Beranda / Romansa / Kakak Cantik, Jadi Mamiku! / Pertemuan dengan Gadis Kecil

Share

Kakak Cantik, Jadi Mamiku!
Kakak Cantik, Jadi Mamiku!
Penulis: Aililea (din din)

Pertemuan dengan Gadis Kecil

last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-14 15:49:32

“Kondisi Mommy sudah seperti ini. Dia selalu sakit saat memikirkanmu, apa kamu masih tetap kekeh tinggal di luar negeri? Apa kamu tidak kasihan ke Daddy yang harus mengurus perusahaan sendirian?”

Aruna Eldar Abimand menarik napas panjang lantas mengembuskan kasar setelah mengingat cecaran kalimat yang dilontarkan sang kakak saat dia baru saja menginjakkan kaki lagi di negara itu.

Wanita berumur 26 tahun itu memiliki rambut panjang sebahu dengan tubuh semampai hingga membuatnya terlihat anggun dan memesona. Sorot matanya yang teduh, dengan binar penuh kasih sayang yang membalut kecemasan dalam tiap tatapan, membuat siapa pun akan jatuh hati ke wanita itu.

Aruna baru saja kembali dari luar negeri setelah mendapat kabar jika penyakit ibunya kambuh sampai masuk rumah sakit karena memikirkannya hingga membuatnya merasa bersalah.

“Kamu di mana, Runa?” Suara sang kakak terdengar dari seberang panggilan saat Aruna menjawab panggilan.

“Aku ke mall sebentar, Kak. Aku ingin membelikan sesuatu untuk Mommy,” jawab Aruna sambil mengayunkan langkah, bola matanya menelisik setiap barang yang terpajang di toko. Dia mencari sesuatu yang pantas untuk diberikan ke keluarganya.

“Baiklah, jangan lama-lama. Mommy takut kamu kabur lagi.”

Aruna tersenyum masam mendengar ucapan sang kakak. Dia pun berkata akan segera pulang sebelum mengakhiri panggilan itu. Aruna berdiri di salah satu toko tas ternama, memandang deretan tas yang terpajang di sana, tapi belum berniat masuk untuk melihat langsung dari dekat.

“Masa dibelikan tas.” Aruna bingung harus membelikan apa untuk keluarganya terutama sang mommy.

Dia pulang dengan terburu-buru begitu mendapat kabar sang mommy dirawat inap, sampai tak menyiapkan oleh-oleh apa pun untuk keluarganya.

Saat Aruna sedang termangu, tiba-tiba ada sesuatu yang menabrak kakinya. Dia pun terkejut hingga langsung menoleh.

“Aduh, sakit!” pekik seorang gadis kecil berumur lima tahun sambil memegangi pantat.

Gadis kecil berwajah mungil itu meringis kesakitan karena tampaknya dia membentur lantai cukup keras setelah menabrak kaki Aruna.

“Kamu tidak apa-apa? Kamu baik-baik saja?” tanya Aruna langsung berjongkok untuk membantu gadis kecil itu.

“Kepalaku sakit, pantatku sakit,” jawab gadis kecil itu sambil memegang keningnya yang tadi membentur kaki Aruna.

“Kakak kenapa berdiri di sini, aku tidak lihat,” celoteh gadis kecil itu malah menyalahkan Aruna padahal dia yang berlari kencang sampai tak memperhatikan jalan.

Aruna hanya tersenyum meski disalahkan. Dia merasa kasihan karena gadis kecil itu menabrak dirinya sampai jatuh. Dia membantu gadis kecil manis dan menggemaskan itu berdiri, lantas merapikan pakaian gadis kecil itu.

“Ini yang sakit, ya.” Aruna mengusap kening gadis kecil itu dengan lembut.

“Iya,” ucap gadis kecil itu sambil memperhatikan Aruna.

Aruna bahkan meniup kening gadis kecil itu agar merasa lebih baik.

“Bagaimana sekarang? Sudah lebih baik?” tanya Aruna sambil memulas senyum.

Gadis kecil itu melebarkan senyum, lantas menganggukkan kepala dengan cepat.

Aruna masih memperhatikan wajah gadis kecil yang memiliki bulu mata lentik, bola matanya besar, hidungnya mungil, bibirnya pun kecil berwarna kemerahan.

“Di mana mamamu?” tanya Aruna sambil menengok ke kanan dan kiri.

“Di sana,” jawab gadis kecil itu sambil menunjuk ke atas.

“Oh, di lantai empat,” ucap Aruna karena lantai di atas mereka lantai empat mall itu.

“Tapi Papi di sana.” Gadis kecil itu menunjuk ke arah ayahnya berada.

“Tadi di sana, tapi sepertinya sudah tidak ada. Aku bingung mencarinya, tapi belum ketemu,” ucap gadis kecil itu lagi yang terlihat bingung.

Aruna berdiri lantas memandang ke arah gadis kecil itu menunjuk. Di sana dia tidak melihat ada orang yang sedang mencari, membuat Aruna kasihan karena merasa jika gadis kecil itu sedang tersesat.

“Siapa namamu?” tanya Aruna sambil sedikit membungkukkan badan.

“Emily,” jawab gadis kecil itu lagi.

“Oke, Emily. Mau kakak bantu mencari Papi dan Mami?” tanya Aruna sambil mengulurkan tangan ke Emily.

Aruna melihat gadis kecil itu tersenyum, lantas menggenggam telapak tangannya. Dia pun mengajak Emily pergi mencari orang tuanya. Pertama-tama dia pergi ke arah Emily terakhir kali bersama orang tuanya.

“Kamu jalan-jalan sama Papi dan Mami?” tanya Aruna sambil mengedarkan pandangan, barangkali melihat orang tua sedang mencari anaknya.

“Hanya sama Papi, tadi dia jemput sekolah, tapi ternyata malah diajak ke sini karena Papi ada kerjaan,” jawab Emily sambil mengayunkan kaki kecilnya dengan riang.

Emily menoleh ke kanan dan kiri ikut mencari ayahnya. Dia tadi bosan sendirian saat sang papi bicara dengan klien, membuat Emily nekat pergi sendiri yang membuatnya malah tersesat.

Aruna membentuk huruf O dengan bibir mendengar jawaban Emily. Hingga dahinya berkerut karena bingung ketika mengingat tadi Emily bilang ibunya ada di lantai 4, tapi sekarang berkata jika hanya bersama ayahnya.

Aruna hendak mengajak Emily ke lantai 4 untuk mencari ibu gadis kecil itu, tapi ternyata Emily sudah lebih dulu berteriak.

“Itu Papi!” teriak Emily sambil menunjuk ke arah ayahnya berada.

Aruna pun memandang ke arah Emily menunjuk, hingga tiba-tiba tangannya lepas dari genggaman gadis kecil itu.

“Itu papiku. Papi!” teriak Emily memanggil ayahnya yang ternyata sedang kebingungan mencari dirinya bersama beberapa orang lainnya.

“Itu papimu?” tanya Aruna terlihat syok saat melihat siapa yang ditunjuk Emily. Dia mendadak merasa pandangannya sangat buram hingga seakan salah melihat.

Emily mengangguk-anggukan kepala menjawab pertanyaan Aruna.

Tubuh Aruna mendadak membeku. Dia lantas menoleh Emily yang terlihat senang bisa menemukan orang tua.

“Emily, kakak ada perlu. Emily sudah melihat Papi, kan? Kakak tinggal, ya.”

Aruna buru-buru meninggalkan Emily sendirian lagi. Dia tidak bisa berlama-lama di sana.

Emily terkejut karena Aruna pergi begitu saja. Dia hendak memanggil Aruna, tapi tidak tahu nama wanita yang menemaninya itu.

“Kakak kok pergi duluan, sih.” Emily memandang ke Aruna yang berjalan cepat pergi meninggalkannya.

“Emi!” Seorang pria berteriak memanggil gadis kecil itu.

Komen (15)
goodnovel comment avatar
priyanto skm
hayooo...mengapa Aruna buru2 meninggalkan Emily
goodnovel comment avatar
Puji WidyAstuti
siapa kira2 papi nya emily
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
hayo siapa yang di lihat Aruna sampai dia memilih untuk kabur
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Seperti Kenal

    “Papi!” Emily berlari lantas melompat ke gendongan sang ayah yang menghampirinya.Ansel Emery Abimanyu, pria berumur 29 tahun dengan tubuh tegap dan memiliki rahang yang tegas itu langsung menangkap tubuh putrinya yang melompat ke dalam gendongan.“Ya Tuhan, Emi. Kenapa kamu pergi tidak bilang papi?” Ansel sangat cemas karena sempat berpikir kehilangan putrinya itu. Dia menggendong sambil memeluk erat karena cemas dan takut tadi kehilangan putrinya itu.“Aku bosan, jadi jalan-jalan. Tapi pas nyari Papi, aku malah kehilangan Papi. Untung ada Kakak Cantik tadi yang nemenin aku nyari Papi,” celoteh Emily.“Kakak Cantik? Mana?” tanya Ansel karena putrinya sendirian. Dia menoleh ke kanan dan kiri tapi tak melihat siapa pun selain pengunjung yang sedang berlalu lalang.Emily menoleh ke arah Aruna tadi pergi, lantas menunjuk ke seorang wanita yang buru-buru turun menggunakan lift.“Itu, Papi. Itu Kakak Cantik yang tadi nemenin nyari Papi,” jawab Emily sambil terus menunjuk ke wanita yang tad

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Ingin Mami Baru

    “Papi, boleh tidak minta mami seperti Kakak Cantik? Dia baik, lembut, bahkan perhatian. Kalau bisa, minta Kakak Cantik jadi mamiku, ya. Ya, Papi.” Emily membujuk sambil mengedip-ngedipkan kelopak mata.Ansel langsung tersedak ludah mendengar ucapan Emily. Bagaimana bisa putrinya menginginkan wanita asing menjadi ibu.“Kok Papi diam? Papi tidak mau ya kasih mami buat aku?” tanya Emily sambil memasang wajah sedih.Ansel terkejut mendengar ucapan Emily. Dia pun berusaha untuk menjelaskan.“Emi, ingin punya mami bukan berarti bisa tinggal pilih seperti beli balon atau es krim. Papi tidak bisa menjadikan wanita sembarangan sebagai mamimu,” ujar Ansel menjelaskan.“Kenapa?” tanya Emily penasaran.“Ya, pokoknya tidak bisa,” jawab Ansel bingung cara menjawab pertanyaan Emily.“Iya, kenapa ga bisa, Papi? Temen-temenku punya mami semua, kenapa aku tidak punya? Aku selalu diejek ga punya mami, katanya aku lahir dari batu. Ada yang bilang aku bukan anak Papi makanya ga punya mami,” cerocos Emily

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Akhirnya Bertemu

    “Runa, kamu sudah siap?” Aruna menoleh ke pintu saat mendengar suara sang kakak. Dia dan keluarganya malam itu hendak pergi ke restoran untuk merayakan ulang tahunnya.“Iya.” Aruna mengangguk, lantas berjalan keluar dari kamar.Aruna dan keluarganya pun berangkat bersama, mereka pergi ke restoran yang sudah dipesan sebelumnya.“Mommy seharusnya tak usah merayakan ulang tahunku. Aku sudah besar, Mom.” Aruna merengek karena Bintang memesan kue dengan inisial namanya ke pelayan yang baru saja keluar dari ruangan itu.“Tidak apa, sekali-kali. Mommy juga tidak tahu kapan bisa merayakan ulang tahunmu lagi, mumpung kamu tidak kabur lagi, ya sudah rayakan saja,” kekeh Bintang tak mau menerima penolakan.Aruna menoleh ayah, kakak, dan kakak iparnya, mereka hanya mengedikkan bahu tak mau membantah perintah Bintang.“Mom, aku ke kamar kecil sebentar,” kata Aruna karena tiba-tiba ingin buang air kecil.Bintang mengangguk mendengar perkataan Aruna. Aruna juga pamit ke kakaknya, lantas pergi menuj

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Masih Membenci

    Aruna panik melihat mantan kekasihnya itu dari dekat, jantungnya mendadak berdegup dengan cepat karena tak menyangka akan bertemu pria itu di sana. Dia sampai memalingkan wajah karena tak sudi melihat pria itu.Ansel pun sama dengan Aruna. Dia terkejut juga terlihat gelagapan saat melihat wanita yang dicampakkannya dan menghilang enam tahun lalu, kini berada di hadapannya.“Kenapa kalian diam? Tidak kenalan? Papi bilang mau ketemu Kakak Cantik, ini orangnya. Kok malah diam saja?” tanya Emily bingung sambil menatap Ansel dan Aruna bergantian.Aruna langsung memalingkan wajah saat melihat pria yang sangat tak ingin dilihatnya ketika kembali ke negara itu. Namun, di sana ada Emily, tak mungkin dia bersikap kasar di depan anak kecil.Ansel ingin menyapa Aruna, tapi niatnya diurungkan saat melihat wanita itu memalingkan wajah darinya.“Emily, kakak harus pergi. Takutnya keluarga kakak nyariin. Kita ngobrol kalau ketemu lagi, ya.” Aruna bicara dengan lembut ke Emily, kemudian buru-buru perg

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Sudah Menikah?

    Aruna mengembuskan napas kasar setelah berhasil menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum resign. Dia juga sudah melakukan video call dengan managernya untuk meyakinkan jika memang akan berhenti bekerja.Aruna meregangkan kedua tangan ke atas, mencoba melenturkan otot yang kaku karena fokus di depan laptop hampir 18 jam dalam satu hari selama seminggu terakhir.“Akhirnya.”Aruna begitu lega sudah menyelesaikan tanggung jawabnya. Menyibukkan diri selama seminggu ini ternyata ada manfaat baginya agar bisa sedikit melupakan pertemuannya dengan Ansel yang membuat Aruna sempat tak tenang.Aruna keluar dari kamar, hingga melihat Bintang yang sedang menemani Archie main seperti biasa.“Pekerjaanmu sudah selesai?” tanya Bintang saat melihat Aruna baru saja sampai di ruang keluarga.“Iya. Aku juga sudah pamit ke managerku, jadi sekarang sudah tak ada tanggung jawab lagi,” jawab Aruna, “aku juga sudah meminta temanku untuk mengemas barang-barang yang penting dan mengirimkan ke sini,” ucap Aruna

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Jadi Pebinor?

    Wanita yang menghampiri Ansel langsung merangkul lengan pria itu. Hingga tatapan wanita itu tertuju ke Aruna.“Dia siapa?” tanya wanita itu ke Ansel.Aruna terkejut mendengar pertanyaan wanita itu. Dia sejak tadi tak menyadari jika terlalu fokus memperhatikan wanita yang baru saja datang itu.Tanpa kata, Aruna memilih meninggalkan Ansel. Dia tidak ingin semakin tambah sakit hati melihat Ansel bermesraan dengan wanita itu.Ansel ingin mencegah Aruna pergi, tapi memaksa Aruna sama saja akan membuat mantannya itu semakin membenci sikapnya.Ansel menoleh wanita yang sedang merangkul lengannya, hingga dia menghembuskan napas kasar.“Dia siapa? Gebetanmu? Kok sudah punya anak?” tanya wanita itu sambil memandang Ansel yang terlihat kesal.“Kamu mau apa datang-datang merangkul begini?” Ansel bicara sambil melepas pegangan tangan wanita itu dari lengannya.Ansel pun memilih berjalan meninggalkan tempat itu karena Aruna sudah pergi.“Kamu belum menjawab pertanyaanku. Siapa wanita itu? Jangan bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Tantrum

    “Non, makan ya.” Baby sitter membujuk agar Emily mau makan. “Ga, mau!” Emily menyembunyikan wajahnya di balik bantal sofa yang ada di pangkuannya. “Ada apa, Bi?” tanya Ayana saat melihat pelayannya itu membujuk Emily agar mau makan. “Itu, Nyah. Non Emi tidak mau makan sejak siang tadi,” jawab baby sitter sambil melirik ke Emily. Ayana langsung duduk di samping Emily, lantas mengusap lembut rambut gadis kecil itu. “Emi kenapa tidak mau makan?” tanya Ayana. “Aku ga mau makan,” jawab Emily masih sambil menyembunyikan wajah di balik bantal. Ayana pun bingung karena Emily merajuk sampai seperti itu. Dia menoleh baby sitter lantas bertanya, “Apa ada masalah di sekolah?” “Tidak ada, Nyonya. Sebenarnya masalahnya bukan di sekolah, tapi ….” Baby sitter itu bingung menjelaskannya. “Tapi apa?” tanya Ayana. “Beberapa hari ini Non Emi selalu pergi ke mall itu, tapi tiap pulang pasti sedih,” jawab baby sitter hati-hati dan dengan suara pelan. “Mall? Beli apaan?” tanya Ayana bingung. Ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Di Mana Ibunya?

    Ansel menggendong Emily keluar dari mobil. Dia membawa putrinya itu ke rumah sakit tanpa memberitahu kedua orang tuanya. Saat masuk IGD, perawat langsung menghampiri. “Apa yang terjadi, Pak?” tanya perawat sambil mengarahkan Ansel untuk membawa Emily ke ranjang pesakitan. “Dia tiba-tiba panas tinggi, bahkan mencapai 38 derajat,” jawab Ansel karena sebelumnya sudah mengecek lebih dulu suhu tubuh Emily. Perawat itu terkejut, lantas memanggil dokter jaga. Ansel membaringkan perlahan tubuh Emily di atas ranjang, lantas mengusap lembut kening Emily yang terasa panas karena putrinya itu seperti kesakitan. “Apa keluhannya?” Suara dokter membuat Ansel menoleh, hingga sangat terkejut ketika melihat dokter yang akan memeriksa putrinya. Sashi pun sama terkejutnya ketika melihat Ansel. Wanita itu tentunya mengenal dan tahu dengan jelas, siapa pria yang ada di hadapannya sekarang. “Apa keluhannya?” tanya Sashi mengabaikan keterkejutannya karena berusaha bersikap profesional sebagai seorang

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15

Bab terbaru

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Akhir

    Aruna dan yang lain buru-buru pergi ke rumah sakit setelah mendapat kabar jika Winnie mau melahirkan, tapi siapa sangka saat masuk ruangan malah melihat Hanzel juga, membuat semua orang bingung.“Hanz, kenapa kamu di sini?” tanya Aruna bingung.“Milea melahirkan,” jawab Hanzel.“Lah, bukannya ini kamar Winnie?” tanya Aruna bingung.“Ya, mereka berdua di sini. tuh!” Hanzel menunjuk ke dalam.Ternyata Bumi dan Hanzel setuju jika istri mereka satu kamar agar bisa saling bantu menjaga.Aruna, Ansel, dan kedua orang tuanya terkejut mendengar ucapan Hanzel. Mereka buru-buru masuk untuk melihat apakah yang dikatakan Hanzel benar.“Kalian benar-benar janjian. Hamil dan melahirkan bisa barengan,” cerocos Aruna sangat tak menyangka.“Kebetulan saja, aku masuk duluan baru Winnie,” balas Milea.Semua orang yang ada di sana terlihat sangat bahagia, belum lagi setelah itu datang keluarga Hanzel dan Milea karena ingin menyambut cucu mereka.“Anak kalian seperti kembar.” Aruna dan yang lain memandang

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Milea & Winnie

    “Mama, tadi Emily bantu gambar ini, lho.” Kai memperlihatkan gambar yang dibawanya.“Mana coba lihat.” Milea mengambil buku gambar dari tangan Kai.Milea sudah ambil cuti melahirkan karena usia kandungannya memasuki sembilan bulan. Dia fokus dengan kesehatan kehamilan dan Kai yang sekarang sudah duduk di bangku sekolah dasar.“Yang mewarnai siapa?” tanya Milea sambil memperhatikan gambar itu.“Kai dong. Kai pintar ‘kan?” Kai menjawab dengan bangga.“Iya, pintar,” balas Milea.Kai sangat bangga dapat pujian dari sang mama, hingga melihat Milea yang meringis.“Mama kenapa?” tanya Kai sambil menggenggam telapak tangan Milea.“Tidak kenapa-napa,” ucap Milea sambil tersenyum meski perutnya mendadak kencang.“Mama yakin?” tanya Kai yang cemas.Belum juga Milea menjawab, dia merasa kalau perutnya semakin sakit seperti mengalami kontraksi, tentu saja hal itu membuat Kai cemas.“Bibi! Mama sakit!” teriak Kai karena di rumah itu hanya ada dirinya, kedua orang tuanya, dan pembantu.Milea dan Han

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Aku Terima

    “Pernyataanmu tadi, apa bisa aku anggap benar?”Jean tertegun hingga menoleh Raja yang duduk di belakang stir. Dia mengulum bibir menunjukkan kalau sedang dalam kondisi panik dan bingung.“Aku tidak tahu harus menyebutmu apa? Adik tidak mungkin, teman terlalu aneh.”Jean mencoba sedikit mengelak dari pengakuannya ke Milea.“Berarti memang bagus pacar. Jadi, apa bisa jadi pengakuan untuk seterusnya?” tanya Raja lantas menoleh Jean.Jean benar-benar salah tingkah mendengar pertanyaan Raja. Dia memberanikan diri menoleh ke pemuda itu.“Jangan berharap banyak kepadaku. Aku memiliki banyak kekurangan termasuk mungkin takkan bisa memberikan cinta yang sempurna untukmu,” ucap Jean takut Raja kecewa.“Kamu tahu, tidak ada yang namanya cinta sempurna. Yang ada, saling melengkapi kekurangan masing-masing. Asal kamu mengizinkan, aku akan menerima semua kekurangan itu.”Raja menatap Jean penuh harap. Dia menyadari jika Jean seperti tidak tertarik dengan sebuah hubungan percintaan, tapi dia pun ta

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Berkumpul Bersama

    “Apa kamu tidak merasa aneh jalan denganku?”Jean mengamati sekitar, banyak remaja memperhatikannya yang sedang jalan dengan Raja.“Kenapa aku harus merasa aneh?” tanya Raja balik dengan santai.“Karena kamu jalan dengan wanita yang layak jadi kakak, tante, mungkin mama.”Jean menjawab sambil menoleh Raja.Raja tertawa mendengar ucapan Jean, lantas membalas, “Untuk apa memikirkan pandangan orang yang tidak ada habisnya. Yang menjalani aku, kenapa mereka yang repot?”“Lagi pula sekarang kita hanya jalan, kalau kamu menerima perasaanku, aku malah akan menggandeng tanganmu lantas memberitahu mereka kalau kamu kekasihku, bukan kakakku, tanteku, atau mamaku,” ujar Raja lagi memberi clue ke Jean untuk merepon perasaan yang diungkapkan sebelumnya.Jean langsung berdeham mendengar ucapan Raja, bahkan mengulum bibir sambil memalingkan muka.Raja menoleh Jean yang memalingkan muka darinya, dia pun lantas kembali berkata, “Apa kamu yakin belum mau memutuskan? Tapi kalau belum juga tidak apa, aku

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Restu Tanpa Minta

    “Jean,” panggil Ive saat melihat putrinya sedang menuruni anak tangga.Jean yang sedang ingin ke dapur mengambil minum, akhirnya berbelok ke ruang keluarga untuk menghampiri sang mama dan papa.“Ada apa, Ma?” tanya Jean.“Duduklah sini,” pinta Ive sambil menepuk sofa di sampingnya.Jean menuruti ucapan sang mama, lantas menatap kedua orang tuanya bergantian.“Apa ada masalah, Ma?” tanya Jean agak cemas karena tak biasanya kedua orang tuanya memanggil sambil memperlihatkan ekspresi serius seperti itu.“Apa kamu sebelumnya menolak kencan buta karena sudah punya pacar dan pacarmu itu yang tadi pagi jemput?” tanya Ive memastikan sebelum bicara ke pembahasan lebih lanjut.Jean sangat terkejut mendengar pertanyaan Ive, membuatnya gelagapan karena bingung harus menjawab apa.Ive dan Alex saling tatap, mereka pun semakin yakin kalau memang benar pria yang menjemput Jean adalah pacar putrinya.“Sebenarnya, asal kamu suka, tidak masalah kamu mau pacaran sama siapa, mau nikah sama siapa. Mama da

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Jean Untukku

    “Lain kali jangan mendatanginya dengan alasan kamu merasa bersalah! Bukankah kamu seharusnya merasa bersalah karena mendekati kekasih adikmu sendiri.”Raja baru saja sampai rumah saat sang kakak juga sampai di rumah. Dia memperingatkan kakaknya itu agar tak mendekati Jean lagi.Saat Arthur hendak membalas ucapan Raja, Amanda sudah lebih menegur mereka berdua.“Kenapa kalian bersitegang lagi?” tanya Amanda sambil menatap kedua putranya itu.Raja dan Arthur menoleh bersamaan ke Amanda. Raja terlihat tak senang karena menyadari jika sang mama pasti akan membela kakaknya.Amanda menatap Arthur yang hanya diam, hingga tatapannya tertuju ke Raja.“Raja, mama mau bicara denganmu sebentar, bisa?” tanya Amanda dengan suara halus agar putranya tak salah paham kepadanya.Raja menatap sang mama, lantas mengangguk karena tak bisa menolak permintaan wanita itu.Raja pun mengikuti sang mama yang berjalan lebih dulu di depannya. Dia mengikuti hingga sang mama masuk ke ruang kerja ayahnya.“Mama mau b

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Tak Senang

    “Yang ini nanti kamu kirim ke bagian marketing. Jangan lupa minta untuk dicek ulang,” perintah Jean ke sekretarisnya.“Baik, Bu.” Sekretaris Jean mengangguk.Jean memberikan berkas yang baru dicek. Dia lantas kembali mengurus berkas lainnya yang bertumpuk di mejanya.Saat sedang fokus ke berkas, tiba-tiba saja telepon kabel di mejanya berdering, membuat Jean menjawab panggilan itu lebih dulu.“Selamat siang Bu Jean, ada seseorang yang ingin menemui Anda tapi belum membuat janji. Anda ingin menemuinya atau tidak?” tanya staff resepsionis dari seberang panggilan.Jean mengerutkan alis mendengar pertanyaan resepsionis.“Siapa?” tanya Jean penasaran hingga dia terdiam mendengar nama yang disebutkan resepsionis.Jean menutup panggilan itu, lantas memilih keluar dari ruangannya untuk menemui orang yang mencarinya.Jean pergi ke lobi, hingga melihat pria yang berdiri membawa sebuah paper bag.“Mau apa kamu menemuiku?” tanya Jean sambil menatap Arthur yang datang menemuinya.Arthur membalikka

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Hanya Memastikan

    Raja tersenyum melihat Jean keluar memakai celana. Dia tidak menyangka kalau wanita itu mau berganti pakaian hanya karena dirinya memaksa ingin mengantar.“Besok aku akan membawa mobil,” ucap Raja sambil menyodorkan helm ke Jean.“Kamu tidak perlu menjemputku setiap hari,” balas Jean sambil menerima helm dari Raja lantas memakainya.Siapa sangka Raja mendekat ke Jean, lantas membantu memasang tali pengaman helm.Jean cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Raja, tapi dia berusaha untuk tenang.“Aku suka melakukannya,” balas Raja setelah selesai memasang tali helm sambil menatap Jean.Jean mengalihkan pandangan dari pemuda itu, bahkan menggeser posisi agar tak terlalu dekat dengan Raja.“Bisa kita berangkat sekarang?” tanya Jean karena mulai salah tingkah melihat tatapan Raja.Raja hanya mengulum senyum, lantas naik ke motor disusul Jean. Pemuda itu pun melajukan motor meninggalkan rumah Jean.Di rumah, ayah Jean keheranan karena mobil putrinya masih di garasi.“Jean ke kantor naik ap

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Menepati Ucapan

    [Jill, jika ada yang menyukaiku, tapi tak sesuai ekspektasiku. Apa yang harus aku lakukan?]Jean mengirimkan pesan ke Jill karena tak tahu harus bagaimana mengatasi masalah yang sedang dialaminya.Jean duduk di kasur sambil menatap pesan yang baru saja dikirimkan ke Jill. Hingga beberapa saat kemudian pesan itu dibaca sepupunya itu.[Fokus pada keinginan awalmu, Jean. Baru kamu bisa memutuskan apa yang kamu inginkan.]Jean membaca pesan dari Jill, memang tak banyak membantu tapi setidaknya itu bisa membuatnya tenang. Dia pun mengirimkan balasan terima kasih ke sepupunya itu, lantas mengembuskan napas kasar.Hari berikutnya, Jean sarapan bersama kedua orang tuanya seperti biasa.Ive terlihat menatap Jean yang makan tanpa bicara, banyak perubahan yang membuat wanita paruh baya itu sedih.“Akhir minggu ini, bagaimana kalau kita Me Time bersama, Jean?” tanya sang mama ingin kembali mempererat hubungan keduanya.Jean memandang sang mama, lantas menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status