Jean keluar pergi jalan-jalan karena sedih dengan sikap sang mama, tapi meski begitu dia juga tahu kalau sudah bersikap berlebihan. Jean hanya takut saja, apalagi dia pun pernah patah hati karena mantannya selingkuh yang membuatnya minta putus. Jean duduk di taman sendirian. Dia beberapa kali menghapus air mata, meski sudah berusaha untuk tak menangis. “Kenapa mereka tak paham?” Jean menghapus air mata lagi, lantas mendongak agar semakin tak menangis. Saat sedang merenung sendiri, tiba-tiba ada yang menyodorkan tisu ke arahnya. “Siapa yang tidak paham?” Jean menoleh hingga terkejut melihat Raja di sana. Dia pun memalingkan wajah agar pemuda itu tak melihatnya menangis. Dia berusaha terlihat kuat saat ada di hadapan orang lain. “Tidak ada,” balas Jean masih tak mau menatap Raja. “Pakailah ini,” ucap Raja karena Jean menggunakan jari untuk menghapus air mata. Jean dengan terpaksa mengambil tisu dari Raja, lantas menggunakannya untuk menghapus air matanya. “Mau minum?” Raja jug
“Dia menggemaskan sekali.”Jean menemui Aruna dan Ansel di rumah. Dia sekarang sedang menatap bayi Aruna yang ada di baby box.“Aku senang kamu mau main ke sini,” ucap Aruna sambil menyuguhkan minuman di meja.Jean menoleh Aruna sambil memulas senyum ke istri sepupunya itu.“Kebetulan saja lewat, jadi sekalian mampir mau lihat bayi kalian,” jawab Jean lantas menatap Evano lagi.Aruna dan Ansel saling tatap, mereka tahu jika Jean tak pernah mampir ke rumah, tapi hari ini memang sangat berbeda.“Bagaimana pekerjaanmu? Sudah ada kemajuan?” tanya Ansel lantas menyeruput kopi buatan Aruna.“Baik,” jawab Jean lantas duduk di samping Aruna.Jean menatap Aruna dan Ansel bergantian, lantas menghela napas kasar hingga membuat Aruna dan Ansel menatap ke arahnya.“Apa ada masalah?” tanya Ansel saat melihat sepupunya itu seperti memiliki beban berat.“Bukan masalah besar, tapi aku butuh teman bicara,” jawab Jean.Aruna dan Ansel saling tatap sejenak, keduanya lantas menatap ke Jean.“Ya, bicara sa
“Kamu bilang apa?” tanya Jean menyelidik.Raja malah tersenyum, lantas menggelengkan kepala.“Tidak ada, hanya bilang umur kita tidak terpaut jauh, jadi kita bisa jadi teman,” jawab Raja sambil menggoyangkan pulpen yang ada di jari.Jean menatap curiga ke Raja, tapi memilih mengabaikannya. Dia pun mulai menjelaskan rincian tugas untuk pemuda itu. Jean mengajari dengan sangat detail dan sabar.“Sudah paham?” tanya Jean.“Sudah, sangat jelas,” jawab Raja lantas mengambil alih buku dari Jean.“Aku kerjakan dulu,” ucap pemuda itu lantas fokus mencatat.Jean memilih menikmati kopi pesanannya. Dia memperhatikan Raja yang sedang menulis dengan serius.“Ini hari Sabtu, memangnya kamu kuliah?” tanya Jean.Raja berhenti mencatat. Dia diam sejenak lantas menoleh Jean yang duduk di kursi sampingnya.“Tidak kuliah, hanya kebetulan saja tadi ada perlu di kampus,” jawab Raja sambil tersenyum lantas kembali mencatat.Jean hanya mengangguk-angguk. Dia melirik minuman yang dibeli Raja, benar-benar masi
“Ingat Jean, jangan langsung menolaknya. Usahakan berkomunikasi dulu, mungkin mengobrol dulu dengannya agar memahami satu sama lain,” ucap sang mama menasihati saat melihat Jean sudah bersiap pergi kencan buta.Jean hanya tersenyum menanggapi ucapan sang mama, meski kencan buta kali ini sudah bisa dipastikan akan gagal, tapi Jean tetap berpura jika akan berusaha.“Iya, aku akan mengingat ucapan Mama,” balas Jean.Ive menatap Jean yang terlihat cantik hari itu. Dia mengusap lembut pipi putrinya itu penuh kasih sayang.“Mama bukan ingin memaksa, hanya saja mama tidak bisa melihatmu berubah. Mama suka Jean yang dulu, yang ceria, dan selalu rendah hati,” ucap Ive yang tak pernah bisa menerima perubahan Jean dari remaja ke dewasa.Jean hanya menganggukkan kepala, lantas pamit pergi.Jean pergi ke kafe tempat kencan butanya akan dilaksanakan. Dia sesekali mengecek ponsel, bahkan terlihat berbalas pesan dengan se
Raja menoleh ke Arthur, sama halnya dengan sang kaka, Raja pun terkejut karena teman kencang Jean adalah Arthur.“Dia teman kencanmu?” tanya Raja ke Jean.Jean mengangguk-angguk menjawab pertanyaan Raja.“Kamu mengenalnya?” tanya Arthur sambil menunjuk ke Jean.“Kenapa kamu peduli?” Stella tidak terima Arthur malah lebih peduli ke Jean.Arthur menoleh ke Stella tapi kemudian memandang ke Raja.Raja melepas pelukannya dari Jean, lantas menautkan jemari mereka.“Tentu aku mengenalnya. Dia kekasihku, saat dia bilang mau dijodohkan dengan seorang pria, aku pikir siapa. Jika kamu yang dijodohkan dengannya, lebih baik lupakan. Aku tidak akan melepasnya.”Setelah mengatakan itu, Raja menarik Jean pergi dari tempat itu.Arthur sangat terkejut mendengar ucapan Raja, belum lagi sang adik langsung menarik Jean pergi.“Arthur!” Stella emosi karena Arthur malah menata
“Apa maksudmu mengatakan itu?” tanya Jean tak paham dengan larangan pemuda itu.Raja terlihat memalingkan muka sesaat sambil menghela napas kasar, lantas kembali menatap Jean.“Karena aku tidak suka kamu dekat dengan pria lain,” jawab Raja.Jean ingin tertawa mendengar ucapan pemuda yang masih dianggapnya bocah itu.“Jangan mengada-ada. Meski kita bisa dekat, bukan berarti kamu bisa melarangku dekat dengan siapa, apalagi jika itu perintah orang tuaku,” ujar Jean tak peka dengan maksud ucapan Raja.“Kamu tidak bisa dekat dengan pria lain, kan? Bahkan kamu meminta tolong untuk menggagalkan kencan dengan pria lain. Bukankah itu cukup membuktikan, kamu tidak nyaman berada dekat pria lain,” ujar Raja lagi.Jean benar-benar bingung dengan situasi yang sedang dihadapinya. Dia memberikan helm yang tadi dipakai ke Raja, lantas menatap pemuda itu.“Memang, tapi bukan berarti aku menutup kemu
“Lain kali, kalau kamu memang masih cinta dengan pacarmu itu, lebih baik tolak permintaan Mama untuk kencan buta!”Raja langsung memperingatkan sang kakak yang dianggapnya tak tegas sama sekali.“Dia benar-benar kekasihmu?” tanya Arthur mengabaikan ucapan Raja.“Benar,” jawab Raja meyakinkan.“Aku ke sana karena dia memang mengatakan akan kencan buta. Aku tak tahu kalau kamu yang dijodohkan dengannya. Lebih baik kamu katakan ke Mama untuk membatalkan perjodohan kalian,” ucap Raja lagi.“Dia sembilan tahun lebih tua darimu, kamu yakin menyukainya?” tanya Athur masih tak percaya jika adiknya menyukai Jean.“Memangnya kenapa dengan umur? Jika memang bisa, kenapa tidak?” Raja membalas ucapan sang kakak dengan nada tinggi.“Kalau aku tadi tidak datang, apa yang akan terjadi kepadanya? Bahkan saat kamu di sana, kamu tidak bisa mencegah apa pun, kamu membuat Jean disiram pacar gilamu itu. Bersikaplah tegas, atau kamu akan membuat banyak orang kecewa,” ujar Raja lagi terus bicara karena tak s
[Jill, jika ada yang menyukaiku, tapi tak sesuai ekspektasiku. Apa yang harus aku lakukan?]Jean mengirimkan pesan ke Jill karena tak tahu harus bagaimana mengatasi masalah yang sedang dialaminya.Jean duduk di kasur sambil menatap pesan yang baru saja dikirimkan ke Jill. Hingga beberapa saat kemudian pesan itu dibaca sepupunya itu.[Fokus pada keinginan awalmu, Jean. Baru kamu bisa memutuskan apa yang kamu inginkan.]Jean membaca pesan dari Jill, memang tak banyak membantu tapi setidaknya itu bisa membuatnya tenang. Dia pun mengirimkan balasan terima kasih ke sepupunya itu, lantas mengembuskan napas kasar.Hari berikutnya, Jean sarapan bersama kedua orang tuanya seperti biasa.Ive terlihat menatap Jean yang makan tanpa bicara, banyak perubahan yang membuat wanita paruh baya itu sedih.“Akhir minggu ini, bagaimana kalau kita Me Time bersama, Jean?” tanya sang mama ingin kembali mempererat hubungan keduanya.Jean memandang sang mama, lantas menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis.
Aruna dan yang lain buru-buru pergi ke rumah sakit setelah mendapat kabar jika Winnie mau melahirkan, tapi siapa sangka saat masuk ruangan malah melihat Hanzel juga, membuat semua orang bingung.“Hanz, kenapa kamu di sini?” tanya Aruna bingung.“Milea melahirkan,” jawab Hanzel.“Lah, bukannya ini kamar Winnie?” tanya Aruna bingung.“Ya, mereka berdua di sini. tuh!” Hanzel menunjuk ke dalam.Ternyata Bumi dan Hanzel setuju jika istri mereka satu kamar agar bisa saling bantu menjaga.Aruna, Ansel, dan kedua orang tuanya terkejut mendengar ucapan Hanzel. Mereka buru-buru masuk untuk melihat apakah yang dikatakan Hanzel benar.“Kalian benar-benar janjian. Hamil dan melahirkan bisa barengan,” cerocos Aruna sangat tak menyangka.“Kebetulan saja, aku masuk duluan baru Winnie,” balas Milea.Semua orang yang ada di sana terlihat sangat bahagia, belum lagi setelah itu datang keluarga Hanzel dan Milea karena ingin menyambut cucu mereka.“Anak kalian seperti kembar.” Aruna dan yang lain memandang
“Mama, tadi Emily bantu gambar ini, lho.” Kai memperlihatkan gambar yang dibawanya.“Mana coba lihat.” Milea mengambil buku gambar dari tangan Kai.Milea sudah ambil cuti melahirkan karena usia kandungannya memasuki sembilan bulan. Dia fokus dengan kesehatan kehamilan dan Kai yang sekarang sudah duduk di bangku sekolah dasar.“Yang mewarnai siapa?” tanya Milea sambil memperhatikan gambar itu.“Kai dong. Kai pintar ‘kan?” Kai menjawab dengan bangga.“Iya, pintar,” balas Milea.Kai sangat bangga dapat pujian dari sang mama, hingga melihat Milea yang meringis.“Mama kenapa?” tanya Kai sambil menggenggam telapak tangan Milea.“Tidak kenapa-napa,” ucap Milea sambil tersenyum meski perutnya mendadak kencang.“Mama yakin?” tanya Kai yang cemas.Belum juga Milea menjawab, dia merasa kalau perutnya semakin sakit seperti mengalami kontraksi, tentu saja hal itu membuat Kai cemas.“Bibi! Mama sakit!” teriak Kai karena di rumah itu hanya ada dirinya, kedua orang tuanya, dan pembantu.Milea dan Han
“Pernyataanmu tadi, apa bisa aku anggap benar?”Jean tertegun hingga menoleh Raja yang duduk di belakang stir. Dia mengulum bibir menunjukkan kalau sedang dalam kondisi panik dan bingung.“Aku tidak tahu harus menyebutmu apa? Adik tidak mungkin, teman terlalu aneh.”Jean mencoba sedikit mengelak dari pengakuannya ke Milea.“Berarti memang bagus pacar. Jadi, apa bisa jadi pengakuan untuk seterusnya?” tanya Raja lantas menoleh Jean.Jean benar-benar salah tingkah mendengar pertanyaan Raja. Dia memberanikan diri menoleh ke pemuda itu.“Jangan berharap banyak kepadaku. Aku memiliki banyak kekurangan termasuk mungkin takkan bisa memberikan cinta yang sempurna untukmu,” ucap Jean takut Raja kecewa.“Kamu tahu, tidak ada yang namanya cinta sempurna. Yang ada, saling melengkapi kekurangan masing-masing. Asal kamu mengizinkan, aku akan menerima semua kekurangan itu.”Raja menatap Jean penuh harap. Dia menyadari jika Jean seperti tidak tertarik dengan sebuah hubungan percintaan, tapi dia pun ta
“Apa kamu tidak merasa aneh jalan denganku?”Jean mengamati sekitar, banyak remaja memperhatikannya yang sedang jalan dengan Raja.“Kenapa aku harus merasa aneh?” tanya Raja balik dengan santai.“Karena kamu jalan dengan wanita yang layak jadi kakak, tante, mungkin mama.”Jean menjawab sambil menoleh Raja.Raja tertawa mendengar ucapan Jean, lantas membalas, “Untuk apa memikirkan pandangan orang yang tidak ada habisnya. Yang menjalani aku, kenapa mereka yang repot?”“Lagi pula sekarang kita hanya jalan, kalau kamu menerima perasaanku, aku malah akan menggandeng tanganmu lantas memberitahu mereka kalau kamu kekasihku, bukan kakakku, tanteku, atau mamaku,” ujar Raja lagi memberi clue ke Jean untuk merepon perasaan yang diungkapkan sebelumnya.Jean langsung berdeham mendengar ucapan Raja, bahkan mengulum bibir sambil memalingkan muka.Raja menoleh Jean yang memalingkan muka darinya, dia pun lantas kembali berkata, “Apa kamu yakin belum mau memutuskan? Tapi kalau belum juga tidak apa, aku
“Jean,” panggil Ive saat melihat putrinya sedang menuruni anak tangga.Jean yang sedang ingin ke dapur mengambil minum, akhirnya berbelok ke ruang keluarga untuk menghampiri sang mama dan papa.“Ada apa, Ma?” tanya Jean.“Duduklah sini,” pinta Ive sambil menepuk sofa di sampingnya.Jean menuruti ucapan sang mama, lantas menatap kedua orang tuanya bergantian.“Apa ada masalah, Ma?” tanya Jean agak cemas karena tak biasanya kedua orang tuanya memanggil sambil memperlihatkan ekspresi serius seperti itu.“Apa kamu sebelumnya menolak kencan buta karena sudah punya pacar dan pacarmu itu yang tadi pagi jemput?” tanya Ive memastikan sebelum bicara ke pembahasan lebih lanjut.Jean sangat terkejut mendengar pertanyaan Ive, membuatnya gelagapan karena bingung harus menjawab apa.Ive dan Alex saling tatap, mereka pun semakin yakin kalau memang benar pria yang menjemput Jean adalah pacar putrinya.“Sebenarnya, asal kamu suka, tidak masalah kamu mau pacaran sama siapa, mau nikah sama siapa. Mama da
“Lain kali jangan mendatanginya dengan alasan kamu merasa bersalah! Bukankah kamu seharusnya merasa bersalah karena mendekati kekasih adikmu sendiri.”Raja baru saja sampai rumah saat sang kakak juga sampai di rumah. Dia memperingatkan kakaknya itu agar tak mendekati Jean lagi.Saat Arthur hendak membalas ucapan Raja, Amanda sudah lebih menegur mereka berdua.“Kenapa kalian bersitegang lagi?” tanya Amanda sambil menatap kedua putranya itu.Raja dan Arthur menoleh bersamaan ke Amanda. Raja terlihat tak senang karena menyadari jika sang mama pasti akan membela kakaknya.Amanda menatap Arthur yang hanya diam, hingga tatapannya tertuju ke Raja.“Raja, mama mau bicara denganmu sebentar, bisa?” tanya Amanda dengan suara halus agar putranya tak salah paham kepadanya.Raja menatap sang mama, lantas mengangguk karena tak bisa menolak permintaan wanita itu.Raja pun mengikuti sang mama yang berjalan lebih dulu di depannya. Dia mengikuti hingga sang mama masuk ke ruang kerja ayahnya.“Mama mau b
“Yang ini nanti kamu kirim ke bagian marketing. Jangan lupa minta untuk dicek ulang,” perintah Jean ke sekretarisnya.“Baik, Bu.” Sekretaris Jean mengangguk.Jean memberikan berkas yang baru dicek. Dia lantas kembali mengurus berkas lainnya yang bertumpuk di mejanya.Saat sedang fokus ke berkas, tiba-tiba saja telepon kabel di mejanya berdering, membuat Jean menjawab panggilan itu lebih dulu.“Selamat siang Bu Jean, ada seseorang yang ingin menemui Anda tapi belum membuat janji. Anda ingin menemuinya atau tidak?” tanya staff resepsionis dari seberang panggilan.Jean mengerutkan alis mendengar pertanyaan resepsionis.“Siapa?” tanya Jean penasaran hingga dia terdiam mendengar nama yang disebutkan resepsionis.Jean menutup panggilan itu, lantas memilih keluar dari ruangannya untuk menemui orang yang mencarinya.Jean pergi ke lobi, hingga melihat pria yang berdiri membawa sebuah paper bag.“Mau apa kamu menemuiku?” tanya Jean sambil menatap Arthur yang datang menemuinya.Arthur membalikka
Raja tersenyum melihat Jean keluar memakai celana. Dia tidak menyangka kalau wanita itu mau berganti pakaian hanya karena dirinya memaksa ingin mengantar.“Besok aku akan membawa mobil,” ucap Raja sambil menyodorkan helm ke Jean.“Kamu tidak perlu menjemputku setiap hari,” balas Jean sambil menerima helm dari Raja lantas memakainya.Siapa sangka Raja mendekat ke Jean, lantas membantu memasang tali pengaman helm.Jean cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Raja, tapi dia berusaha untuk tenang.“Aku suka melakukannya,” balas Raja setelah selesai memasang tali helm sambil menatap Jean.Jean mengalihkan pandangan dari pemuda itu, bahkan menggeser posisi agar tak terlalu dekat dengan Raja.“Bisa kita berangkat sekarang?” tanya Jean karena mulai salah tingkah melihat tatapan Raja.Raja hanya mengulum senyum, lantas naik ke motor disusul Jean. Pemuda itu pun melajukan motor meninggalkan rumah Jean.Di rumah, ayah Jean keheranan karena mobil putrinya masih di garasi.“Jean ke kantor naik ap
[Jill, jika ada yang menyukaiku, tapi tak sesuai ekspektasiku. Apa yang harus aku lakukan?]Jean mengirimkan pesan ke Jill karena tak tahu harus bagaimana mengatasi masalah yang sedang dialaminya.Jean duduk di kasur sambil menatap pesan yang baru saja dikirimkan ke Jill. Hingga beberapa saat kemudian pesan itu dibaca sepupunya itu.[Fokus pada keinginan awalmu, Jean. Baru kamu bisa memutuskan apa yang kamu inginkan.]Jean membaca pesan dari Jill, memang tak banyak membantu tapi setidaknya itu bisa membuatnya tenang. Dia pun mengirimkan balasan terima kasih ke sepupunya itu, lantas mengembuskan napas kasar.Hari berikutnya, Jean sarapan bersama kedua orang tuanya seperti biasa.Ive terlihat menatap Jean yang makan tanpa bicara, banyak perubahan yang membuat wanita paruh baya itu sedih.“Akhir minggu ini, bagaimana kalau kita Me Time bersama, Jean?” tanya sang mama ingin kembali mempererat hubungan keduanya.Jean memandang sang mama, lantas menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis.