Share

Tidak Punya Alasan

last update Last Updated: 2024-05-03 05:54:51

“Kamu sudah yakin dengan keputusanmu?” tanya Aruna saat dalam perjalanan pulang dari rumah Winnie.

“Ya, aku sudah memikirkannya seribu kali,” jawab Bumi lantas menoleh ke sisi kanan sejenak sebelum kembali fokus ke depan.

Aruna mengangguk-anggukan kepala mendengar jawaban Bumi. Dia hanya tak menyangka jika Bumi bisa menerima kekurangan Winnie.

“Winnie begitu sabar menungguku, memenuhi syarat yang aku berikan saat dia berkata menyukaiku. Lantas, apa aku punya alasan untuk meninggalkan semua usahanya,” ujar Bumi sambil fokus menyetir.

Aruna menoleh Bumi saat mendengar ucapan sepupunya itu.

“Apa dia menyukaimu sejak lama?” tanya Aruna penasaran.

“Aku tidak tahu kapan pastinya. Tapi setelah aku memberinya banyak wejangan, dia hampir setiap hari datang ke kafe. Bahkan bisa duduk berjam-jam di sana, hingga aku menyadari jika dia duduk di sana hanya untuk memperhatikanku,” jawab Bumi menceritakan bagaimana Winnie akhirnya bisa mencuri perhatiannya.

Bumi mengulum bibir bawahnya menging
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (10)
goodnovel comment avatar
wardah
menanti Miko mendapatkan jodoh juga ,,disini apa ada cerita sendiri ya thor
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
wahh Thor habis ini pr buatmu nyariin jodoh buat si Miko ya............
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Lucu juga Miko dan Winnie hihi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Izin Kerja

    “Bagaimana tadi?” tanya Ansel saat baru saja pulang. “Lancar,” jawab Aruna lantas membantu Ansel melepas jas seperti biasa. “Lancar bagaimana?” tanya Ansel penasaran. Aruna menatap sang suami yang penasaran hingga membuatnya tersenyum kecil. “Ternyata kamu juga penasaran dengan hubungan Bumi dan Winnie,” ucap Aruna lantas mencolek pipi Ansel. Ansel semakin penasaran mendengar ucapan Aruna. Dia menoleh istrinya yang kini berjalan menuju keranjang baju kotor. “Bumi benar-benar menerima kondisi Winnie. Bahkan dia bisa membujuk Winnie agar mau melakukan terapi, itu bagus untuk Winnie,” ujar Aruna menceritakan yang tadi terjadi. “Syukurlah, aku juga yakin jika Bumi bukanlah pria egois jika sudah mendapatkan seseorang yang disukainya,” balas Ansel. “Iya. Lagi pula, kurasa dia memang sulit membuka hatinya, sehingga saat sudah dibuka untuk satu wanita, tampaknya dia tak mau membukanya untuk wanita lain,” ucap Aruna menambahi ucapan Ansel. “Sekarang tinggal menunggu saja, apakah nasib

    Last Updated : 2024-05-03
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Side Story

    “Hari ini kamu jadi mengantar Winnie?” tanya Anta saat melihat putranya baru saja turun dari lantai dua. “Iya,” jawab Bumi, “Winnie tidak mau ke dokter jika aku tidak menemaninya,” imbuhnya. Anta mengangguk-angguk mendengar ucapan Bumi. Dia pun menepuk pelan pundak putranya itu. “Papa senang kamu tidak lari saat mengetahui kondisi Winnie seperti ini. Jadilah berguna untuk orang lain, terutama untuk orang yang kamu sayangi,” ujar Anta menasihati. Bumi mengangguk-anggukan kepala mendengar ucapan Anta. “Doakan saja dia cepat sembuh, agar segera bisa jadi menantu Papa,” seloroh Bumi. “Kamu ingin segera menikah?” tanya Anta terkejut mendengar ucapan Bumi. “Doakan saja yang terbaik,” balas Bumi sambil melebarkan senyum. Dia pun pamit karena harus menjemput Winnie agar bisa segera ke rumah sakit. Bumi menjemput Winnie dua jam sebelum waktu yang ditentukan untuk konsultasi dengan dokter. Selain perjalanan ke rumah sakit yang butuh waktu, mereka juga nantinya masih harus melakukan pro

    Last Updated : 2024-05-03
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Kembali Bekerja

    “Kamu yakin mau berangkat kerja? Bagaimana kalau tiba-tiba kamu pingsan atau kelelahan? Kondisi tubuhnya belum pulih sempurna, Runa.” Ansel kembali mencoba membujuk agar Aruna tak berangkat kerja. “Aku sudah sehat, Ans. Kalau aku kelamaan di rumah, yang ada aku tambah sajit,” balas Aruna, “kamu sudah janji mengizinkanku kerja lagi, ga boleh ingkar!” Aruna mengingatkan ucapan Ansel sebelumnya. Ansel mengembuskan napas kasar mendengar ucapan Aruna. Aruna mendekati Ansel yang hanya berdiri menatapnya. Dia pun berjalan mendekat lantas merapikan dasi suaminya itu. “Aku janji akan baik-baik saja. Aku benar-benar bosan di rumah, Ans.” Aruna meyakinkan agar Ansel tak mencegahnya. “Baiklah, tapi jika sampai kamu kenapa-napa, aku menarik janjiku mengizinkanmu berangkat kerja,” ujar Ansel dengan sedikit nada ancaman. Aruna melebarkan senyum, lantas mengangguk-anggukan kepala. Aruna dan Ansel keluar dari kamar bersama. Mereka pergi menuju ruang makan untuk sarapan bersama yang lain. “Tum

    Last Updated : 2024-05-03
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Insiden di Sekolah

    Aruna berlari keluar lift yang baru saja terbuka di lobi. Dia memegang ponsel yang menempel di telinga karena sedang menghubungi Ansel. “Ans.” Aruna bicara dengan ekspresi wajah panik saat panggilan itu akhirnya dijawab Ansel. “Ada apa, Runa? Maaf aku baru selesai breafing,” ucap Ansel dari seberang panggilan. “Ans, Emi jatuh. Gurunya bilang kepalanya terluka dan sekarang sudah dalam perjalanan ke rumah sakit.” Aruna bicara dengan suara gemetar. Bahkan kepanikan begitu kentara di wajahnya. “Kamu sekarang di mana?” tanya Ansel dari seberang panggilanm. Suara pria itu juga terdengar panik. “Aku sudah di lobi mencari taksi. Aku akan segera ke rumah sakit, kamu langsung ke sana saja.” Aruna pergi dengan terburu-buru sampai tak berpikir minta tolong sopir ayahnya untuk mengantar. Setelah mendapat jawaban dari Ansel. Aruna mengakhiri panggilan. Dia pun berlari keluar perusahaan mencari taksi yang biasa mangkal di dekat perusahaan, bersyukur ada taksi yang sedang berhenti. “Pak, tolo

    Last Updated : 2024-05-03
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Emi Kuat

    “Papi, jangan marahin Miss. Kasihan, soalnya Miss ga tahu. Aku yang tadi lari-larian,” ucap Emily saat Ansel hendak mengajaknya pulang. Ansel menatap dahi kiri Emily yang tertutup perban, lantas mencoba tersenyum di depan putrinya itu. Aruna sendiri memperhatikan, tapi tak banyak bicara. “Iya, papi tidak marahin. Papi hanya minta Miss hati-hati lagi lain kali, karena tak semua anak kuat seperti Emi,” balas Ansel. Emily mengangguk pelan karena kepalanya masih terasa pusing. “Kita pulang sekarang,” ajak Ansel lantas menggendong Emily. Emily merangkul leher Ansel saat digendong, mereka pun keluar dari ruang penanganan. Guru Emily masih di sana karena mencemaskan kondisi Emily. Wanita itu langsung menemui Ansel dan Aruna yang baru saja keluar dari ruang penanganan. “Maaf sudah merepotkan Anda, Miss. Sekalian izin mungkin Emi tidak berangkat sekolah beberapa waktu sampai kondisinya membaik,” ujar Aruna sopan ke guru Emily. “Tentu, Bu Aruna. Saya sangat menyesal dan minta maaf setu

    Last Updated : 2024-05-04
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Harus Kuat

    Satu minggu berlalu. Hari itu Aruna dan Ansel ke rumah sakit untuk mengecek kondisi luka di kening Emily.“Lukanya sudah kering, saya akan melepas jahitannya,” ucap perawat yang menangani Emily.“Apa nanti sakit lagi?” tanya Emily cemas.Perawat itu tersenyum, lantas memberikan satu permen ke Emily.“Tidak sakit, rasanya hanya seperti digigit semut,” jawab perawat itu.Emily memegang permen yang diberikan perawat, lantas menatap Aruna yang menemaninya di ruangan itu.“Digigit semut juga sakit,” ucap Emily ke Aruna.“Emi ‘kan anak hebat. Kemarin waktu diobati tidak sakit, sekarang pun pasti tidak sakit,” balas Aruna meyakinkan agar Emily tidak tegang.Emily diam sejenak, lantas menatap permen yang diberikan perawat. Dia pun mengangguk seolah siap untuk diambil jahitannya.Aruna berdiri di samping ranjang menemani Emily. Dia menggenggam tangan gadis kecil itu saat pengambilan benang jahitan yang ada di dahi, hingga akhirnya pengambilan itu selesai dengan cepat.“Tidak sakit, kan?” tanya

    Last Updated : 2024-05-04
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Keluarga Baru

    “Waktu itu aku ketemu Milea, dia bilang buka toko roti di sekitar daerah sini. Bagaimana kalau kita pergi ke sana?” tanya Aruna saat dalam perjalanan dari rumah sakit. “Tentu, apa nama tokonya?” Ansel mengiakan keinginan Aruna. Aruna menyebutkan nama toko roti milik Milea, mereka pun menemukan tempat itu yang berada di pinggir jalan besar dan memiliki halaman cukup luas. Ansel, Aruna, dan Emily pun masuk ke toko itu. Ternyata di sana ada Milea yang sedang melayani pembeli. “Hai.” Milea langsung menyapa saat melihat Aruna dan Ansel datang. Milea keluar dari belakang meja kasir untuk menemui Aruna. “Kalian dari mana bisa sampai sini?” tanya Milea. “Tadi habis kontrol di rumah sakit, lalu mampir ke sini,” jawab Aruna. “Kontrol? Siapa yang sakit?” tanya Milea terkejut. “Aku, Bibi. Kepalaku sakit karena jatuh,” jawab Emily sambil memegang kepalanya. Milea terkejut hingga langsung berjongkok untuk melihat luka di kening Emily. “Pasti sakit, ya?” tanya Milea memberi perhatian ke Em

    Last Updated : 2024-05-04
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Mencari Kado

    “Kamu masih berhubungan dengan pria itu? Siapa namanya? Iparnya si Ans?” tanya Jean saat bertemu dengan Jill. “Hanz,” jawab Jill dengan santainya. “Ah, iya. Kenapa kamu mau dekat dengan pria itu? Bukankah dia menghubungimu jika ada butuhnya saja? Kenapa aku merasa dia hanya memanfaatkanmu saja?” tanya Jean. Jill hanya tersenyum mendengar pertanyaan Jean, hingga kemudian membalas, “Pikiranmu penuh dengan hal negatif. Jangan suka menuduh orang sembarangan, lagian mau memanfaatkan atau tidak, aku juga tidak keberatan.” Jean langsung mengerutkan alis mendengar ucapan Jill. Dia benar-benar bingung dengan sepupunya itu. “Kamu ini aneh, dimanfaatkan kok mau?” tanya Jean menatap aneh. Belum juga Jill membalas pertanyaan Jean, ponsel Jill berdering hingga membuatnya langsung melihat nama yang terpampang di layar. “Lihat, baru juga dibicarakan dia sudah menelepon. Pasti dia mau memintamu menemaninya. Padahal ga ada hubungan apa pun, tapi dia selalu saja merepotkanmu,” cerocos Jean yang t

    Last Updated : 2024-05-04

Latest chapter

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Akhir

    Aruna dan yang lain buru-buru pergi ke rumah sakit setelah mendapat kabar jika Winnie mau melahirkan, tapi siapa sangka saat masuk ruangan malah melihat Hanzel juga, membuat semua orang bingung.“Hanz, kenapa kamu di sini?” tanya Aruna bingung.“Milea melahirkan,” jawab Hanzel.“Lah, bukannya ini kamar Winnie?” tanya Aruna bingung.“Ya, mereka berdua di sini. tuh!” Hanzel menunjuk ke dalam.Ternyata Bumi dan Hanzel setuju jika istri mereka satu kamar agar bisa saling bantu menjaga.Aruna, Ansel, dan kedua orang tuanya terkejut mendengar ucapan Hanzel. Mereka buru-buru masuk untuk melihat apakah yang dikatakan Hanzel benar.“Kalian benar-benar janjian. Hamil dan melahirkan bisa barengan,” cerocos Aruna sangat tak menyangka.“Kebetulan saja, aku masuk duluan baru Winnie,” balas Milea.Semua orang yang ada di sana terlihat sangat bahagia, belum lagi setelah itu datang keluarga Hanzel dan Milea karena ingin menyambut cucu mereka.“Anak kalian seperti kembar.” Aruna dan yang lain memandang

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Milea & Winnie

    “Mama, tadi Emily bantu gambar ini, lho.” Kai memperlihatkan gambar yang dibawanya.“Mana coba lihat.” Milea mengambil buku gambar dari tangan Kai.Milea sudah ambil cuti melahirkan karena usia kandungannya memasuki sembilan bulan. Dia fokus dengan kesehatan kehamilan dan Kai yang sekarang sudah duduk di bangku sekolah dasar.“Yang mewarnai siapa?” tanya Milea sambil memperhatikan gambar itu.“Kai dong. Kai pintar ‘kan?” Kai menjawab dengan bangga.“Iya, pintar,” balas Milea.Kai sangat bangga dapat pujian dari sang mama, hingga melihat Milea yang meringis.“Mama kenapa?” tanya Kai sambil menggenggam telapak tangan Milea.“Tidak kenapa-napa,” ucap Milea sambil tersenyum meski perutnya mendadak kencang.“Mama yakin?” tanya Kai yang cemas.Belum juga Milea menjawab, dia merasa kalau perutnya semakin sakit seperti mengalami kontraksi, tentu saja hal itu membuat Kai cemas.“Bibi! Mama sakit!” teriak Kai karena di rumah itu hanya ada dirinya, kedua orang tuanya, dan pembantu.Milea dan Han

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Aku Terima

    “Pernyataanmu tadi, apa bisa aku anggap benar?”Jean tertegun hingga menoleh Raja yang duduk di belakang stir. Dia mengulum bibir menunjukkan kalau sedang dalam kondisi panik dan bingung.“Aku tidak tahu harus menyebutmu apa? Adik tidak mungkin, teman terlalu aneh.”Jean mencoba sedikit mengelak dari pengakuannya ke Milea.“Berarti memang bagus pacar. Jadi, apa bisa jadi pengakuan untuk seterusnya?” tanya Raja lantas menoleh Jean.Jean benar-benar salah tingkah mendengar pertanyaan Raja. Dia memberanikan diri menoleh ke pemuda itu.“Jangan berharap banyak kepadaku. Aku memiliki banyak kekurangan termasuk mungkin takkan bisa memberikan cinta yang sempurna untukmu,” ucap Jean takut Raja kecewa.“Kamu tahu, tidak ada yang namanya cinta sempurna. Yang ada, saling melengkapi kekurangan masing-masing. Asal kamu mengizinkan, aku akan menerima semua kekurangan itu.”Raja menatap Jean penuh harap. Dia menyadari jika Jean seperti tidak tertarik dengan sebuah hubungan percintaan, tapi dia pun ta

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Berkumpul Bersama

    “Apa kamu tidak merasa aneh jalan denganku?”Jean mengamati sekitar, banyak remaja memperhatikannya yang sedang jalan dengan Raja.“Kenapa aku harus merasa aneh?” tanya Raja balik dengan santai.“Karena kamu jalan dengan wanita yang layak jadi kakak, tante, mungkin mama.”Jean menjawab sambil menoleh Raja.Raja tertawa mendengar ucapan Jean, lantas membalas, “Untuk apa memikirkan pandangan orang yang tidak ada habisnya. Yang menjalani aku, kenapa mereka yang repot?”“Lagi pula sekarang kita hanya jalan, kalau kamu menerima perasaanku, aku malah akan menggandeng tanganmu lantas memberitahu mereka kalau kamu kekasihku, bukan kakakku, tanteku, atau mamaku,” ujar Raja lagi memberi clue ke Jean untuk merepon perasaan yang diungkapkan sebelumnya.Jean langsung berdeham mendengar ucapan Raja, bahkan mengulum bibir sambil memalingkan muka.Raja menoleh Jean yang memalingkan muka darinya, dia pun lantas kembali berkata, “Apa kamu yakin belum mau memutuskan? Tapi kalau belum juga tidak apa, aku

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Restu Tanpa Minta

    “Jean,” panggil Ive saat melihat putrinya sedang menuruni anak tangga.Jean yang sedang ingin ke dapur mengambil minum, akhirnya berbelok ke ruang keluarga untuk menghampiri sang mama dan papa.“Ada apa, Ma?” tanya Jean.“Duduklah sini,” pinta Ive sambil menepuk sofa di sampingnya.Jean menuruti ucapan sang mama, lantas menatap kedua orang tuanya bergantian.“Apa ada masalah, Ma?” tanya Jean agak cemas karena tak biasanya kedua orang tuanya memanggil sambil memperlihatkan ekspresi serius seperti itu.“Apa kamu sebelumnya menolak kencan buta karena sudah punya pacar dan pacarmu itu yang tadi pagi jemput?” tanya Ive memastikan sebelum bicara ke pembahasan lebih lanjut.Jean sangat terkejut mendengar pertanyaan Ive, membuatnya gelagapan karena bingung harus menjawab apa.Ive dan Alex saling tatap, mereka pun semakin yakin kalau memang benar pria yang menjemput Jean adalah pacar putrinya.“Sebenarnya, asal kamu suka, tidak masalah kamu mau pacaran sama siapa, mau nikah sama siapa. Mama da

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Jean Untukku

    “Lain kali jangan mendatanginya dengan alasan kamu merasa bersalah! Bukankah kamu seharusnya merasa bersalah karena mendekati kekasih adikmu sendiri.”Raja baru saja sampai rumah saat sang kakak juga sampai di rumah. Dia memperingatkan kakaknya itu agar tak mendekati Jean lagi.Saat Arthur hendak membalas ucapan Raja, Amanda sudah lebih menegur mereka berdua.“Kenapa kalian bersitegang lagi?” tanya Amanda sambil menatap kedua putranya itu.Raja dan Arthur menoleh bersamaan ke Amanda. Raja terlihat tak senang karena menyadari jika sang mama pasti akan membela kakaknya.Amanda menatap Arthur yang hanya diam, hingga tatapannya tertuju ke Raja.“Raja, mama mau bicara denganmu sebentar, bisa?” tanya Amanda dengan suara halus agar putranya tak salah paham kepadanya.Raja menatap sang mama, lantas mengangguk karena tak bisa menolak permintaan wanita itu.Raja pun mengikuti sang mama yang berjalan lebih dulu di depannya. Dia mengikuti hingga sang mama masuk ke ruang kerja ayahnya.“Mama mau b

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Tak Senang

    “Yang ini nanti kamu kirim ke bagian marketing. Jangan lupa minta untuk dicek ulang,” perintah Jean ke sekretarisnya.“Baik, Bu.” Sekretaris Jean mengangguk.Jean memberikan berkas yang baru dicek. Dia lantas kembali mengurus berkas lainnya yang bertumpuk di mejanya.Saat sedang fokus ke berkas, tiba-tiba saja telepon kabel di mejanya berdering, membuat Jean menjawab panggilan itu lebih dulu.“Selamat siang Bu Jean, ada seseorang yang ingin menemui Anda tapi belum membuat janji. Anda ingin menemuinya atau tidak?” tanya staff resepsionis dari seberang panggilan.Jean mengerutkan alis mendengar pertanyaan resepsionis.“Siapa?” tanya Jean penasaran hingga dia terdiam mendengar nama yang disebutkan resepsionis.Jean menutup panggilan itu, lantas memilih keluar dari ruangannya untuk menemui orang yang mencarinya.Jean pergi ke lobi, hingga melihat pria yang berdiri membawa sebuah paper bag.“Mau apa kamu menemuiku?” tanya Jean sambil menatap Arthur yang datang menemuinya.Arthur membalikka

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Hanya Memastikan

    Raja tersenyum melihat Jean keluar memakai celana. Dia tidak menyangka kalau wanita itu mau berganti pakaian hanya karena dirinya memaksa ingin mengantar.“Besok aku akan membawa mobil,” ucap Raja sambil menyodorkan helm ke Jean.“Kamu tidak perlu menjemputku setiap hari,” balas Jean sambil menerima helm dari Raja lantas memakainya.Siapa sangka Raja mendekat ke Jean, lantas membantu memasang tali pengaman helm.Jean cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Raja, tapi dia berusaha untuk tenang.“Aku suka melakukannya,” balas Raja setelah selesai memasang tali helm sambil menatap Jean.Jean mengalihkan pandangan dari pemuda itu, bahkan menggeser posisi agar tak terlalu dekat dengan Raja.“Bisa kita berangkat sekarang?” tanya Jean karena mulai salah tingkah melihat tatapan Raja.Raja hanya mengulum senyum, lantas naik ke motor disusul Jean. Pemuda itu pun melajukan motor meninggalkan rumah Jean.Di rumah, ayah Jean keheranan karena mobil putrinya masih di garasi.“Jean ke kantor naik ap

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Menepati Ucapan

    [Jill, jika ada yang menyukaiku, tapi tak sesuai ekspektasiku. Apa yang harus aku lakukan?]Jean mengirimkan pesan ke Jill karena tak tahu harus bagaimana mengatasi masalah yang sedang dialaminya.Jean duduk di kasur sambil menatap pesan yang baru saja dikirimkan ke Jill. Hingga beberapa saat kemudian pesan itu dibaca sepupunya itu.[Fokus pada keinginan awalmu, Jean. Baru kamu bisa memutuskan apa yang kamu inginkan.]Jean membaca pesan dari Jill, memang tak banyak membantu tapi setidaknya itu bisa membuatnya tenang. Dia pun mengirimkan balasan terima kasih ke sepupunya itu, lantas mengembuskan napas kasar.Hari berikutnya, Jean sarapan bersama kedua orang tuanya seperti biasa.Ive terlihat menatap Jean yang makan tanpa bicara, banyak perubahan yang membuat wanita paruh baya itu sedih.“Akhir minggu ini, bagaimana kalau kita Me Time bersama, Jean?” tanya sang mama ingin kembali mempererat hubungan keduanya.Jean memandang sang mama, lantas menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis.

DMCA.com Protection Status