"Mungkinkah?"Liam segera mengecek Cctv sebelum dia pulang namun tak ada rekaman disana, seperti ada pemotongan di bagian itu. "Pasti Bella yang melakukan ini," nilai Liam tak suka. Istrinya itu bisa saja melakukan hal gila untuk mendapatkan sesuatu.Dalam kebingungannya, Liam mengambil ponselnya dan menghubungi Edo, berharap mendapatkan jawaban mengenai apa yang terjadi semalam."Edo, aku baru saja terbangun dan ada sesuatu yang aneh. Aku benar-benar tak ingat apa yang terjadi semalam setelah kita pulang dari perusahaan. Apakah aku minum sesuatu yang mencurigakan?" tanya Liam dengan nada khawatir.Edo terdiam sejenak sebelum menjawab, "kita hanya minum kopi bos. Tunggu… saat mengantarmu pulang tadi malam, kita memang sempat berpapasan dengan seorang pengantar minuman. Aku ingat ada tulisan 'plus serbuk menggugah selera' di paket yang dipegangnya. Aku sempat curiga, tapi tak menyangka hal ini akan terjadi."Mendengar penjelasan Edo, Liam semakin yakin jika semua ini ulah Bella. Ia tel
Matahari mulai terbenam ketika Edo datang ke rumah Liam dan menemukannya sedang duduk santai di teras. Liam tampak terkejut melihat Edo tiba-tiba muncul di hadapannya. "Ada berita apa, Edo?""Ada berita terbaru, boss. Ini tentang Nyonya Alesya," ujar Edo sambil memasang muka serius. "Dia pergi ke klinik tadi pagi ditemani Zidan. Mungkin berita jika Nyonya Alesya hamil itu benar, Tuan."Mendengar kabar itu, wajah Liam langsung berubah. Sepertinya dia tidak suka mendengar berita tersebut, bahkan terlihat tangan Liam mengepal erat. Edo, yang menyadari perubahan ekspresi wajah Liam tak bisa menahan diri.Edo sedikit menggoda, "Wah, sepertinya Anda cemburu ya, Tuan? Apa karena Alesya pergi bersama Zidan?"Liam berusaha menampik perasaannya, "Aku tidak cemburu! Aku hanya khawatir dengan kondisi Ayah Marco. Dia kenapa sampai saat ini belum sadar juga?"Edo tersenyum lebar, membenarkan jika Liam benar benar cemburu. "Saya membahas Nyonya Alesya tapi Anda malah membahas Ayahnya, kentara sekali
Liam membelalakkan mata saat menonton video yang ditunjukkan Bella tentang kedekatan Alesya dan Zidan. Namun detik berikutnya bersikap biasa saja dihadapan Bella."Pada video itu, Alesya terlihat tak tahu malu. Dia pergi darimu untuk menggaet lelaki lain," pancing Bella."Lalu?!""Lalu, katamu?" Bella heran dan tak habis pikir dengan suaminya itu. "Mereka berselingkuh, Liam. Kenapa kamu tak marah? Lalu, saat aku…"Liam menatap Bella tajam membuat wanita itu tak ingin meneruskan kalimatnya. Padahal menurut Bella, Alesya patut dihukum atas sikapnya ini.Dalam hati Liam, dia merasa ada yang aneh. Seolah- olah rasa cemburu mulai menyelinap, ada juga rasa sakit, sama seperti saat Bella berselingkuh dengan lelaki lain, namun dia berusaha keras menepis perasaan itu dan bersikap seolah- olah tak ada yang terjadi. Mata Liam terus memperhatikan layar ponsel Bella yang menampilkan Alesya dan Zidan sedang tertawa bersama, terlihat begitu bahagia. Alesya tak pernah sebahagia itu selama dengannya.
Liam berlari tergesa-gesa menuju kamar Marco saat mendengar kabar ayah mertuanya tersebut siuman dari koma. Sesampainya di kamar, Liam menemukan Marco telah duduk di tempat tidur, "Ayah Marco!""Liam, kamu disini.""Ayah, syukurlah!" Marco memeluk sang mertua dan disambut hangat oleh Marco. Tak lama, dilepas pelukan dan mata sedang mencari-cari seseorang."Ada apa, Ayah?" tanya Liam bingung."Dimana Alesya?" tanya Marco dengan nada cemas, mencari keberadaan anak keduanya itu.Sesaat Liam bingung untuk menjawabnya. "Alesya telah pergi," jawab Liam dengan gugup.Mendengar jawaban itu, Marco langsung memarahi Liam dengan keras, "Bagaimana bisa kamu melepaskan Alesya begitu saja? Dia adalah satu satunya wanita yang sangat mencintaimu!"Liam terdiam, merasa tertohok dengan kata-kata Marco. Wajahnya tampak pucat dan menundukkan pandangannya. Dia sadar betul telah kehilangan sosok Alesya yang berharga dalam hidupnya, tapi rasa harga diri yang tinggi juga mempengaruhi Liam untuk menahan diri,
"Miom akan membesar dan mendorong janin, sehingga janin tidak dapat menempel pada dinding rahim. Kondisi ini terjadi pada trimester pertama. Akibatnya, risiko terjadinya keguguran semakin besar. Jika miom berkembang semakin membesar, miom dapat mendesak janin sampai plasenta yang tumbuh di bawah rahim. Kondisi ini dapat mengakibatkan pendarahan saat persalinan.Bila miom tumbuh menghalangi saluran janin, pertumbuhan janin akan terganggu karena kekurangan makanan dan oksigen. Kondisi ini dapat berujung pada kematian janin," jelas Dokter."Ya Tuhan!"Alesya tak menyangka jika efeknya akan separah ini. Tak bisa menahan lagi, air mata berhasil mengucur deras dari sudut matanya."Alesya tenanglah. Kita pasti bisa melalui semua ini. Pasti kita bisa menyembuhkan janinmu sehingga Miom lah yang akan sirna," jelas Zidan memberi kekuatan.Alesya hanya bisa mengangguk pasrah, berdoa yang terbaik untuk dirinya dan janin yang dikandung. Mereka memutuskan untuk pulang setelah Dokter meresepkan beb
"Apa?"Mona syok mendengar jawaban lugas dari lelaki tampan di depannya. Tatapan beralih pada Alesya dan kembali berkata, "Ale, bagaimana bisa, kamu lakukan hal ini? Bukankah kamu sangat men–""Sudah cukup, Mona. Kamu sudah mengerti semuanya jadi cukup lihat saja kehidupanku. Jangan coba coba mencampuri urusan pribadiku," cerca Alesya membuat Mona bergidik ngeri. Tak biasanya Alesya bersikap seperti itu. Alesya yang dikenal dulu sangatlah lemah lembut dalam bertutur kata. Ditatap penuh kecurigaan lelaki yang kini menggandeng tangan Alesya. "Ayo kita pulang, Ale."Alesya mengangguk, memandang Mona sekilas dan berlalu pergi. Hatinya tak nyaman karena telah membentak sahabatnya itu. "Ale, tunggu! Dengarkan aku dulu. Ale?!"Alesya sama sekali tak menggubris panggilan Mona membuat wanita seksi itu menggerutu sebal. "Apa yang sebenarnya terjadi? Aku akan mencari tahu semua ini!"Mona memutuskan pergi menuju ruang Obgyn. Ya, kakaknya adalah seorang Dokter kandungan. Hanya butuh beberapa m
Bella menarik nafas dalam-dalam dan berkata pada Liam, "aku hamil.""Apa?!"Dengan gugup, Bella mengulurkan sebuah alat tes kehamilan yang menunjukkan dua garis merah kepada suaminya. "Ya Liam, aku hamil," ucap Bella pelan, hatinya berdebar kencang menunggu reaksi suaminya.Liam menoleh, melihat benda yang diberikan Bella. Matanya melotot tak percaya, lalu kembali menatap wajah Bella yang tampak cemas."Bagaimana bisa?" tanya Liam, masih dengan nada tak percaya.Bella mengangguk pelan, menahan air mata kebahagiaan yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Ketika Bella memberitahu Liam tentang kehamilannya, ekspresi wajah Liam tidak menunjukkan kebahagiaan. Sebaliknya, seolah ada beban yang memikul hatinya. Hal itu kentara dengan ekspresi Marco. Dia juga tak menyangka Bella hamil. Anaknya itu selalu berfikir untuk kemolekan tubuhnya sehingga tak mau hamil bahkan mempunyai anak. Bagi Bella, mempunyai anak sangat merepotkan, dia tak punya waktu untuk bersenang senang dan dirinya akan ter
Zidan dan Alesya tiba di gereja dengan penuh semangat untuk menghadiri pesta pernikahan salah satu pegawai mereka. Mereka berjalan beriringan sambil menggenggam tangan satu sama lain, menunjukkan betapa erat hubungan mereka. Sebelum pesta dimulai, mereka memutuskan untuk berdoa bersama, berlutut di depan altar dan merasakan kedamaian yang melingkupi gereja itu."Selamat atas pernikahan kalian," ucap Zidan pada Arkan, anak buahnya."Terima kasih boss. Aku harap Anda segera menyusul."Zidan mengangguk tak nyaman karena Alesya ada disampingnya, mendengar pembicaraan mereka. "Tentu. Nanti, disaat wanita yang kucintai sudah memahami pengorbananku sejauh ini sehingga dia akan memutuskan untuk bersamaku.""Oh, so sweet," puji mempelai wanita membuat Alesya semakin memerah, terasa jika orang disekitarnya memang memojokkan dirinya agar segera menerima Zidan sebagai suami."Sudahlah. Ayo kita mulai bersenang senang di pesta!" ucap Zidan."Lets go!"Pesta pernikahan berlangsung dengan meriah, pe