaksud sepert

  • Kakak Iparku Mencintaiku   Bab 100 - Kejutan

    "Apa Tuan sudah tau kalau Nyonya akan pergi menemui desainer baju Nona Amara?" tanya Anna sekali lagi untuk memastikan. Masalahnya, setiap pagi Harvey meneleponnya hanya untuk memastikan kegiatan Lillian dan Anna tadi hanya melapor kalau Lillian akan pergi siang nanti menemui Marcia."Aku sudah mengiriminya pesan Kok. Tadi pagi, aku telepon tapi dia tidak mengangkatnya. Sepertinya aku kesiangan. Kemarin aku janji mau telepon dia sebelum jam tujuh. Aku menelepon dia pukul tujuh tepat."Amara sedang menelepin seseorang. Lillian tidak ambil pusing dan kembali menikmati sarapannya. Sup jagung buatan Anna tiada duanya. "Enak banget supnya," pujinya sambil mengacungkan jempol, puas dengan masakan Anna.Tapi ekspresi Anna tidak begitu senang, dia terlihat khawatir. Ada perasaan tak enak untuk melepas majikannya pergi berdua saja hari ini."Nyonya, saya pernah dengar kalau orang hamil tidak boleh banyak keluyuran. Apalagi kalau sudah mendekati hari H. Sebaiknya di rumah saja, biar tuan yang

DMCA.com Protection Status