“Dia menggemaskan sekali.”Jean menemui Aruna dan Ansel di rumah. Dia sekarang sedang menatap bayi Aruna yang ada di baby box.“Aku senang kamu mau main ke sini,” ucap Aruna sambil menyuguhkan minuman di meja.Jean menoleh Aruna sambil memulas senyum ke istri sepupunya itu.“Kebetulan saja lewat, jadi sekalian mampir mau lihat bayi kalian,” jawab Jean lantas menatap Evano lagi.Aruna dan Ansel saling tatap, mereka tahu jika Jean tak pernah mampir ke rumah, tapi hari ini memang sangat berbeda.“Bagaimana pekerjaanmu? Sudah ada kemajuan?” tanya Ansel lantas menyeruput kopi buatan Aruna.“Baik,” jawab Jean lantas duduk di samping Aruna.Jean menatap Aruna dan Ansel bergantian, lantas menghela napas kasar hingga membuat Aruna dan Ansel menatap ke arahnya.“Apa ada masalah?” tanya Ansel saat melihat sepupunya itu seperti memiliki beban berat.“Bukan masalah besar, tapi aku butuh teman bicara,” jawab Jean.Aruna dan Ansel saling tatap sejenak, keduanya lantas menatap ke Jean.“Ya, bicara sa
“Kamu bilang apa?” tanya Jean menyelidik.Raja malah tersenyum, lantas menggelengkan kepala.“Tidak ada, hanya bilang umur kita tidak terpaut jauh, jadi kita bisa jadi teman,” jawab Raja sambil menggoyangkan pulpen yang ada di jari.Jean menatap curiga ke Raja, tapi memilih mengabaikannya. Dia pun mulai menjelaskan rincian tugas untuk pemuda itu. Jean mengajari dengan sangat detail dan sabar.“Sudah paham?” tanya Jean.“Sudah, sangat jelas,” jawab Raja lantas mengambil alih buku dari Jean.“Aku kerjakan dulu,” ucap pemuda itu lantas fokus mencatat.Jean memilih menikmati kopi pesanannya. Dia memperhatikan Raja yang sedang menulis dengan serius.“Ini hari Sabtu, memangnya kamu kuliah?” tanya Jean.Raja berhenti mencatat. Dia diam sejenak lantas menoleh Jean yang duduk di kursi sampingnya.“Tidak kuliah, hanya kebetulan saja tadi ada perlu di kampus,” jawab Raja sambil tersenyum lantas kembali mencatat.Jean hanya mengangguk-angguk. Dia melirik minuman yang dibeli Raja, benar-benar masi
“Ingat Jean, jangan langsung menolaknya. Usahakan berkomunikasi dulu, mungkin mengobrol dulu dengannya agar memahami satu sama lain,” ucap sang mama menasihati saat melihat Jean sudah bersiap pergi kencan buta.Jean hanya tersenyum menanggapi ucapan sang mama, meski kencan buta kali ini sudah bisa dipastikan akan gagal, tapi Jean tetap berpura jika akan berusaha.“Iya, aku akan mengingat ucapan Mama,” balas Jean.Ive menatap Jean yang terlihat cantik hari itu. Dia mengusap lembut pipi putrinya itu penuh kasih sayang.“Mama bukan ingin memaksa, hanya saja mama tidak bisa melihatmu berubah. Mama suka Jean yang dulu, yang ceria, dan selalu rendah hati,” ucap Ive yang tak pernah bisa menerima perubahan Jean dari remaja ke dewasa.Jean hanya menganggukkan kepala, lantas pamit pergi.Jean pergi ke kafe tempat kencan butanya akan dilaksanakan. Dia sesekali mengecek ponsel, bahkan terlihat berbalas pesan dengan se
Raja menoleh ke Arthur, sama halnya dengan sang kaka, Raja pun terkejut karena teman kencang Jean adalah Arthur.“Dia teman kencanmu?” tanya Raja ke Jean.Jean mengangguk-angguk menjawab pertanyaan Raja.“Kamu mengenalnya?” tanya Arthur sambil menunjuk ke Jean.“Kenapa kamu peduli?” Stella tidak terima Arthur malah lebih peduli ke Jean.Arthur menoleh ke Stella tapi kemudian memandang ke Raja.Raja melepas pelukannya dari Jean, lantas menautkan jemari mereka.“Tentu aku mengenalnya. Dia kekasihku, saat dia bilang mau dijodohkan dengan seorang pria, aku pikir siapa. Jika kamu yang dijodohkan dengannya, lebih baik lupakan. Aku tidak akan melepasnya.”Setelah mengatakan itu, Raja menarik Jean pergi dari tempat itu.Arthur sangat terkejut mendengar ucapan Raja, belum lagi sang adik langsung menarik Jean pergi.“Arthur!” Stella emosi karena Arthur malah menata
“Apa maksudmu mengatakan itu?” tanya Jean tak paham dengan larangan pemuda itu.Raja terlihat memalingkan muka sesaat sambil menghela napas kasar, lantas kembali menatap Jean.“Karena aku tidak suka kamu dekat dengan pria lain,” jawab Raja.Jean ingin tertawa mendengar ucapan pemuda yang masih dianggapnya bocah itu.“Jangan mengada-ada. Meski kita bisa dekat, bukan berarti kamu bisa melarangku dekat dengan siapa, apalagi jika itu perintah orang tuaku,” ujar Jean tak peka dengan maksud ucapan Raja.“Kamu tidak bisa dekat dengan pria lain, kan? Bahkan kamu meminta tolong untuk menggagalkan kencan dengan pria lain. Bukankah itu cukup membuktikan, kamu tidak nyaman berada dekat pria lain,” ujar Raja lagi.Jean benar-benar bingung dengan situasi yang sedang dihadapinya. Dia memberikan helm yang tadi dipakai ke Raja, lantas menatap pemuda itu.“Memang, tapi bukan berarti aku menutup kemu
“Lain kali, kalau kamu memang masih cinta dengan pacarmu itu, lebih baik tolak permintaan Mama untuk kencan buta!”Raja langsung memperingatkan sang kakak yang dianggapnya tak tegas sama sekali.“Dia benar-benar kekasihmu?” tanya Arthur mengabaikan ucapan Raja.“Benar,” jawab Raja meyakinkan.“Aku ke sana karena dia memang mengatakan akan kencan buta. Aku tak tahu kalau kamu yang dijodohkan dengannya. Lebih baik kamu katakan ke Mama untuk membatalkan perjodohan kalian,” ucap Raja lagi.“Dia sembilan tahun lebih tua darimu, kamu yakin menyukainya?” tanya Athur masih tak percaya jika adiknya menyukai Jean.“Memangnya kenapa dengan umur? Jika memang bisa, kenapa tidak?” Raja membalas ucapan sang kakak dengan nada tinggi.“Kalau aku tadi tidak datang, apa yang akan terjadi kepadanya? Bahkan saat kamu di sana, kamu tidak bisa mencegah apa pun, kamu membuat Jean disiram pacar gilamu itu. Bersikaplah tegas, atau kamu akan membuat banyak orang kecewa,” ujar Raja lagi terus bicara karena tak s
[Jill, jika ada yang menyukaiku, tapi tak sesuai ekspektasiku. Apa yang harus aku lakukan?]Jean mengirimkan pesan ke Jill karena tak tahu harus bagaimana mengatasi masalah yang sedang dialaminya.Jean duduk di kasur sambil menatap pesan yang baru saja dikirimkan ke Jill. Hingga beberapa saat kemudian pesan itu dibaca sepupunya itu.[Fokus pada keinginan awalmu, Jean. Baru kamu bisa memutuskan apa yang kamu inginkan.]Jean membaca pesan dari Jill, memang tak banyak membantu tapi setidaknya itu bisa membuatnya tenang. Dia pun mengirimkan balasan terima kasih ke sepupunya itu, lantas mengembuskan napas kasar.Hari berikutnya, Jean sarapan bersama kedua orang tuanya seperti biasa.Ive terlihat menatap Jean yang makan tanpa bicara, banyak perubahan yang membuat wanita paruh baya itu sedih.“Akhir minggu ini, bagaimana kalau kita Me Time bersama, Jean?” tanya sang mama ingin kembali mempererat hubungan keduanya.Jean memandang sang mama, lantas menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis.
Raja tersenyum melihat Jean keluar memakai celana. Dia tidak menyangka kalau wanita itu mau berganti pakaian hanya karena dirinya memaksa ingin mengantar.“Besok aku akan membawa mobil,” ucap Raja sambil menyodorkan helm ke Jean.“Kamu tidak perlu menjemputku setiap hari,” balas Jean sambil menerima helm dari Raja lantas memakainya.Siapa sangka Raja mendekat ke Jean, lantas membantu memasang tali pengaman helm.Jean cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Raja, tapi dia berusaha untuk tenang.“Aku suka melakukannya,” balas Raja setelah selesai memasang tali helm sambil menatap Jean.Jean mengalihkan pandangan dari pemuda itu, bahkan menggeser posisi agar tak terlalu dekat dengan Raja.“Bisa kita berangkat sekarang?” tanya Jean karena mulai salah tingkah melihat tatapan Raja.Raja hanya mengulum senyum, lantas naik ke motor disusul Jean. Pemuda itu pun melajukan motor meninggalkan rumah Jean.Di rumah, ayah Jean keheranan karena mobil putrinya masih di garasi.“Jean ke kantor naik ap