Share

Ponsel atau Mami

last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-17 04:09:51

“Emi sudah menghabiskan makanannya?” tanya Ansel saat berpapasan dengan baby sitter yang ingin keluar kamar.

“Sudah, Tuan.” Baby sitter menjawab singkat. Dia sudah berjanji jika tidak akan memberitahu soal kedatangan Aruna ke sana.

Ansel mengangguk, lantas masuk ruang inap dan melihat Emily yang duduk sambil memegang ponsel.

“Sudah selesai makan?” tanya Ansel sambil berjalan mendekat ke ranjang. Dia melirik piring di atas meja yang sudah kosong.

Emily terkejut mendengar suara Ansel. Dia buru-buru menyembunyikan ponsel milik baby sitter yang dipinjamnya.

Ansel mengerutkan alis, kenapa Emily buru-buru menyembunyikan ponsel itu.

“Emi sedang apa? Kenapa buru-buru menyembunyikan ponselnya?” tanya Ansel curiga.

“Tidak ada,” jawab Emily terlihat masih kesal ke ayahnya itu.

Ansel tak banyak tanya lagi. Dia tak ingin Emily semakin marah kepadanya jika dia terlalu mendikte.

Emily menatap ayahnya, lantas buru-buru mengembalikan ponsel baby sitter yang baru saja masuk.

“Papi sudah janji
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
pasti saat ini Ayana sangat merasa bersalah sana Ansel.....
goodnovel comment avatar
fathimah
minta 2 ems, bwt aku 1...
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Hahaha ...aduh ini si Emily gemesin amat yah ,pengen tak emek2. tak unyel-unyel gemesh aku .....ntar tak adopsi deh hihihi Emily ntar dikasih ponsel berarti ga dikasih mami yah ....ntar ikut kerumàh onty ajah yah hihihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Mau Menikah?

    [Papi mau beliin aku ponsel, jadi aku bisa telepon Kakak Cantik kapan pun.] Aruna tersenyum tipis membaca pesan dari Emily. Dia ingin tak peduli, tapi kenyataannya tidak bisa. Melihat gadis kecil itu sakit, membuatnya mengabaikan amarah yang ditujukan ke Ansel. Ya, dia sadar jika Emily tidak tahu apa pun dengan amarah yang dipendamnya. [Baguslah, tapi Papi tidak tahu kalau kamu minta ponsel karena kakak, kan?] Aruna takut jika Ansel tahu, lantas beranggapan jika dirinya bisa menerima dan memaafkan kesalahan Ansel di masa lalu karena dia mau dekat dengan Emily. [Kakak tenang saja, Papi tidak tahu, kok. Aku sayang Kakak. Aku harus tidur atau tidak akan cepat sembuh.] Aruna tersenyum membaca pesan dari Emily yang dikirim melalui ponsel baby sitter. Dia membalas pesan dari Emily, lantas meletakkan ponsel di meja. Aruna sendiri bingung, kenapa dia harus peduli dengan Emily sedangkan membenci ayah gadis kecil itu. Kenapa dia tidak mengabaikan saja, sedangkan seharusnya dia mampu melak

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-17
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Menyembunyikan Anak

    Aruna akhirnya bekerja di perusahaan ayahnya. Dia sementara menjadi manager bagian pemasaran sesuai dengan pengalaman kerja sebelumnya. Dia sudah bekerja di sana selama satu minggu dan mulai menyesuaikan diri. “Bu, ini konsep yang tim kita buat, minta koreksi jika memang ada yang kurang sesuai,” ucap staff Aruna saat menyerahkan berkas konsep untuk iklan. Aruna menerima berkas itu, lantas membuka untuk melihat isi di dalamnya. “Akan aku cek dulu, kalau memang ada yang butuh direvisi, nanti aku tandai,” ujar Aruna tanpa menatap staff-nya. “Baik, Bu.” Staff itu pun keluar dari ruangan Aruna setelah pamit. Aruna mengecek berkas itu dengan seksama, hingga ponsel yang ada di samping laptop berdering. Dia melihat nama Emily di layar ponsel. “Halo.” Aruna menjawab dari panggilan gadis kecil itu. “Kakak, apa Kakak sibuk?” tanya Emily dari seberang panggilan. “Lumayan,” jawab Aruna, “ada apa?” tanyanya kemudian. “Tidak ada apa-apa, hanya mau bicara saja,” jawab Emily dari seberang pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-17
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Kenapa Memberi Harapan?

    “Tadi siang main ke mana? Kenapa Emi pulang terlambat?” tanya Ansel saat menemani Emily sebelum tidur. Emily menatap ayahnya sambil memegang ujung selimut. Dia sedikit menutup wajah ketika mendengar pertanyaan ayahnya itu. “Tidak ke mana-mana, hanya main dulu saat di sekolah,” jawab Emily tak mau jujur karena takut Ansel tahu jika dia sering berkomunikasi dengan Aruna, kemudian Aruna menjauhinya kalau Ansel tahu soal yang mereka lakukan. Ansel memandang putrinya yang bicara sambil menutup setengah wajah, hingga menghela napas kasar. “Baiklah, tapi lain kali lebih baik langsung pulang dan jangan terlalu lama main di sekolah,” ujar Ansel menasihati sambil merapikan selimut Emily. Emily mengangguk-angguk mendengar ucapan Ansel. Ansel mematikan lampu utama. Dia mencium kening Emily, lantas keluar dari kamar putrinya itu. Emily sendiri begitu lega karena Ansel tidak bertanya banyak hal lagi. Ansel keluar dari kamar Emily, lantas menutup pintu sambil membuang napas kasar. Dia diam s

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-17
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Dikira Dendam

    Siang itu Aruna meninggalkan perusahaan setelah jam makan siang. Dia ingin pergi ke sekolah Emily sesuai dengan janjinya ke gadis kecil itu. Aruna sudah sampai di sekolah Emily. Dia memarkirkan mobil di dalam area sekolah, lantas turun karena sebentar lagi Emily selesai dengan sekolahnya. Hingga saat baru saja menutup pintu, Aruna terkejut mendengar suara seseorang. “Kenapa kamu di sini? Apa ada anak yang harus kamu jemput?” Aruna membalikkan badan, hingga sangat terkejut melihat Ansel di sana. Aruna pun terlihat gelagapan karena tak menyangka jika akan bertemu pria itu di sana. “Bisa kita bicara sebentar?” tanya Ansel saat melihat Aruna yang panik. Aruna memberanikan diri menatap pria itu. Sikap dan cara bicara Ansel sekarang ini, jelas mengingatkannya akan masa lalu di mana pria itu tak pernah sekalipun membentak atau bicara keras kepadanya. Pria yang dikenal lemah lembut dalam bertutur kata, tapi sayangnya semua sikap baiknya dipatahkan oleh keputusan pria itu menikahi wanit

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Kalian Balikan?

    Bumi sedang membersihkan meja setelah pelanggan pergi. Saat sedang membawa piring dan gelas ke belakang, lonceng di tengah pintu berbunyi, membuatnya langsung menoleh. “Selamat, da ….” Bumi menjeda ucapannya ketika melihat siapa yang baru saja masuk. Aruna menatap sepupunya itu, lantas masuk begitu saja menggandeng Emily. Bumi bengong melihat Aruna datang bersama anak kecil, hingga melihat Ansel yang ikut masuk. Ansel memandang Bumi yang sedang menatap ke arah dirinya datang. Dia diam sejenak karena selama 6 tahun ini memang tak pernah menemui Bumi sama sekali. Bumi benar-benar bingung, kenapa Aruna datang bersama Ansel dan anak kecil, hingga pikirannya menebak, apakah Aruna kembali menjalin hubungan dengan Ansel. “Bum, aku mau pesan.” Suara Aruna membuat Bumi tersadar dari lamunan. Dia meletakkan nampan berisi piring dan gelas di meja, lantas mendekat ke Aruna. Bumi mendekat dan siap mencatat apa yang hendak dipesan adik sepupunya itu. Aruna memesan tiga menu makanan, dua un

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Emily Penasaran

    “Papi marah?” tanya Emily saat mobil ayahnya itu masuk halaman rumah. Sejak tadi Ansel hanya diam, membuat Emily takut kalau ayahnya itu marah sebab dia menemui dan berhubungan dengan Aruna. Ansel menoleh Aruna yang duduk di sampingnya, hingga kemudian menjawab, “Hanya sedikit kesal.” Emily langsung menundukkan kepala mendengar jawaban Ansel. “Aku tidak bermaksud nakal,” ucap Emily sambil menatap jemari mungilnya. Ansel menoleh sekilas ke Emily yang menunduk. Dia kemudian berkata, “Kamu sudah berani berbohong ke papi. Kamu tahu papi tidak suka hal itu.” Emily hanya diam mendengar ucapan Ansel. Baby sitter pun hanya bisa diam di kursi belakang karena tak punya wewenang membela Emily. “Sebelum papi tahu dari orang lain, apa ada hal lain yang kamu sembunyikan dari papi?” tanya Ansel karena tak suka jika putrinya berbohong. Emily memberanikan diri menoleh Ansel, hingga kemudian menjawab, “Aku tidak bohong lagi. Aku hanya ingin bisa sering bertemu Kakak Cantik, tapi Kakak Cantik ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Sejak Awal Salah

    Ansel mengemudikan mobil keluar dari perusahaan. Dia terlihat mengetukkan jari di stir mobil berulang kali, menunjukkan jika sekarang dalam kondisi gelisah. Mobil Ansel membelah jalanan kota, tapi dia tidak pergi mengarah ke rumah, melainkan pergi ke arah perusahaan Aruna. Dia ingin menemui Aruna karena ada banyak hal yang hendak dibicarakan dengan Aruna karena tadi belum selesai bicara. “Maaf, apa Bu Aruna sudah pulang?” tanya Ansel saat menemui security perusahaan keluarga Aruna. Dia sudah mencari informasi soal di mana Aruna bekerja, hingga tahu jika mantan kekasihnya itu kini bekerja di perusahaan keluarga. “Bu Aruna? Belum, sepertinya beliau lembur,” jawab satpam. Ansel pun berpikir sejenak, lantas berkata, “Apa saya boleh menunggu, ada hal yang ingin saya bahas dengan beliau.” Satpam itu mengizinkan. Ansel pun menunggu di lobi sampai Aruna muncul. Dia menunggu dari pukul lima, hingga akhirnya setelah setengah jam menunggu, Ansel melihat Aruna yang baru saja keluar dari li

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Takkan Sama

    “Boleh daddy ikut duduk?” Aruna terkejut mendengar suara ayahnya. Dia menoleh dan melihat pria itu berdiri di ambang pintu. Aruna tersenyum melihat ayahnya itu. Dia menepuk kursi sampingnya agar sang daddy duduk di sana. Langit pun mendekat lantas duduk di samping Aruna. Dia memandang putrinya yang terlihat tenang. “Daddy lihat beberapa hari ini kamu agak murung. Apa karena anak kecil itu?” tanya Langit. Aruna sudah menceritakan soal siapa gadis kecil yang menemuinya. Meski awalnya Langit syok bahkan kesal, tapi melihat Aruna yang biasa saja, membuatnya memaklumi keputusan Aruna yang tak bisa mengabaikan gadis kecil itu. “Tidak ada yang murung, Dad.” Aruna menoleh Langit sambil mengulas senyum. “Sejak kecil, daddy yang lebih sering menghadapi segala tingkahmu ketimbang mommymu, apa kamu masih mau berbohong kalau sedang tak baik-baik saja?” Langit menatap Aruna sambil mengusap rambut putrinya itu. Aruna terkejut mendengar ucapan Langit. Dia pun tersenyum masam sambil memalingkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-19

Bab terbaru

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Akhir

    Aruna dan yang lain buru-buru pergi ke rumah sakit setelah mendapat kabar jika Winnie mau melahirkan, tapi siapa sangka saat masuk ruangan malah melihat Hanzel juga, membuat semua orang bingung.“Hanz, kenapa kamu di sini?” tanya Aruna bingung.“Milea melahirkan,” jawab Hanzel.“Lah, bukannya ini kamar Winnie?” tanya Aruna bingung.“Ya, mereka berdua di sini. tuh!” Hanzel menunjuk ke dalam.Ternyata Bumi dan Hanzel setuju jika istri mereka satu kamar agar bisa saling bantu menjaga.Aruna, Ansel, dan kedua orang tuanya terkejut mendengar ucapan Hanzel. Mereka buru-buru masuk untuk melihat apakah yang dikatakan Hanzel benar.“Kalian benar-benar janjian. Hamil dan melahirkan bisa barengan,” cerocos Aruna sangat tak menyangka.“Kebetulan saja, aku masuk duluan baru Winnie,” balas Milea.Semua orang yang ada di sana terlihat sangat bahagia, belum lagi setelah itu datang keluarga Hanzel dan Milea karena ingin menyambut cucu mereka.“Anak kalian seperti kembar.” Aruna dan yang lain memandang

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Milea & Winnie

    “Mama, tadi Emily bantu gambar ini, lho.” Kai memperlihatkan gambar yang dibawanya.“Mana coba lihat.” Milea mengambil buku gambar dari tangan Kai.Milea sudah ambil cuti melahirkan karena usia kandungannya memasuki sembilan bulan. Dia fokus dengan kesehatan kehamilan dan Kai yang sekarang sudah duduk di bangku sekolah dasar.“Yang mewarnai siapa?” tanya Milea sambil memperhatikan gambar itu.“Kai dong. Kai pintar ‘kan?” Kai menjawab dengan bangga.“Iya, pintar,” balas Milea.Kai sangat bangga dapat pujian dari sang mama, hingga melihat Milea yang meringis.“Mama kenapa?” tanya Kai sambil menggenggam telapak tangan Milea.“Tidak kenapa-napa,” ucap Milea sambil tersenyum meski perutnya mendadak kencang.“Mama yakin?” tanya Kai yang cemas.Belum juga Milea menjawab, dia merasa kalau perutnya semakin sakit seperti mengalami kontraksi, tentu saja hal itu membuat Kai cemas.“Bibi! Mama sakit!” teriak Kai karena di rumah itu hanya ada dirinya, kedua orang tuanya, dan pembantu.Milea dan Han

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Aku Terima

    “Pernyataanmu tadi, apa bisa aku anggap benar?”Jean tertegun hingga menoleh Raja yang duduk di belakang stir. Dia mengulum bibir menunjukkan kalau sedang dalam kondisi panik dan bingung.“Aku tidak tahu harus menyebutmu apa? Adik tidak mungkin, teman terlalu aneh.”Jean mencoba sedikit mengelak dari pengakuannya ke Milea.“Berarti memang bagus pacar. Jadi, apa bisa jadi pengakuan untuk seterusnya?” tanya Raja lantas menoleh Jean.Jean benar-benar salah tingkah mendengar pertanyaan Raja. Dia memberanikan diri menoleh ke pemuda itu.“Jangan berharap banyak kepadaku. Aku memiliki banyak kekurangan termasuk mungkin takkan bisa memberikan cinta yang sempurna untukmu,” ucap Jean takut Raja kecewa.“Kamu tahu, tidak ada yang namanya cinta sempurna. Yang ada, saling melengkapi kekurangan masing-masing. Asal kamu mengizinkan, aku akan menerima semua kekurangan itu.”Raja menatap Jean penuh harap. Dia menyadari jika Jean seperti tidak tertarik dengan sebuah hubungan percintaan, tapi dia pun ta

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Berkumpul Bersama

    “Apa kamu tidak merasa aneh jalan denganku?”Jean mengamati sekitar, banyak remaja memperhatikannya yang sedang jalan dengan Raja.“Kenapa aku harus merasa aneh?” tanya Raja balik dengan santai.“Karena kamu jalan dengan wanita yang layak jadi kakak, tante, mungkin mama.”Jean menjawab sambil menoleh Raja.Raja tertawa mendengar ucapan Jean, lantas membalas, “Untuk apa memikirkan pandangan orang yang tidak ada habisnya. Yang menjalani aku, kenapa mereka yang repot?”“Lagi pula sekarang kita hanya jalan, kalau kamu menerima perasaanku, aku malah akan menggandeng tanganmu lantas memberitahu mereka kalau kamu kekasihku, bukan kakakku, tanteku, atau mamaku,” ujar Raja lagi memberi clue ke Jean untuk merepon perasaan yang diungkapkan sebelumnya.Jean langsung berdeham mendengar ucapan Raja, bahkan mengulum bibir sambil memalingkan muka.Raja menoleh Jean yang memalingkan muka darinya, dia pun lantas kembali berkata, “Apa kamu yakin belum mau memutuskan? Tapi kalau belum juga tidak apa, aku

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Restu Tanpa Minta

    “Jean,” panggil Ive saat melihat putrinya sedang menuruni anak tangga.Jean yang sedang ingin ke dapur mengambil minum, akhirnya berbelok ke ruang keluarga untuk menghampiri sang mama dan papa.“Ada apa, Ma?” tanya Jean.“Duduklah sini,” pinta Ive sambil menepuk sofa di sampingnya.Jean menuruti ucapan sang mama, lantas menatap kedua orang tuanya bergantian.“Apa ada masalah, Ma?” tanya Jean agak cemas karena tak biasanya kedua orang tuanya memanggil sambil memperlihatkan ekspresi serius seperti itu.“Apa kamu sebelumnya menolak kencan buta karena sudah punya pacar dan pacarmu itu yang tadi pagi jemput?” tanya Ive memastikan sebelum bicara ke pembahasan lebih lanjut.Jean sangat terkejut mendengar pertanyaan Ive, membuatnya gelagapan karena bingung harus menjawab apa.Ive dan Alex saling tatap, mereka pun semakin yakin kalau memang benar pria yang menjemput Jean adalah pacar putrinya.“Sebenarnya, asal kamu suka, tidak masalah kamu mau pacaran sama siapa, mau nikah sama siapa. Mama da

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Jean Untukku

    “Lain kali jangan mendatanginya dengan alasan kamu merasa bersalah! Bukankah kamu seharusnya merasa bersalah karena mendekati kekasih adikmu sendiri.”Raja baru saja sampai rumah saat sang kakak juga sampai di rumah. Dia memperingatkan kakaknya itu agar tak mendekati Jean lagi.Saat Arthur hendak membalas ucapan Raja, Amanda sudah lebih menegur mereka berdua.“Kenapa kalian bersitegang lagi?” tanya Amanda sambil menatap kedua putranya itu.Raja dan Arthur menoleh bersamaan ke Amanda. Raja terlihat tak senang karena menyadari jika sang mama pasti akan membela kakaknya.Amanda menatap Arthur yang hanya diam, hingga tatapannya tertuju ke Raja.“Raja, mama mau bicara denganmu sebentar, bisa?” tanya Amanda dengan suara halus agar putranya tak salah paham kepadanya.Raja menatap sang mama, lantas mengangguk karena tak bisa menolak permintaan wanita itu.Raja pun mengikuti sang mama yang berjalan lebih dulu di depannya. Dia mengikuti hingga sang mama masuk ke ruang kerja ayahnya.“Mama mau b

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Tak Senang

    “Yang ini nanti kamu kirim ke bagian marketing. Jangan lupa minta untuk dicek ulang,” perintah Jean ke sekretarisnya.“Baik, Bu.” Sekretaris Jean mengangguk.Jean memberikan berkas yang baru dicek. Dia lantas kembali mengurus berkas lainnya yang bertumpuk di mejanya.Saat sedang fokus ke berkas, tiba-tiba saja telepon kabel di mejanya berdering, membuat Jean menjawab panggilan itu lebih dulu.“Selamat siang Bu Jean, ada seseorang yang ingin menemui Anda tapi belum membuat janji. Anda ingin menemuinya atau tidak?” tanya staff resepsionis dari seberang panggilan.Jean mengerutkan alis mendengar pertanyaan resepsionis.“Siapa?” tanya Jean penasaran hingga dia terdiam mendengar nama yang disebutkan resepsionis.Jean menutup panggilan itu, lantas memilih keluar dari ruangannya untuk menemui orang yang mencarinya.Jean pergi ke lobi, hingga melihat pria yang berdiri membawa sebuah paper bag.“Mau apa kamu menemuiku?” tanya Jean sambil menatap Arthur yang datang menemuinya.Arthur membalikka

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Hanya Memastikan

    Raja tersenyum melihat Jean keluar memakai celana. Dia tidak menyangka kalau wanita itu mau berganti pakaian hanya karena dirinya memaksa ingin mengantar.“Besok aku akan membawa mobil,” ucap Raja sambil menyodorkan helm ke Jean.“Kamu tidak perlu menjemputku setiap hari,” balas Jean sambil menerima helm dari Raja lantas memakainya.Siapa sangka Raja mendekat ke Jean, lantas membantu memasang tali pengaman helm.Jean cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Raja, tapi dia berusaha untuk tenang.“Aku suka melakukannya,” balas Raja setelah selesai memasang tali helm sambil menatap Jean.Jean mengalihkan pandangan dari pemuda itu, bahkan menggeser posisi agar tak terlalu dekat dengan Raja.“Bisa kita berangkat sekarang?” tanya Jean karena mulai salah tingkah melihat tatapan Raja.Raja hanya mengulum senyum, lantas naik ke motor disusul Jean. Pemuda itu pun melajukan motor meninggalkan rumah Jean.Di rumah, ayah Jean keheranan karena mobil putrinya masih di garasi.“Jean ke kantor naik ap

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Menepati Ucapan

    [Jill, jika ada yang menyukaiku, tapi tak sesuai ekspektasiku. Apa yang harus aku lakukan?]Jean mengirimkan pesan ke Jill karena tak tahu harus bagaimana mengatasi masalah yang sedang dialaminya.Jean duduk di kasur sambil menatap pesan yang baru saja dikirimkan ke Jill. Hingga beberapa saat kemudian pesan itu dibaca sepupunya itu.[Fokus pada keinginan awalmu, Jean. Baru kamu bisa memutuskan apa yang kamu inginkan.]Jean membaca pesan dari Jill, memang tak banyak membantu tapi setidaknya itu bisa membuatnya tenang. Dia pun mengirimkan balasan terima kasih ke sepupunya itu, lantas mengembuskan napas kasar.Hari berikutnya, Jean sarapan bersama kedua orang tuanya seperti biasa.Ive terlihat menatap Jean yang makan tanpa bicara, banyak perubahan yang membuat wanita paruh baya itu sedih.“Akhir minggu ini, bagaimana kalau kita Me Time bersama, Jean?” tanya sang mama ingin kembali mempererat hubungan keduanya.Jean memandang sang mama, lantas menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis.

DMCA.com Protection Status