Aljabar mengusap nisan istrinya, membelainya pelan."Ras, bisa tinggalkan saya sebentar? Saya mau bicara sama istri saya. Dan saya nggak ingin ada orang lain di sini. Kembalilah ke mobil, nanti saya akan menyusul!" Suara Aljabar terdengar rendah. Tampak jelas dari suara itu, bagaimana pemiliknya sedang di dera rasa sakit luar biasa menghujam dada. Seolah ada luapan kesedihan yang mengganjal memenuhi kerongkongan.Rassi mengangguk, tak ada bantahan berarti meskipun sebenarnya dia ingin melihat dan mendengar lebih banyak apa yang ingin Aljabar utarakan di sana.Rassi mengeja langkahnya, perlahan meninggalkan Aljabar dengan hati penuh keingintahuan. Rassi mengenal betul seperti apa Aljabar. Sepertinya Aljabar benar-benar sudah berubah saat ini.Terlihat lebih tenang. Lebih dewasa.Lebih bisa mengontrol emosi. Berbeda sekali dengan saat masih bersamanya dulu.Rassi mengingat betul, bagaimana pria ini meledak-ledak. Akan tetapi, yang dia lihat saat ini membuktikan seberapa jauh Aljabar bi
"Ab, sebaiknya kita tunda rencana kedua," ucap Rassi tegas saat Abraham menemuinya di apartemen malam ini.Abraham dan Rassi sudah berhasil membuka mata Aljabar atas kebusukan Kinan juga Lexi di belakang lelaki itu selama ini, dan itu artinya rencana awal mereka telah berjalan sukses.Kini, harusnya mereka masuk pada rencana kedua, namun permintaan Aljabar pada Rassi membuat Rassi perlu menunda rencana kedua yang telah dia susun bersama Abraham untuk menghancurkan Aljabar.Itulah sebabnya, Rassi meminta Abraham datang ke apartemennya malam ini, karena dia ingin memberitahu Abraham mengenai permintaan Aljabar untuk berpura-pura menjadi kekasih lelaki itu.Mendengar penjelasan Rassi, hati Abraham berontak, terlihat jelas dari tatapannya bahwa dia tidak setuju, hanya saja, Abraham tidak memiliki kekuatan apapun untuk menunjukkan rasa ketidaksetujuannya itu."Baiklah, lakukan apa yang menurutmu lebih baik, aku akan tetap mendukungmu, Rassi," ucap Abraham pada akhirnya.Lalu lelaki itu moh
Rassi POV*****Roda empat itu menggilas jalanan kota Jakarta. Sejenak lantunan merdu lagu Cristhina Perry yang berjudul Jar of Heart memenuhi telinga. Aljabar yang menyalakan perangkat musik di mobilnya. Dia berencana mengajakku makan makan siang bersama ketika jeda jam kantor hari ini."Besok apa aja agenda saya?" tanya Aljabar memecah kebekuan yang terjadi antara aku dan dia. Entah kenapa kami selalu merasa canggung saat berdekatan seperti ini. Seolah ada sekat yang menjadi penghalang untuk benar-benar dekat.Tepatnya sejak Aljabar yang memintaku untuk berpura-pura menjadi kekasihnya, hubunganku dengan Aljabar memang semakin dekat.Sebuah rencana sudah tersusun rapi di antara kami, di mana Kinan dan Lexi menjadi target utamanya."Besok Bapak ada pertemuan dengan investor dari perusahaan P&C. Proposal minggu lalu disetujui," balasku formal."Oke, sepertinya kita akan memenangkan job desk kita dengan beberapa perusahaan pesaing. P&C itu perusahaan di bidang informasi dan periklanan ya
Rassi POV*****"Mama, Althair besok mau jalan-jalan dari sekolah, kata Bu Guru,"Kalimat itu seketika membuyarkan fokusku. Pikiranku tak tentu arah.Entahlah, pertemuan dengan perempuan yang mengaku bernama Marfuah itu cukup membuatku bingung dan penasaran. Siapa dia sebenarnya?Kenapa dia seolah sangat mengenalku sementara aku sendiri tak sama sekali mengenalnya?"Mama!" Althair menarik lengan blouseku, membuat perhatianku seketika tertuju padanya."Mau jalan-jalan ke mana, sayang? Kok dadakan sekali?" Tanyaku kemudian."Kata Bu guru, besok akan ada kunjungan ke museum. Sebenernya Bu Guru udah dari minggu lalu kasih tau, tapi Althair lupa terus kasih tau Mama. Habis, Mama sibuk melulu sih," oceh Althair seraya mendengkus. Bibir mungilnya mengerucut, maju lima centi."Iyakah? Ya ampun, maaf ya sayang. Soalnya akhir-akhir ini kerjaan Mama di kantor sangat banyak. Sekali lagi Mama minta maaf ya, Al maukan maafin Mama?" Pintaku memelas. Perasaan bersalah seketika merayapi benakku. Sadar
Sejak dirinya mengetahui kebusukan Kinan dan Lexi, satu hal yang membuat Aljabar kerap merasa malas di rumah dan harus berhadapan dengan Kinan.Harus memulas senyum manis seolah semuanya benar. Seakan tak pernah terjadi apa-apa.Muak!Aljabar muak untuk berpura-pura baik di hadapan Kinan.Aljabar tak habis pikir, bagaimana bisa, Kinanta bersikap seolah tanpa dosa? Bahkan setelah bertahun-tahun lewat setelah kematian Atama?Wanita bermuka dua itu tak pernah tahu bahwa sang suami sudah mulai mengikuti permainannya dan mencoba memberikan serangan balik dengan alur yang sudah Aljabar susun bersama Rassi."Mas, udah pulang?" Kalimat itu menyambut Aljabar sepulangnya lelaki itu bekerjaHari ini Aljabar tidak pergi dengan Rassi, karena Rassi bilang, dia sudah berjanji pada Althair untuk pulang lebih cepat minggu-minggu ini.Dan itu artinya, Aljabar kini memiliki lebih banyak waktu di rumah bersama Kinan.Aljabar menghela napas berat. Perasaannya begitu tertekan setiap kali dia berada di deka
"Sayang, udah dong nangisnya. Nanti mata Al bengkak kalau nangis terus," bujuk Rassi untuk kesekian kali agar Althair sang anak mau diam.Ini sudah hampir empat jam lewat sejak dirinya sampai di rumah tadi, tapi Althair masih saja menangis. Bahkan setelah Rassi membujuknya dengan berbagai cara, bocah itu tetap saja tidak mau berhenti menangis."Mama tahu, Al kecewa atau bahkan marah sama Chelsea karena udah kasih tau teman-teman di kelas bahwa Al nggak punya Papa. Tapi mungkin maksud Chelsea bilang begitu karena dia nggak mau berbohong. Makanya Chelsea bilang jujur. Jadi, Al nggak boleh marah," ucap Rassi lagi mencoba untuk menjelaskan. Berharap hati Althair akan luluh.Memang, ini bukan kali pertama Althair diejek teman-temannya hanya karena dia yang tidak memiliki Ayah. Tapi, sejauh ini belum pernah Althair selemah ini dengan menangis tersedu-sedu dalam dekapan Rassi sambil menceritakan apa yang baru saja dia alami. Biasanya, Althair itu tegar. Berani. Bahkan tak jarang dia melawan
Setelah mendapat wejangan dari Aljabar tadi, kini Althair pun bisa mengerti dan kembali ceria.Bocah itu tampak asik bermain bersama Chelsea di kamarnya, sementara Aljabar dan Rassi asik menikmati cemilan sambil menonton TV."Terima kasih banyak ya Pak, udah mau repot-repot datang dan bujukin Al supaya berhenti menangis," ucap Rassi membuka percakapan.Acara televisi yang mereka tonton padahal adalah acara lawak, tapi, nyatanya tak juga mampu mencairkan kecanggungan di antara mereka yang saat itu duduk berdampingan dengan jarak mereka yang bisa dibilang cukup dekat.Mungkin saking fokus menonton mereka jadi tidak sadar akan hal itu."Panggil saya, Al, Rassi. Kita kan nggak lagi di kantor," ujar Aljabar yang merasa risih setiap kali Rassi memanggilnya dengan sebutan Pak."Eh iya, Al..." Rassi terkekeh kecil."Jujur aja ya, saya tuh setiap kali melihat Althair, atau Chelsea, pasti keinget sama anak saya yang dulu meninggal di dalam kandungan istri pertama saya, Atama. Mungkin jika anak
"Sebenarnya, Ayah kandung Althair itu, sudah meninggal atau masih hidup?" Tanya Aljabar saat itu.Dalam sekejap, tubuh Rassi pun membeku.Pertanyaan Aljabar kembali membuatnya kehilangan fokus.Pikiran Rassi seketika buyar dan kacau.Mungkin jika Althair yang bertanya, Rassi bisa dengan mudah mengalihkan perhatian Althair sehingga anak itu pun melupakan pertanyaan yang dia ajukan pada Rassi tersebut. Tapi sekarang, Aljabar yang bertanya dan Rassi yang memang merasa kesulitan untuk menjawab hanya bisa terdiam di tempatnya duduk dengan kepala yang menunduk dalam."Hm, maaf jika pertanyaan saya ini agak sensitif dan membuatmu jadi tidak nyaman," pungkas Aljabar kemudian, merasa tidak enak. "Saya hanya ingin meluruskan kebingungan Althair tentang sosok Ayahnya yang dia bilang, tidak pernah tahu di mana makam Ayahnya yang sebenarnya jika memang Ayahnya benar-benar sudah meninggal seperti yang dikatakan Abraham padanya. Selain itu, Althair juga berhak tau siapa Ayahnya yang sebenarnya kan? S
TIGA TAHUN KEMUDIAN...Abraham POV*****"Kamu... bukan Rassi...” kataku lirih, melemah, terduduk lunglai di lantai. Bersandar pada dinding ruangan gelap itu.Kedua rahangku kembali mengeras. Menahan sesak yang kian menjadi-jadi.Aku menggigit bibir bagian bawah, sekadar berusaha menahan genangan air di kelopak mataku supaya tidak jatuh membanjiri pipi.Jelas, aku tak ingin terlihat cengeng dihadapan wanita ini. Meski aku harus mengakui kekeliruanku selama ini, kalau wanita yang kini berdiri di hadapanku ini, bukan, dia bukan Rassiku.Wanita ini bukan istriku...*****Jakarta, Sepuluh Tahun SilamAku terdiam saat berbicara. Aku terhenti saat berjalan. Seperti ketika aku melewati taman-taman surga. Walau mata ini tertutup, tapi dia tetap terlihat. Bahkan ketika mata ini terbuka, seketika senyumnya menyambut tanpa jeda, membuatku lupa bagaimana cara untuk berkedip. Tingkah manjanya membuatku merasa menjadi satu-satunya pria paling perkasa, karena aku satu-satunya pria yang bisa melindun
Tak ada yang pernah menyangka jika Rassi Pramudita adalah anak dari salah satu pengusaha ternama di New York.Ayahanda Rassi adalah orang Indonesia yang sudah lama menetap di New York dan menjadi warga negara Amerika Serikat, sementara Ibunda Rassi sendiri merupakan wanita keturunan Korea Selatan.Paras cantik Rassi diturunkan dari sang Ibu yang awalnya berprofesi sebagai aktris ternama di Korea, namun dia pensiun sejak memutuskan untuk menikah dengan Ayah Rassi.Tidak mendapat persetujuan keluarga, itulah yang menjadi penyebab Ayah Rassi pergi ke luar negeri dan memulai karirnya sebagai pebisnis dari titik nol di New York.Siapa sangka, keuletan dan ketekunannya membuahkan hasil yang sangat memuaskan.Sementara alasan mengapa Rassi dan Rissa bisa terpisah, itu semua karena ulah seorang lelaki bernama Mo Seo Jin yang merupakan fans garis keras Ibunda Rassi.Mo Seo Jin kecewa karena idolanya pensiun dari dunia perfilman dan memilih untuk menjadi Ibu Rumah tangga biasa sehingga lelaki i
Sesampainya Atama dan Aljabar di kediaman mereka, hal tak terduga mengejutkan keduanya saat sosok Chelsea yang tiba-tiba berlari ke arah Aljabar di pintu masuk dengan senyuman yang merekah di wajah imutnya."Papa... Elsi kangen Papa..." ucap Chelsea yang langsung berhambur memeluk Aljabar."Chelsea? Kamu..." ucap Atama bingung saat tiba-tiba Arlan dan Althair diikuti Lyra dan Rama ikutan menghampiri mereka di ambang pintu utama."Chelsea baik-baik aja, Ata! Lagian sih, lo nggak angkat telepon gue!" ucap Arlan saat itu setengah berteriak."Ini, gimana bisa?" Tanya Atama yang masih saja bingung, meski dalam hati dia sangat senang."Chelsea itu udah lama kabur dari Abraham. Dan selama itu juga dia hidup terlunta-lunta sendirian di luar sana. Untungnya ada temen gue yang nemuin Chelsea." ucap Arlan setelahnya."Alhamdulillah, syukur kalau begitu? Aku harus cepet telepon Lexi, dia pasti senang mendengar kabar ini," balas Atama yang lekas mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya."Elsi nggak m
Setelah Atama memberitahu Lexi bahwa dia sendiri pun tidak mengetahui di mana kini Abraham menyekap Chelsea, lalu tak lama, wanita itu mendapati pesan masuk yang dikirim dari nomor tak dikenal, di mana nomor tersebut mengaku bahwa dia adalah Abraham.Lelaki itu mengancam Atama juga Aljabar akan membunuh Chelsea jika mereka tak datang ke lokasi di mana Abraham berada.Tak mau membuang waktu, Atama dan Aljabar pun melaporkan ancaman itu pada pihak kepolisian, selain itu, mereka juga melibatkan Lexi dalam pemecahan masalah kali ini.Hingga akhirnya, setelah mereka semua berembuk, Atama dan Aljabar pun menyanggupi permintaan Abraham.Keesokan malamnya, mereka benar-benar mendatangi lokasi yang alamatnya diberikan Abraham pada mereka.Arlan yang awalnya ingin ikut tak diizinkan oleh Nando karena kondisi kesehatan Arlan yang memang belum sepenuhnya membaik.Menahan kesal, Arlan hanya bisa menatap kepergian iring-iringan kendaraan Aljabar, Lexi dan pihak kepolisian yang meninggalkan pelatara
Mungkin, semua manusia di dunia ini pernah mengalami sebuah kejadian yang dinamakan kebetulan.Ya, kebetulan.Kebetulan yang pada akhirnya kembali mempertemukan sepasang insan manusia yang saling jatuh cinta.Semua yang terjadi seperti mimpi bagi Aljabar saat tatapannya yang tanpa sengaja tertuju ke arah sebuah motor yang melaju perlahan di sisi kendaraannya.Saat itu, Aljabar sedang berada dalam perjalanan menuju Bandung untuk menemui Ibu Marfuah. Kepergiannya ditemani Nando dan pihak kepolisian.Sesosok wanita bergaun hijau yang duduk diboncengan motor terlihat tidak asing, sehingga Aljabar pun menajamkan penglihatannya.Dan saat itulah, dia pun tersadar bahwa wanita itu adalah Atama, istrinya yang hilang satu minggu ini.Menepuk cepat bahu Nando yang mengendarai mobil, Aljabar berteriak panik."Nan, berhenti Nan! Berhenti! Hadang motor itu, Nan! Itu Atama, Nando! Itu Atama," ucapnya dengan telunjuk yang mengarah ke motor di sisi kendaraannya.Nando pun bergerak cepat mengikuti inst
Hari ini, Mami Keke dikejutkan dengan kabar hilangnya Ratu dari rumah sakit.Salah satu anak buahnya tersebut melarikan diri saat pengawasan rumah sakit sedang berkurang, terlebih saat Andra, yang merupakan salah satu bodyguard Mami Keke yang ditugaskan sang gremo menjaga Ratu sedang lengah.Masih dengan seragam rumah sakit yang dia kenakan, Ratu berjalan tertatih saat luka tembak di perutnya belum sepenuhnya pulih.Ratu harus lekas pulang ke kostannya untuk mengambil barang pribadinya sebelum dia pergi jauh dari kota ini.Setelah menjalani perawatan intensif pasca kejadian penembakan itu, Ratu terus berpikir bahwa dia tak ingin lagi kembali pada profesinya sebagai pelacur.Ratu ingin berhenti dari pekerjaan kotor itu dan mulai menata kehidupannya yang baru.Meski sampai detik ini, dia belum tahu kemana dia harus pergi.Dan mengenai alasan mengapa Ratu tiba-tiba berpikir seperti ini, itu semua tak lepas dari perasaan yang dia miliki terhadap Arlan sejauh ini.Ratu sadar sampai kapan p
Sudah satu minggu berlalu Atama disekap Abraham di Villa pribadinya.Sikap Atama yang tetap menunjukkan kepatuhan, perlahan meruntuhkan kecurigaan dalam benak Abraham yang awalnya berpikir Atama hanya berpura-pura baik padanya.Dan kejadian tadi malam, saat Atama tak menolak diajak berciuman oleh Abraham sukses membuat lelaki itu terkecoh dan mulai percaya bahwa Atama tidak sedang bersandiwara.Hingga akhirnya, Abraham pun mencoba untuk mengetes Atama, apakah wanita itu benar-benar serius dengan kata-katanya tempo hari, atau memang hanya sekadar ingin mengelabui dirinya.Hari ini, Abraham yang awalnya menyekap Atama di lantai teratas Villa pribadinya, sengaja mengajak wanita itu keluar dari persembunyian untuk menikmati indahnya hari.Abraham membiarkan Atama berkeliaran bebas di Villa itu hanya dengan penjagaan seadanya."Ini Bu Marfuah. Dia asisten rumah tangga di sini yang akan membantumu menyiapkan kebutuhanmu, sayang," ucap Abraham memperkenalkan seorang wanita paruh baya bernama
"Sudah cukup aku bersabar menunggumu kembali padaku, sayang... Dan sekarang, aku tak sudi menunggu lagi!" ucap Abraham yang dengan cepat merobek pakaian yang dikenakan Atama saat itu.Atama menjerit saat Abraham hendak memperkosanya.Namun, semua usaha pemberontakannya tak kuasa menahan keganasan Abraham. Lelaki itu sudah seperti monster yang siap menerkam Atama.Masih berusaha mempertahankan diri, Atama tiba-tiba berteriak, "Baik, baiklah, aku akan menuruti semua perintahmu, Ab. Tapi aku mohon, jangan sakiti aku untuk saat ini. Beri aku waktu sampai aku benar-benar siap. Aku berjanji, setelah ini, aku akan selalu mendampingimu..." Atama bicara sambil menangis. Menutupi kedua bukit kembarnya yang masih tertutup pakaian dalam dengan kedua tangannya yang dia silangkan.Mendengar ucapan Atama, nafsu Abraham yang tadinya sudah menggebu perlahan surut. Lelaki itu tak menyangka jika Atama akan berbicara seperti itu."Apa, kamu tidak berbohong, Ata?" ucapnya serak.Atama mengangguk. "Ya, aku
Hari sudah beranjak sore, Atama masih terkurung di sana.Di dalam kamar itu.Dia kelaparan dan kehausan.Sudah berbagai cara dia coba untuk melarikan diri, namun tak ada satu pun usahanya yang berhasil.Bahkan jendela kamarnya saja dilapisi dengan teralis besi. Atama tak menemukan celah sedikit pun untuknya bisa keluar dari kamar ini.Satu hal yang hanya bisa dia lakukan adalah menutup tubuhnya yang terbuka dengan pakaian wanita yang dia temukan di dalam lemari kamar.Entah itu pakaian siapa, Atama tak memperdulikannya. AC di kamar itu begitu dingin, dan dia butuh pakaian yang lebih tertutup.Setelah lelah menangis bahkan suaranya nyaris hilang karena terus menerus berteriak seperti orang gila sejak tadi pagi, Atama kini hanya bisa tergolek lemah di sudut lantai kamar.Duduk memeluk lutut dan berurai air mata.Pikirannya tak lepas dari Aljabar dan Althair.Atama benar-benar menyesal karena tidak mempercayai ucapan suaminya.Hingga malam pun akhirnya tiba.Atama yang sudah lemas hampir