Share

BAB 48-TAKDIR

Penulis: pujangga manik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pemilik bale-bale itu tampak menangis, meskipun secara mata telanjang hidupnya terlihat sangat makmur dengan pakaian dan perhiasan emas yang dia kalungkan pada saat itu. Namun tetap saja, hatinya sangat kosong, dua orang yang sudah dia sayangi hilang dan diambil oleh para makhluk gunung yang selalu dia sembah dalam hidupnya.

Dia terjebak dalam tradisi keluarganya yang menyesatkan. Tradisi dari kakeknya yang pertama kali membuat rumah dan menetap di tempat ini, hanya karena kekayaan dan kejayaan yang mereka dapatkan namun banyak sekali yang harus mereka korbankan dalam hidup mereka.

Nenek, Bibi, Ibu, serta adik wanitanya menjadi korban semua. Seperti sengaja menikahi orang diluar kampung dan membawanya kesini untuk diberikan kepada para makhluk gunung, dengan timbal balik kekayaan dan kemakmuran dalam hidup mereka.

Mereka yang sudah terjebak dan menyesal tidak bisa melakukan apapun, masih takut apabila semua ritual dan tumbal yang tidak mereka berikan secara rutin, karena akan berdampa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 49-TERTUNDUK

    Sebuah ruangan yang kini aku tempati bersama bapak dan ibu secara tiba-tiba hening, tepat ketika aku bertanya seperti itu kepada bapak. Bapak hanya terdiam dan menunduk secara perlahan, rokok yang dari tadi dia hisap hanya dia pegang di dekat asbak dan membiarkannya terbakar secara perlahan pada saat itu. Aku menatap dengan penuh pertanyaan kepada bapak, pertanyaan demi pertanyaan aku lontarkan perihal leluhurku yang kini memberikan suatu beban kepada kehidupan keluargaku hingga saat ini. Aku bahkan belum bertanya perihal warung, perihal makhluk yang muncul pada kemarin malam, dan para makhluk yang menjadi penghuni rumah ini kepada bapak. Namun bapak hanya terdiam, cerita-cerita tentang leluhur yang dia bicarakan mendadak terhenti ketika aku berbicara seperti itu di hadapannya. Wusss Semilir angin terasa olehku dari arah luar, semilir angin yang masuk dari pintu rumah yang belum tertutup ketika para warga membawaku di depan warung. membuat ampas rokok yang terbakar di tangan bapak

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 50-TUGAS

    Ada aturan tidak tertulis yang mengikat Kampung Sepuh, yang mewajibkan warganya untuk tidak keluar pada malam hari. Dan ketika aku mengetahui alasan dibalik hal itu. aku kini tahu, bahwa aturan itu sengaja mereka buat, agar mereka tidak bertemu dengan para makhluk yang mengunjungi Kampung Sepuh pada malam hari, terutama para makhluk yang mengunjungi warung yang ada tepat di depan rumahku. Ketika Ki Wisesa datang dan para penduduk Kampung Sepuh terlepas dari semua ritual dan perjanjian yang mengikatnya. Entah mengapa, makhuk itu tiba-tiba datang ke kampung dan memporak-porandakan kampung pada malam tiba. Bahkan, semuanya terlihat semakin mencekam ketika dalam beberapa hari banyak orang yang meninggal di masa-masa tersebut. Mereka meninggal dengan cara yang mengenaskan, setiap hari mereka mendapati tetangga, kerabat atau teman mereka terbujur kaku dan tidak bernyawa, semua kasusnya sama dengan mata yang melotot dan dengan kondisi tubuh yang terbujur kaku secara tidak wajar, mereka sep

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 51-SESAK

    Sudah beberapa hari setelah kejadian tersebut, Aku mengurung diri di kamar. Jarang sekali aku keluar kamar kecuali makan dan ke kamar mandi atau MCK yang berada di dekat sungai. Aku masih shock, menghadapi kenyataan yang Bapak katakan dalam beberapa hari ini, tentang warung, tentang kampung, tentang Gunung Sepuh, juga tentang keluargaku dan leluhurnya dengan tanggung jawab yang aku sendiripun tidak mungkin sanggup untuk menanggungnya. Ingin rasanya aku berlari, menjauhi Kampung Sepuh dan melupakan sejenak semua yang Bapak katakan. Tapi nyatanya tidak bisa, Bapak bahkan kakek sudah melakukan hal itu. Mencoba untuk tidak mengambil tanggung jawab atas apa yang dibebankan kepadanya, dengan mengembara keluar dari Gunung Sepuh. Melewati gunung, melewati beberapa hutan yang cukup lebat, hingga ikut nebeng kepada kendaraan yang berjalan ke arah kota selama beberapa hari. Namun tetap saja, sejauh apa pun mereka pergi, entah bagaimana selalu saja ada hal yang mengharuskan dia kembali ke Kampu

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 52-DINGIN

    Seseorang pernah berkata, ketika seseorang dalam keadaan marah. Tubuhnya akan merasa panas, karena ada aura yang sangat kuat yang keluar dari tubuh seseorang, sehingga bisa terasa oleh orang-orang yang ada di sekitar mereka. Apalagi untuk seseorang yang mempunyai suatu keilmuan yang dia pelajari. Sesuatu yang bisa membuat nya semakin menjadi-jadi ketika rasa emosinya yang muncul akibat sesuatu yang membuatnya marah. Yang bisa membuat orang-orang di sekitarnya tertekan hingga batas tertentu karena amarah yang dia keluarkan. Itulah yang kini terasa olehku. Sebuah tekanan yang menyakitkan dari tatapan tajam yang Bapak rasakan. Membuatku kini hanya bisa menjauh dan menyender di dekat lemari kecil di pinggir kasur. Aku merasakan sesak napas yang luar biasa, jantung yang berdetak kencang. Juga bulu kuduk ku yang merinding, seperti sedang melihat sesuatu yang sangat-sangat menyeramkan di depan mata. Padahal, hari ini masih siang. Matahari masih tinggi dengan sinarnya yang masuk dari sela-

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 53-LAUK PAUK

    Hawa dingin pegunungan yang menusuk kulit, kini terasa olehku. Pada saat ini tubuhku yang hanya dilapisi oleh celana pendek dan kaus oblong yang tipis, membuatku terbangun dari tidurku yang lelap tadi. Aneh, sungguh aneh. Pemandangan yang aku lihat kini, sama seperti apa yang aku alami ketika aku pertama kali aku ditinggal di tengah hutan oleh Bapak beberapa waktu yang lalu. Namun, kini berbeda. Aku tidak lagi berada di dalam hutan, melainkan di sebuah padang rumput yang agak luas dan dikelilingi oleh pepohonan yang lebat di sekelilingnya. Juga ada sebuah danau kecil di tengah-tengahnya yang terlihat memantulkan cahaya bulan purnama yang sangat terang dari riak-riak air danau yang bergerak secara perlahan di tempat itu. Aku tidak tahu ada di mana sekarang, apakah aku berada di suatu tempat di Gunung Sepuh. atau ada di tempat lain yang tidak aku ketahui. Karena, baru kali ini aku melihat pemandangan seperti ini, apalagi di tengah malam yang penuh dengan bintang-bintang yang berkelip

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 54-ASEP

    Sebuah terminal kini terlihat ramai, oleh hilir mudik manusia dan kendaraan yang berlalu lalang ke sana kemari pada pagi ini. Terminal tersebut adalah terminal besar terakhir di Bandung Selatan, sebelum nantinya para kendaraan tersebut akan melaju ke kampung-kampung yang berada pegunungan yang sulit di akses, bahkan ada yang sampai hingga ke pantai yang berada ujung selatan pulau Jawa. Mobil-mobil berjenis mini bus berjejer. Dengan banyaknya tumpukan barang-barang yang menumpuk di atasnya, memang wajar bagi para penduduk yang tinggal kampung-kampung kecil pada masa itu untuk menyetok segala kebutuhanya dengan jumlah banyak. Mengingat, akses mereka dalam mendapatkan barang-barang tersebut sangatlah susah untuk dijangkau. Sehingga mereka rela pergi ke kota terdekat dan membeli kebutuhan untuk mereka jual kembali atau disimpan selama berminggu-minggu di dalam rumahnya. Bahkan, barang-barang berat seperti lemari, kasur, bahkan kendaraan bermotor pun tak luput dari pandangan. Semuanya d

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 55-SOLUSI

    BRAAK “GOB*OG SI IBU, MERE SOLUSI JIGAH KITU!!! (NGASIH SOLUSI SEPERTI ITU!!!)” Asep tiba-tiba marah, ketika Ibu Onah memberitahukan tentang pemujaan batu nangtung yang berada di Gunung Sepuh. Asep tahu, meskipun dirinya berjalan di jalan yang salah, namun tidak pernah dia pikirkan untuk memakai cara yang seperti itu. Gelas kopi juga makanan yang ada di dekatnya berhamburan kemana-mana, tepat ketika tangannya yang kurus itu menggebrak tempat duduknya dengan sekuat tenaga di depan warung nasi tersebut. Namun, Stttttt Tiba-tiba Ibu Onah mengangkat salah satu jari tangannya dan menyuruh Asep untuk diam sambil melihat ke sekeliling agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka berdua. Ibu Onah masih terlihat sabar ketika Asep tiba-tiba marah dan menggebrak tempat duduk yang diduduki oleh mereka berdua pada saat itu. “Hey Asep! ” Kata Bu Onah yang kini berkata dengan nada tegas. “Aku tahu kamu yang pegang terminal ini, sehingga kamu bisa menggebrak tempat duduk yang berada di depa

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 56-PELAJARAN

    “Terkadang, banyak ujian yang mencoba mengganggu pikiranmu agar pandanganmu beralih dari tujuan utamamu di tempat itu. ” “Dan itu adalah hal yang paling dibenci oleh makhluk yang akan kamu temui saat ini, apabila hatimu goyah dan tidak menyelesaikan ritual yang akan kamu jalani.” Itu adalah kata-kata dari Ibu Onah kepada Asep, sesaat sebelum dia naik mobil mini bus ke arah Gunung Sepuh pada saat itu. Dan sekarang, ketika matahari masih mencoba menahan sinarnya yang semakin lama semakin redup di tengah-tengah kebun teh yang luas itu. Dia sudah merasakan hal tersebut. Jujur, hatinya sedikit berdetak dengan kencang. Karena dia yakin, ada sesosok nenek-nenek yang sedang berdiri sambil membawa kayu bakar di jalanan yang dia lewati ini. Dan ketika dia mendengarnya berbicara, nenek tersebut menghilang tanpa jejak. Asep hanya menggelengkan kepala, dia hanya ingat petuah-petuah dari Bu Onah dan catatan kecil yang berisi info dan tata cara yang harus dia lakukan di dalam gunung sekarang. “M

Bab terbaru

  • KUTUKAN LELUHUR   Extra bab-TAMAT

    Pemakaman Kampung Sepuh kini lebih ramai daripada biasa, meskipun sekarang sudah masuk hari kedua lebaran di tahun 2022. Namun masih banyak orang-orang yang berdatangan dan berziarah ke makam keluarga dan teman mereka di kampung ini. Kampung Sepuh yang awalnya sepi tiba-tiba mendadak ramai, para warga yang bekerja di kota-kota besar kini kembali pulang untuk menikmati suasana lebaran yang kini lebih bebas dari dua tahun sebelumnya, sehingga para warga yang dulu tidak bisa mudik akibat pandemi kini bisa pulang ke rumah dan berkumpul kembali dengan keluarga mereka yang menunggunya di kampung. Sedangkan aku (penulis), kini sedang duduk di samping makam Bu Esih, Pak Amat, juga Pak Darsa dan leluhurnya di pemakaman Kampung Sepuh. Ku lihat pula beringin yang di dalam cerita Warung Tengah Malam terbakar habis kini sudah mulai tumbuh daun-daun baru, dan mungkin saja beberapa tahun lagi beringin yang ada di pemakaman itu sudah kembali tumbuh dan rindang seperti sedia kala. “Oh jadi begitu Ma

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 283-WARUNG TENGAH MALAM

    Beberapa kali aku mengalami kejadian yang seperti ini, batuk-batuk dan muntah darah, lalu dibarengi oleh mata yang berkunang-kunang dan akhirnya aku terjatuh dan tidak sadarkan diri di tanah.Tubuhku semakin menua, staminaku tidak lagi seperti dulu, mungkin inilah kekurangan dari manusia. Mereka tidak bisa mempertahankan stamina ketika umurnya sudah semakin tua. Sehingga, sehebat apapun mereka, tetap saja apabila stamina mereka di kuras habis maka akan ambruk juga.Esih yang curiga dengan keadaanku kini semakin khawatir akan keadaanku menyarankan aku untuk tidak terus-menerus mencari jawaban dari misteri ini ke Gunung Sepuh.Namun, meskipun aku sudah melepas Ujang untuk tinggal di kota besar dan tidak mengharapkan dia pulang kembali ke Kampung Sepuh ini. Tetap saja, rasa khawatir akan kutukan ini masih saja memenuhi pikiranku pada saat itu.Meskipun kondisiku semakin melemah, tapi aku tidak putus asa. Apalagi kini aku mempunyai teman sekaligus sahabat, yaitu Aki Karma. Pemimpin sebuah

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 282-BEKERJA KERAS

    Tak terasa, obrolan yang terjadi di warung itu kini aku simpan dalam pikiranku. Rasa ingin menyelesaikan sesuatu yang seharusnya aku selesaikan dengan segera akhirnya membuatku semakin memaksakan diriku untuk masuk ke dalam Gunung Sepuh di setiap harinya. Bahkan saking seringnya, ketika ada tamu yang meminta bantuan untuk permasalahan yang dia miliki, dia harus menungguku pulang terlebih dahulu atau nanti aku akan mendatangi rumahnya ketika mereka tidak menemukanku di warung atau dirumah pada saat itu. Hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun tak terasa aku lewati. Aku sudah mencoba berbagai cara, bahkan kini warung seringkali aku tinggalkan dan ketika aku pulang ketika pagi tiba, aku melihat warung tampak berantakan, karena mungkin para makhluk yang datang tidak menemukan ku di dalam warung untuk aku layani pada malam itu. Aku yang kini lebih bisa menerima para makhluk yang ada tinggal di luar Gunung Sepuh, aku seringkali bertanya kepada mereka tentang situasi Gunu

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 281-SEKOLAH

    Ujang, anak yang aku sayangi rupanya tumbuh dengan sehat dan kuat. Aku dan Esih sepakat untuk tidak memberitahu kepadanya tentang warung ini yang sebenarnya.Dia yang selalu bertanya setiap malam ketika dirinya tidak boleh ke warung ketika malam tiba, dan pertanyaan itu dijawab oleh Esih bahwa aku yang menjaga warung setiap malam harus berjuang keras untuk bisa menyekolahkan dirinya sehingga membuka warung di pagi dan siang hari pun tidaklah cukup untuk bisa menyekolahkan dia ke jenjang yang lebih tinggi.Apalagi, ketika malam tiba, Esih seringkali memberikan cerita pengantar tidur, mencoba memberinya cerita-cerita seram seperti tentang tuyul, genderuwo, pocong, kuntilanak, juga para makhluk-makhluk yang seringkali menculik manusia, ketika Ujang masih belum tidur di dalam rumah meskipun malam sudah larut.Esih tahu, bukannya dia menakut-nakuti Ujang, tapi Esih sengaja memberikan cerita itu agar Ujang bisa tertidur dan tidak menanyakan lagi tentang kondisi warung serta kejanggalan-keja

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 280-GELANG

    Malam ini, aku sengaja keluar meninggalkan warung dan membiarkannya tampak kosong. Aku sudah tidak tahu terakhir kali aku meninggalkan warung. Terakhir kali aku meninggalkan warung, ketika Wawan menghilang di persawahan ketika sedang bermain dengan teman-temannya, dan akhirnya aku menemukan tubuhnya yang tampak sedang di asuh oleh salah satu makhluk yang bernama kalong wewe yang menganggap Wawan adalah anaknya. Aku berusaha mengambilnya kembali, meskipun perjuangan tampak tidak mudah, karena aku harus melewati Leuwi Jurig yang dipenuhi oleh makhluk yang bernama lulun samak ketika malam tiba. Meskipun begitu, akhirnya Wawan selamat. Aku menggendongnya ke Kampung Sepuh tepat ketika pagi menjelang, ketika para kelelawar kembali ke Gunung Sepuh untuk beristirahat dan mentari pagi dengan sinarnya yang merah ke kuning-kuningan muncul di belakang Gunung Sepuh yang menjulang di pagi itu. Kini, aku kembali keluar. Mencoba sesuatu yang mungkin saja bisa membantuku untuk mencari keberadaan ma

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 279-BERTAHAN

    Kehidupan Kampung Sepuh akhirnya berjalan kembali seperti biasa, para warga kembali ke ladang dan sawahnya setiap pagi, dan akan mampir ke warung untuk mengobrol dan bercengkrama tentang apa yang terjadi di hari itu, pada sore harinya sepulang dari ladang dan sawah. Banyak hal yang mereka ceritakan, tentang kejadian-kejadian yang ada di sekitar mereka, tentang berita-berita politik yang susah sekali sampai ke tempat mereka, juga tentang gosip-gosip yang ada di sekitar mereka. Rokok dan kopi serta jajanan dan cemilan-cemilan menemani mereka ketika berkumpul di depan warung di sore itu. Rusdi, Darman , Parman, juga warga lainnya berkumpul dan saling bercengkrama satu sama lain. Sebuah hal yang jarang terjadi di kota-kota besar menurut Darman. Darman yang kembali lagi setelah bertahun-tahun tinggal di kota kini merasakan kembali kehangatan warga Kampung Sepuh yang masih akrab dengannya, Darman pun seringkali membicarakan situasi politik pada saat itu yang kacau balau, banyak pabrik ya

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 278-PUAS

    Rasa dingin yang menusuk kulit kini aku rasakan kembali di depan warung yang sangat sunyi dan sepi ini, kejadian yang terjadi dalam seminggu yang lalu membuatku banyak berpikir tentang apa yang aku hadapi di dalam Gunung Sepuh yang gelap itu. Fuhhhhhhhh Asap tebal mengepul keluar dari mulutku, aku yang kembali beraktifitas seperti biasa kini duduk di depan warung seperti biasa. Menikmati suasana malam yang ada di depan warung ini sambil menghisap rokok kretek yang menjadi teman satu-satunya bagiku di setiap malamnya. Aku kembali banyak melamun atas kejadian yang menimpaku pada saat itu, keilmuan yang aku pelajari dan aku asah, rupanya masih belum cukup untuk menjaga keluargaku, bahkan untuk menjaga Kampung Sepuh yang sudah dipercayakan oleh leluhurku sewaktu dia mendapatkan kutukan ini. Apalagi, dibalik rasa senang dan haru ketika Ujang lahir di dunia ini, ada rasa khawatir yang semakin lama semakin besar, rasa yang muncul apabila dia harus menjadi seseorang yang sepertiku, terkeka

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 272-BUKAN MIMPI

    “Enggak, enggak, enggak, kamu bukan manusia, kamu bukan karyawanku!”“Mana karyawanku semua, karyawan yang shift malam yang seharusnya bekerja di tempat ini sekarang?”Doni benar-benar panik karena di depannya terlihat sebuah sosok yang tidak dia kenali, wajahnya yang tampak hancur kini terlihat jelas ketika cahaya dari korek apinya menyinari dirinya dari dekat.Doni beberapa kali berteriak memanggil karyawan yang seharusnya bekerja di shift malam pada malam ini, tubuhnya yang awalnya tidak bergerak kini mendadak kaku sehingga dia tidak melarikan diri dan keluar dari ruangan produksi tersebut.“Kenapa, Bapak tidak mengakui kami sebagai karyawan lagi?” Kata sosok itu yang kini tersenyum dengan giginya yang hancur dan menyisakan beberapa gigi yang masih tersisa di dalam wajahnya yang remuk dan tidak berbentuk itu.“Bapak tidak ingat, aku adalah orang yang terkena mesin ini Pak sehingga wajahku hancur, aku seperti didorong oleh sesuatu yang membuat kepalaku terkena mesin press dan mening

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 271-PABRIK

    Sudah beberapa hari ini, Doni termenung di meja kerjanya, surat-surat resign yang dia terima dari bagian HRD pabriknya kini berserakan di mejanya.Semenjak kejadian itu, karyawan Doni banyak sekali yang mengundurkan diri, tidak hanya karyawan produksi yang selama ini mengawasi mesin-mesin besar untuk pabriknya, namun banyak juga staf-staf di divisi tertentu yang tiba-tiba resign dengan berbagai alasan.Meja Doni kini tampak berantakan, kertas-kertas coretan yang bertumpuk dengan file-file berkas tentang laporan penjualan yang kini menurun akibat kekurangan staf dan pekerja kini memenuhi sebagian meja kerjanya pada saat itu.Alat-alat tulis yang awalnya rapi pun kini berserakan tidak karuan, Doni yang awalnya menyukai kerapihan dan kesempurnaan kini mendadak tidak peduli dengan ruangan kerjanya sendiri. Bahkan, dia lebih banyak termenung sekarang, menyesali semua perbuatannya yang dia lakukan beberapa hari yang lalu.Jujur, dia bukan menyesal karena dia melakukan hal itu, namun dia men

DMCA.com Protection Status