Share

Sudah Menikah?

last update Last Updated: 2024-03-15 04:47:13

Aruna mengembuskan napas kasar setelah berhasil menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum resign. Dia juga sudah melakukan video call dengan managernya untuk meyakinkan jika memang akan berhenti bekerja.

Aruna meregangkan kedua tangan ke atas, mencoba melenturkan otot yang kaku karena fokus di depan laptop hampir 18 jam dalam satu hari selama seminggu terakhir.

“Akhirnya.”

Aruna begitu lega sudah menyelesaikan tanggung jawabnya. Menyibukkan diri selama seminggu ini ternyata ada manfaat baginya agar bisa sedikit melupakan pertemuannya dengan Ansel yang membuat Aruna sempat tak tenang.

Aruna keluar dari kamar, hingga melihat Bintang yang sedang menemani Archie main seperti biasa.

“Pekerjaanmu sudah selesai?” tanya Bintang saat melihat Aruna baru saja sampai di ruang keluarga.

“Iya. Aku juga sudah pamit ke managerku, jadi sekarang sudah tak ada tanggung jawab lagi,” jawab Aruna, “aku juga sudah meminta temanku untuk mengemas barang-barang yang penting dan mengirimkan ke sini,” ucap Aruna lagi.

Kemungkinan Aruna sudah takkan kembali ke negara itu, sebab itu dia pun meminta temannya untuk mengirimkan barang-barang pribadinya. Selain itu, Aruna melakukan itu semua untuk meyakinkan Bintang kalau dia tidak akan pernah pergi lagi.

Benar saja, Bintang terlihat lega dan tenang saat mendengar semua ucapan putrinya itu.

“Oh ya, mommy mau ke mall untuk membeli sesuatu. Kamu ikut, ya.” Bintang tiba-tiba saja mengajak Aruna pergi.

Aruna terkejut mendengar ucapan Bintang. Dia sendiri sebenarnya menghindari bepergian karena takut jika tak sengaja bertemu dengan Ansel.

“Aku capek, Mom. Mommy pergi sendiri saja,” ucap Aruna menolak ajakan ibunya itu.

Bintang langsung memasang wajah sedih mendengar penolakan Aruna, terlihat jelas jika dia kecewa dengan sikap Aruna.

Aruna melihat kekecewaan di raut wajah Bintang, tentu saja hal itu membuat Aruna merasa bersalah karena sudah membuat Bintang sedih.

“Baiklah, ayo pergi.” Aruna tak kuasa menolak jika membuat mommy-nya sedih.

Bintang langsung terlihat sumringah saat mendengar ucapan Aruna. Dia pun segera bersiap agar bisa pergi dengan Aruna.

Aruna geleng-geleng kepala sendiri. Tingkah ibunya kini lebih seperti anak kecil yang akan langsung merajuk ketika tak bisa mendapatkan apa yang diinginkan.

Bintang dan Aruna pergi ke mall bersama Archie, batita umur 3 tahun itu kini berada di gendongan Aruna.

“Mommy sebenarnya mau beli apa?” tanya Aruna keheranan karena Bintang hanya melihat-lihat dan tak kunjung membeli apa yang diinginkan.

“Run, mommy mau ke kamar kecil bentar. Kamu tunggu di sini, ya.”

Aruna terkejut mendengar ucapan Bintang. Dia pun tak habis pikir dengan tingkah ibunya itu. Aruna pun membiarkan Bintang pergi ke toilet, sedangkan dia menunggu sambil menggendong Archie.

“Omamu itu lama-lama aneh, kan. Bisa-bisanya belum belanja apa-apa, sudah ke kamar mandi,” ucap Aruna mengajak bicara Archie.

Archie hanya diam mendengar ucapan Aruna karena bocah 3 tahun itu memang belum bisa bicara.

Aruna berjalan di sekitar toko yang ada di lantai itu. Dia melihat-lihat pakaian dan mainan anak yang lucu-lucu.

“Kamu suka mainan seperti itu? Mau beli itu?” Aruna menawari Archie, padahal bocah itu belum tahu apa-apa.

Saat Aruna sedang memperhatikan barang-barang yang terpajang di toko itu. Tiba-tiba ada yang berdiri di sampingnya, hingga membuat Aruna menoleh.

“Runa.” Ansel berdiri di sana memandang Aruna yang menggendong anak kecil.

Ansel sedang melakukan peninjauan bangunan mall itu, hingga tak sengaja melihat Aruna yang bersama anak kecil sendirian. Awalnya Ansel ragu untuk menemui Aruna, tapi rasa penasaran akan mantan kekasihnya itu muncul, hingga membuat Ansel memberanikan diri menghampiri Aruna.

Aruna terkejut melihat Ansel di sana. Benar dugaannya jika dia bisa saja bertemu dengan Ansel kapan pun kalau keluar dari rumah.

“Bagaimana kabarmu?” tanya Ansel mencoba memberanikan diri menanyakan kabar wanita itu.

Aruna langsung memasang wajah tak senang, bahkan memalingkan wajah sejenak sebelum kembali memandang Ansel.

“Kamu lihat sendiri, aku sangat baik dan sehat. Apa matamu sakit, sampai tak melihat dan bertanya bagaimana kabarku?” Aruna membalas dengan ketus pertanyaan Ansel.

Ansel hanya tersenyum tipis mendengar jawaban Aruna. Dia sudah menebak jika sikap Aruna akan seketus itu kepadanya. Namun, bukankah ini sudah menjadi resiko atas perbuatannya yang dulu pernah dilakukan.

“Iya, aku lihat. Aku hanya memastikan saja,” balas Ansel tetap tenang menghadapi Aruna yang tak menyukainya.

Aruna terlihat malas. Ingin sekali kabur dari sana, tapi khawatir jika Bintang kebingungan mencarinya.

“Dia putramu?” tanya Ansel sambil menatap Archie.

Aruna langsung menatap Archie ketika mendengar pertanyaan Ansel, hingga kemudian menjawab, “Iya, memangnya kenapa?”

Ansel menggelengkan kepala membalas ucapan Aruna.

Aruna sengaja mengakui Archie sebagai anaknya. Dia hanya ingin memberitahu jika hidupnya baik-baik saja tanpa Ansel.

“Apa kamu pikir aku tidak bisa hidup tanpamu setelah kita berpisah? Karena itu kamu bertanya apa aku baik-baik saja, juga bertanya apa ini anakku? Kamu pikir aku tidak bisa menemukan pria yang lebih baik darimu? Kamu salah! Jika kamu bisa meninggalkanku karena wanita lain, aku pun bisa hidup bahagia dengan pria lain!” cerocos Aruna karena tiba-tiba berpikiran buruk dengan maksud pertanyaan Ansel.

Ansel terkejut mendengar semua ucapan Aruna. Emily berkata Aruna belum menikah, tapi kenapa mantan kekasihnya itu berkata jika sudah punya anak dan pria yang baik.

“Maaf kalau sudah membuatmu salah paham. Aku benar-benar hanya ingin menanyakan kabarmu saja,” ucap Ansel.

“Tidak usah menanyakan bagaimana kabarku. Hidupku lebih baik tanpamu,” balas Aruna ketus. Dia hanya tak ingin kembali jatuh ke dalam sikap ramah dan baik pria itu.

Ansel diam menatap Aruna yang terlihat begitu kesal. Dia tidak bisa memaksa mantan kekasihnya untuk tak membenci dirinya.

Aruna membalikkan badan karena ingin mengabaikan Ansel. Dia tidak bisa terlalu lama berinteraksi dengan pria itu.

Ansel terkejut karena Aruna ingin pergi, hingga saat akan mencegah Aruna pergi, tiba-tiba ada yang memanggil namanya, hingga membuat Ansel juga Aruna sama-sama menoleh.

“Ans!” Seorang wanita berjalan dengan cepat menghampiri Ansel.

Aruna memperhatikan wanita itu. Wanita anggun dengan rambut panjang yang begitu indah, wanita yang berumur tak lebih tua dari Ansel.

“Apakah wanita itu istrinya?” Tiba-tiba saja pertanyaan yang tak diinginkan itu muncul di kepala Aruna, membuat hatinya mendadak sakit melihat seperti apa penampilan istri Ansel karena dulu Aruna tak melihat dengan jelas seperti apa wanita yang akan dinikahi mantan kekasihnya itu.

Comments (12)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
kisah runa hampir sama dengan kisah orang tuanya dulu wkwkwkwkwk
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
gimana ans sakit GK dengar runa udah nikah juga wkwkwk
goodnovel comment avatar
vieta_novie
runa jadi serba salah...ga pgn ngecewain bintang,tp klo keluar rumah kawatir ketemu ansel...& tyt bener kan....lagi² runa ketemu ansel...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Jadi Pebinor?

    Wanita yang menghampiri Ansel langsung merangkul lengan pria itu. Hingga tatapan wanita itu tertuju ke Aruna.“Dia siapa?” tanya wanita itu ke Ansel.Aruna terkejut mendengar pertanyaan wanita itu. Dia sejak tadi tak menyadari jika terlalu fokus memperhatikan wanita yang baru saja datang itu.Tanpa kata, Aruna memilih meninggalkan Ansel. Dia tidak ingin semakin tambah sakit hati melihat Ansel bermesraan dengan wanita itu.Ansel ingin mencegah Aruna pergi, tapi memaksa Aruna sama saja akan membuat mantannya itu semakin membenci sikapnya.Ansel menoleh wanita yang sedang merangkul lengannya, hingga dia menghembuskan napas kasar.“Dia siapa? Gebetanmu? Kok sudah punya anak?” tanya wanita itu sambil memandang Ansel yang terlihat kesal.“Kamu mau apa datang-datang merangkul begini?” Ansel bicara sambil melepas pegangan tangan wanita itu dari lengannya.Ansel pun memilih berjalan meninggalkan tempat itu karena Aruna sudah pergi.“Kamu belum menjawab pertanyaanku. Siapa wanita itu? Jangan bi

    Last Updated : 2024-03-15
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Tantrum

    “Non, makan ya.” Baby sitter membujuk agar Emily mau makan. “Ga, mau!” Emily menyembunyikan wajahnya di balik bantal sofa yang ada di pangkuannya. “Ada apa, Bi?” tanya Ayana saat melihat pelayannya itu membujuk Emily agar mau makan. “Itu, Nyah. Non Emi tidak mau makan sejak siang tadi,” jawab baby sitter sambil melirik ke Emily. Ayana langsung duduk di samping Emily, lantas mengusap lembut rambut gadis kecil itu. “Emi kenapa tidak mau makan?” tanya Ayana. “Aku ga mau makan,” jawab Emily masih sambil menyembunyikan wajah di balik bantal. Ayana pun bingung karena Emily merajuk sampai seperti itu. Dia menoleh baby sitter lantas bertanya, “Apa ada masalah di sekolah?” “Tidak ada, Nyonya. Sebenarnya masalahnya bukan di sekolah, tapi ….” Baby sitter itu bingung menjelaskannya. “Tapi apa?” tanya Ayana. “Beberapa hari ini Non Emi selalu pergi ke mall itu, tapi tiap pulang pasti sedih,” jawab baby sitter hati-hati dan dengan suara pelan. “Mall? Beli apaan?” tanya Ayana bingung. Ba

    Last Updated : 2024-03-15
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Di Mana Ibunya?

    Ansel menggendong Emily keluar dari mobil. Dia membawa putrinya itu ke rumah sakit tanpa memberitahu kedua orang tuanya. Saat masuk IGD, perawat langsung menghampiri. “Apa yang terjadi, Pak?” tanya perawat sambil mengarahkan Ansel untuk membawa Emily ke ranjang pesakitan. “Dia tiba-tiba panas tinggi, bahkan mencapai 38 derajat,” jawab Ansel karena sebelumnya sudah mengecek lebih dulu suhu tubuh Emily. Perawat itu terkejut, lantas memanggil dokter jaga. Ansel membaringkan perlahan tubuh Emily di atas ranjang, lantas mengusap lembut kening Emily yang terasa panas karena putrinya itu seperti kesakitan. “Apa keluhannya?” Suara dokter membuat Ansel menoleh, hingga sangat terkejut ketika melihat dokter yang akan memeriksa putrinya. Sashi pun sama terkejutnya ketika melihat Ansel. Wanita itu tentunya mengenal dan tahu dengan jelas, siapa pria yang ada di hadapannya sekarang. “Apa keluhannya?” tanya Sashi mengabaikan keterkejutannya karena berusaha bersikap profesional sebagai seorang

    Last Updated : 2024-03-15
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Mau Kakak Cantik

    Aruna baru bangun tidur saat sang kakak datang ke rumah untuk melihat Archie setelah shift malam. Dia melihat Sashi yang baru saja meletakkan tas di sofa. “Kamu baru pulang,” ucap Aruna lantas menutup mulut karena menguap. “Iya,” balas Sashi sambil menatap sang adik yang masih berpenampilan acak-acakan. “Run.” Sashi memanggil nama adiknya itu. Aruna menghentikan langkah. Dia menoleh sang kakak yang memanggil. “Ada apa?” tanya Aruna sambil menggaruk kepala hingga rambutnya semakin berantakan. Sashi seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi malah menggelengkan kepala. “Tidak ada,” jawab Sashi, “aku nyari Archie dulu,” ucap Sashi lantas pergi meninggalkan Aruna. Aruna pun mengabaikan sang kakak yang tidak jadi bicara. Dia ke dapur karena ingin mengambil air minum. ** Di rumah sakit. Ansel kini menunggu Emily yang harus dirawat karena kekurangan cairan dengan suhu tubuh masih tinggi. “Bagaimana kondisinya?” tanya Ayana yang akhirnya menemui Ansel. “Masih panas,” jawab Ansel sambil

    Last Updated : 2024-03-16
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Titipan Surat

    “Kenapa kamu tidak mau menemui Bumi?” Bintang menatap Aruna yang sedang minum. Aruna menoleh ke Bintang, hingga kemudian menjawab, “Tidak kenapa-napa. Hanya sedang tidak ingin saja.” Aruna mencuci gelas yang baru dipakai. Dia kemudian membalikkan badan untuk menatap ibunya. “Bumi sudah beberapa kali ke sini untuk menemuimu, tapi kamu tidak mau menemuinya. Apa kamu juga ada masalah dengan Bumi?” tanya Bintang. “Tidak ada, Mom.” Aruna tetap tidak memberikan alasannya kenapa tak mau menemui sepupunya itu. “Ya, kalau tidak ada, kenapa tidak mau bertemu? Tentu saja sikapmu ini membuat mommy penasaran.” Bintang menatap Aruna yang tersenyum. “Tidak usah penasaran, Mom. Aku hanya belum siap bertemu teman-teman lama, itu saja. Nanti kalau memang sudah ingin, aku pasti akan main ke tempatnya sekalian menjenguk Paman.” Setelah mengatakan itu, Aruna pun pergi meninggalkan Bintang di dapur sendirian. Dia berjalan menuju kamar, hingga menerima sebuah pesan. [Kamu sudah tidur?] Aruna memba

    Last Updated : 2024-03-16
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Memang Baik

    Enam tahun lalu. “Bisa aku bicara denganmu?” Bumi yang sedang berdebat dengan gadis SMA terkejut saat melihat seorang wanita datang dan langsung ingin bicara dengannya. Dia tidak mengenal wanita itu bahkan melihatnya pun tidak pernah. “Maaf, kamu siapa?” tanya Bumi sambil memperhatikan wanita itu, hingga tatapannya beralih ke perut wanita itu yang sedikit besar. Bumi mulai menerka-nerka, kenapa ada wanita hamil yang mendatanginya. Wanita itu tersenyum tipis mendengar pertanyaan Bumi, hingga meminta pria itu untuk duduk agar bisa bicara dengan tenang. Bumi pun duduk berhadapan dengan wanita itu sambil terus memperhatikan serta mengingat apakah dia pernah bertemu wanita itu sebelumnya. “Maaf, siapa kamu dan kenapa ingin bertemu denganku?” tanya Bumi terlampau penasaran. “Biar aku memperkenalkan diri. Aku Citra, istrinya Ansel,” jawab wanita bernama Citra itu. Bumi sangat terkejut mendengar ucapan wanita itu. Dia langsung tidak senang karena gara-gara wanita itu Ansel meninggal

    Last Updated : 2024-03-16
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Ponsel atau Mami

    “Emi sudah menghabiskan makanannya?” tanya Ansel saat berpapasan dengan baby sitter yang ingin keluar kamar. “Sudah, Tuan.” Baby sitter menjawab singkat. Dia sudah berjanji jika tidak akan memberitahu soal kedatangan Aruna ke sana. Ansel mengangguk, lantas masuk ruang inap dan melihat Emily yang duduk sambil memegang ponsel. “Sudah selesai makan?” tanya Ansel sambil berjalan mendekat ke ranjang. Dia melirik piring di atas meja yang sudah kosong. Emily terkejut mendengar suara Ansel. Dia buru-buru menyembunyikan ponsel milik baby sitter yang dipinjamnya. Ansel mengerutkan alis, kenapa Emily buru-buru menyembunyikan ponsel itu. “Emi sedang apa? Kenapa buru-buru menyembunyikan ponselnya?” tanya Ansel curiga. “Tidak ada,” jawab Emily terlihat masih kesal ke ayahnya itu. Ansel tak banyak tanya lagi. Dia tak ingin Emily semakin marah kepadanya jika dia terlalu mendikte. Emily menatap ayahnya, lantas buru-buru mengembalikan ponsel baby sitter yang baru saja masuk. “Papi sudah janji

    Last Updated : 2024-03-17
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Mau Menikah?

    [Papi mau beliin aku ponsel, jadi aku bisa telepon Kakak Cantik kapan pun.] Aruna tersenyum tipis membaca pesan dari Emily. Dia ingin tak peduli, tapi kenyataannya tidak bisa. Melihat gadis kecil itu sakit, membuatnya mengabaikan amarah yang ditujukan ke Ansel. Ya, dia sadar jika Emily tidak tahu apa pun dengan amarah yang dipendamnya. [Baguslah, tapi Papi tidak tahu kalau kamu minta ponsel karena kakak, kan?] Aruna takut jika Ansel tahu, lantas beranggapan jika dirinya bisa menerima dan memaafkan kesalahan Ansel di masa lalu karena dia mau dekat dengan Emily. [Kakak tenang saja, Papi tidak tahu, kok. Aku sayang Kakak. Aku harus tidur atau tidak akan cepat sembuh.] Aruna tersenyum membaca pesan dari Emily yang dikirim melalui ponsel baby sitter. Dia membalas pesan dari Emily, lantas meletakkan ponsel di meja. Aruna sendiri bingung, kenapa dia harus peduli dengan Emily sedangkan membenci ayah gadis kecil itu. Kenapa dia tidak mengabaikan saja, sedangkan seharusnya dia mampu melak

    Last Updated : 2024-03-17

Latest chapter

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Akhir

    Aruna dan yang lain buru-buru pergi ke rumah sakit setelah mendapat kabar jika Winnie mau melahirkan, tapi siapa sangka saat masuk ruangan malah melihat Hanzel juga, membuat semua orang bingung.“Hanz, kenapa kamu di sini?” tanya Aruna bingung.“Milea melahirkan,” jawab Hanzel.“Lah, bukannya ini kamar Winnie?” tanya Aruna bingung.“Ya, mereka berdua di sini. tuh!” Hanzel menunjuk ke dalam.Ternyata Bumi dan Hanzel setuju jika istri mereka satu kamar agar bisa saling bantu menjaga.Aruna, Ansel, dan kedua orang tuanya terkejut mendengar ucapan Hanzel. Mereka buru-buru masuk untuk melihat apakah yang dikatakan Hanzel benar.“Kalian benar-benar janjian. Hamil dan melahirkan bisa barengan,” cerocos Aruna sangat tak menyangka.“Kebetulan saja, aku masuk duluan baru Winnie,” balas Milea.Semua orang yang ada di sana terlihat sangat bahagia, belum lagi setelah itu datang keluarga Hanzel dan Milea karena ingin menyambut cucu mereka.“Anak kalian seperti kembar.” Aruna dan yang lain memandang

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Milea & Winnie

    “Mama, tadi Emily bantu gambar ini, lho.” Kai memperlihatkan gambar yang dibawanya.“Mana coba lihat.” Milea mengambil buku gambar dari tangan Kai.Milea sudah ambil cuti melahirkan karena usia kandungannya memasuki sembilan bulan. Dia fokus dengan kesehatan kehamilan dan Kai yang sekarang sudah duduk di bangku sekolah dasar.“Yang mewarnai siapa?” tanya Milea sambil memperhatikan gambar itu.“Kai dong. Kai pintar ‘kan?” Kai menjawab dengan bangga.“Iya, pintar,” balas Milea.Kai sangat bangga dapat pujian dari sang mama, hingga melihat Milea yang meringis.“Mama kenapa?” tanya Kai sambil menggenggam telapak tangan Milea.“Tidak kenapa-napa,” ucap Milea sambil tersenyum meski perutnya mendadak kencang.“Mama yakin?” tanya Kai yang cemas.Belum juga Milea menjawab, dia merasa kalau perutnya semakin sakit seperti mengalami kontraksi, tentu saja hal itu membuat Kai cemas.“Bibi! Mama sakit!” teriak Kai karena di rumah itu hanya ada dirinya, kedua orang tuanya, dan pembantu.Milea dan Han

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Aku Terima

    “Pernyataanmu tadi, apa bisa aku anggap benar?”Jean tertegun hingga menoleh Raja yang duduk di belakang stir. Dia mengulum bibir menunjukkan kalau sedang dalam kondisi panik dan bingung.“Aku tidak tahu harus menyebutmu apa? Adik tidak mungkin, teman terlalu aneh.”Jean mencoba sedikit mengelak dari pengakuannya ke Milea.“Berarti memang bagus pacar. Jadi, apa bisa jadi pengakuan untuk seterusnya?” tanya Raja lantas menoleh Jean.Jean benar-benar salah tingkah mendengar pertanyaan Raja. Dia memberanikan diri menoleh ke pemuda itu.“Jangan berharap banyak kepadaku. Aku memiliki banyak kekurangan termasuk mungkin takkan bisa memberikan cinta yang sempurna untukmu,” ucap Jean takut Raja kecewa.“Kamu tahu, tidak ada yang namanya cinta sempurna. Yang ada, saling melengkapi kekurangan masing-masing. Asal kamu mengizinkan, aku akan menerima semua kekurangan itu.”Raja menatap Jean penuh harap. Dia menyadari jika Jean seperti tidak tertarik dengan sebuah hubungan percintaan, tapi dia pun ta

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Berkumpul Bersama

    “Apa kamu tidak merasa aneh jalan denganku?”Jean mengamati sekitar, banyak remaja memperhatikannya yang sedang jalan dengan Raja.“Kenapa aku harus merasa aneh?” tanya Raja balik dengan santai.“Karena kamu jalan dengan wanita yang layak jadi kakak, tante, mungkin mama.”Jean menjawab sambil menoleh Raja.Raja tertawa mendengar ucapan Jean, lantas membalas, “Untuk apa memikirkan pandangan orang yang tidak ada habisnya. Yang menjalani aku, kenapa mereka yang repot?”“Lagi pula sekarang kita hanya jalan, kalau kamu menerima perasaanku, aku malah akan menggandeng tanganmu lantas memberitahu mereka kalau kamu kekasihku, bukan kakakku, tanteku, atau mamaku,” ujar Raja lagi memberi clue ke Jean untuk merepon perasaan yang diungkapkan sebelumnya.Jean langsung berdeham mendengar ucapan Raja, bahkan mengulum bibir sambil memalingkan muka.Raja menoleh Jean yang memalingkan muka darinya, dia pun lantas kembali berkata, “Apa kamu yakin belum mau memutuskan? Tapi kalau belum juga tidak apa, aku

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Restu Tanpa Minta

    “Jean,” panggil Ive saat melihat putrinya sedang menuruni anak tangga.Jean yang sedang ingin ke dapur mengambil minum, akhirnya berbelok ke ruang keluarga untuk menghampiri sang mama dan papa.“Ada apa, Ma?” tanya Jean.“Duduklah sini,” pinta Ive sambil menepuk sofa di sampingnya.Jean menuruti ucapan sang mama, lantas menatap kedua orang tuanya bergantian.“Apa ada masalah, Ma?” tanya Jean agak cemas karena tak biasanya kedua orang tuanya memanggil sambil memperlihatkan ekspresi serius seperti itu.“Apa kamu sebelumnya menolak kencan buta karena sudah punya pacar dan pacarmu itu yang tadi pagi jemput?” tanya Ive memastikan sebelum bicara ke pembahasan lebih lanjut.Jean sangat terkejut mendengar pertanyaan Ive, membuatnya gelagapan karena bingung harus menjawab apa.Ive dan Alex saling tatap, mereka pun semakin yakin kalau memang benar pria yang menjemput Jean adalah pacar putrinya.“Sebenarnya, asal kamu suka, tidak masalah kamu mau pacaran sama siapa, mau nikah sama siapa. Mama da

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Jean Untukku

    “Lain kali jangan mendatanginya dengan alasan kamu merasa bersalah! Bukankah kamu seharusnya merasa bersalah karena mendekati kekasih adikmu sendiri.”Raja baru saja sampai rumah saat sang kakak juga sampai di rumah. Dia memperingatkan kakaknya itu agar tak mendekati Jean lagi.Saat Arthur hendak membalas ucapan Raja, Amanda sudah lebih menegur mereka berdua.“Kenapa kalian bersitegang lagi?” tanya Amanda sambil menatap kedua putranya itu.Raja dan Arthur menoleh bersamaan ke Amanda. Raja terlihat tak senang karena menyadari jika sang mama pasti akan membela kakaknya.Amanda menatap Arthur yang hanya diam, hingga tatapannya tertuju ke Raja.“Raja, mama mau bicara denganmu sebentar, bisa?” tanya Amanda dengan suara halus agar putranya tak salah paham kepadanya.Raja menatap sang mama, lantas mengangguk karena tak bisa menolak permintaan wanita itu.Raja pun mengikuti sang mama yang berjalan lebih dulu di depannya. Dia mengikuti hingga sang mama masuk ke ruang kerja ayahnya.“Mama mau b

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Tak Senang

    “Yang ini nanti kamu kirim ke bagian marketing. Jangan lupa minta untuk dicek ulang,” perintah Jean ke sekretarisnya.“Baik, Bu.” Sekretaris Jean mengangguk.Jean memberikan berkas yang baru dicek. Dia lantas kembali mengurus berkas lainnya yang bertumpuk di mejanya.Saat sedang fokus ke berkas, tiba-tiba saja telepon kabel di mejanya berdering, membuat Jean menjawab panggilan itu lebih dulu.“Selamat siang Bu Jean, ada seseorang yang ingin menemui Anda tapi belum membuat janji. Anda ingin menemuinya atau tidak?” tanya staff resepsionis dari seberang panggilan.Jean mengerutkan alis mendengar pertanyaan resepsionis.“Siapa?” tanya Jean penasaran hingga dia terdiam mendengar nama yang disebutkan resepsionis.Jean menutup panggilan itu, lantas memilih keluar dari ruangannya untuk menemui orang yang mencarinya.Jean pergi ke lobi, hingga melihat pria yang berdiri membawa sebuah paper bag.“Mau apa kamu menemuiku?” tanya Jean sambil menatap Arthur yang datang menemuinya.Arthur membalikka

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Hanya Memastikan

    Raja tersenyum melihat Jean keluar memakai celana. Dia tidak menyangka kalau wanita itu mau berganti pakaian hanya karena dirinya memaksa ingin mengantar.“Besok aku akan membawa mobil,” ucap Raja sambil menyodorkan helm ke Jean.“Kamu tidak perlu menjemputku setiap hari,” balas Jean sambil menerima helm dari Raja lantas memakainya.Siapa sangka Raja mendekat ke Jean, lantas membantu memasang tali pengaman helm.Jean cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Raja, tapi dia berusaha untuk tenang.“Aku suka melakukannya,” balas Raja setelah selesai memasang tali helm sambil menatap Jean.Jean mengalihkan pandangan dari pemuda itu, bahkan menggeser posisi agar tak terlalu dekat dengan Raja.“Bisa kita berangkat sekarang?” tanya Jean karena mulai salah tingkah melihat tatapan Raja.Raja hanya mengulum senyum, lantas naik ke motor disusul Jean. Pemuda itu pun melajukan motor meninggalkan rumah Jean.Di rumah, ayah Jean keheranan karena mobil putrinya masih di garasi.“Jean ke kantor naik ap

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Menepati Ucapan

    [Jill, jika ada yang menyukaiku, tapi tak sesuai ekspektasiku. Apa yang harus aku lakukan?]Jean mengirimkan pesan ke Jill karena tak tahu harus bagaimana mengatasi masalah yang sedang dialaminya.Jean duduk di kasur sambil menatap pesan yang baru saja dikirimkan ke Jill. Hingga beberapa saat kemudian pesan itu dibaca sepupunya itu.[Fokus pada keinginan awalmu, Jean. Baru kamu bisa memutuskan apa yang kamu inginkan.]Jean membaca pesan dari Jill, memang tak banyak membantu tapi setidaknya itu bisa membuatnya tenang. Dia pun mengirimkan balasan terima kasih ke sepupunya itu, lantas mengembuskan napas kasar.Hari berikutnya, Jean sarapan bersama kedua orang tuanya seperti biasa.Ive terlihat menatap Jean yang makan tanpa bicara, banyak perubahan yang membuat wanita paruh baya itu sedih.“Akhir minggu ini, bagaimana kalau kita Me Time bersama, Jean?” tanya sang mama ingin kembali mempererat hubungan keduanya.Jean memandang sang mama, lantas menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status