Beranda / Romansa / KURIR CINTA / 3. Mandi Bebek

Share

3. Mandi Bebek

Penulis: Laode Insan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-18 13:39:15

Keadaan menjadi genting dan penuh ketegangan. Kejar mengejar masih terus terjadi. Segala tenaga dikerahkan Ode dan Dido demi bisa menyelamatkan diri dari waria yang tanpa lelah dan berusaha keras ingin berhasil menangkap mereka berdua, atau minimal salah satu dari keduanya.

“Ayo lari yang cepat Doooo.!” teriak Ode karena menyadari Dido melambat.

Dido terkejut dan kembali menambah kecepatan larinya dengan penuh semangat meski berat hati untuk meninggalkan gadis yang memikatnya. Ia merasa satu kesempatan langka untuk berkenalan telah terlewatkan begitu saja.

Tetapi agaknya tidak hanya sang gadis saja yang terkejut. Ada juga seorang pemuda yang terlihat kaget dan heran. Ia justru jadi begitu bersemangat memperhatikan dari jarak belasan meter di depan Ode dan Dido. Mengamati sambil menunggu makin dekat untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Perlahan pemuda berbadan kekar itu semakin yakin kalau terjadi sesuatu yang tidak beres, lebih tepatnya penjambretan. Itulah yang ada di benak pemuda itu. Ia sudah bertekad untuk tidak berpaling, tetap berdiri di tengah trotoar, di jalur yang akan dilalui Ode dan Dido yang tinggal berjarak belasan meter di depannya. Ia mulai yakin ingin menghentikan aksi yang dianggapnya sebagai penjambretan. Ingin mencegat Ode dan Dido, menghentikan dan mengambil kembali barang yang dijambret. Pemuda itu sangat bersemangat dan yakin ia akan berhasil menghentikan, apalagi melihat Ode dan Dido posturnya tidak sebanding dirinya. Ia anggap sangat mudah untuk menghentikan mereka.

Kakinya berdiri dalam posisi yang telah siaga, seperti layaknya cara berdiri atlet karate yang siap menanti serangan lawan. Ia berdiri memperhatikan dengan cermat pada Ode dan Dido

Berbeda dengan sang gadis yang memberi semangat pada Ode dan Dido, pemuda itu juga justru seakan sedang memberi semangat kepada orang yang mengejar Ode dan Dido. Ia tampak sumringah melihat orang yang mengejar di belakang Ode dan Dido. Mungkin karena kebetulan saat melihatnya di keremangan, terhalang lampu dan dari kejauhan. Jadi, dipikirnya orang yang mengejar Ode dan Dido adalah gadis cantik yang sedang kecopetan dan berusaha lari mengejar pencurinya. Pemuda itu bahkan semakin menyiapkan diri ingin menghadang, berdiri di lintasan yang akan dilalui Ode dan Dido, dan berusaha ingin merebut barang yang dicuri. Ia ingin jadi pahlawan. Lebih tepatnya pahlawan kemaleman.

Ode was-was, dadanya berdetak lebih kencang. Mereka sekarang menghadapi dua masalah. Satu datang dari arah belakang, waria yang mengejarnya, dan satu lagi di depan menanti. Tampak jelas dari jarak dua belas meter di depan mereka, pemuda berotot mulai merentangkan tangannya. Bersiap dengan sigap ingin mencegat Dido dan Ode, berdiri dengan posisi kaki siaga laksana seorang atlet beladiri.

“Bahaya!” pikir Ode.

Tetapi, sebelum Ode dan Dido benar-benar sampai di dekat pemuda yang menghalau, tiba-tiba pemuda itu jadi terlihat kaget, mata melotot dan mendadak balik belakang. Ia justru ikut berlari jauh lebih cepat dari Ode dan Dido setelah menyadari bahwa ternyata orang yang mengejar bukanlah gadis cantik, tapi seorang waria. Wajah pemuda itu pucat pasi dicekam rasa takut seperti melihat hantu menyeramkan.

Ode menahan tawa saat berlari, ia terkejut melihat reaksi pemuda yang tadi ingin mencegatnya. Badan saja yang kekar, atletis, tapi ketakutan juga dengan waria.

Di sisi lain, rasa was-was yang tinggi akibat takut tertangkap waria seakan memaksa tawa mereka terhenti dan membangkitkan kembali energi Ode dan Dido dengan stamina penuh. Ode dongkol, semua berawal dari ulah Dido yang tertawa keras dan membuat waria itu tersinggung.

Kaki Ode mulai lelah karena sejak sore keliling mengamen, ditambah lagi harus berlari dikejar waria. Rasa takut telah melumpuhkan kemampuan otak mereka untuk berpikir agar sebaiknya menahan angkot yang lewat sehingga bisa melaju cepat dan bebas dari kejaran. Tetapi ide itu tidak muncul dan mereka terus berlari di trotoar pada satu sudut sisi kota Surabaya.

Ode menoleh sejenak karena ingin mengetahui kondisi Dido yang tertinggal di belakangnya. Tiba-tiba...

“Awaas di belakangmu Dooo!” teriak Ode panik.

Ternyata waria itu semakin dekat, tinggal tiga langkah di belakang Dido. Bahkan, gitar Dido yang tersampir di pundaknya nyaris saja tergapai oleh genggaman tangan waria. Bahaya kembali mengancam.

“Odeeeeeee! Tolong akuuuuu! Tidaaakk! Lepaskan!” teriak Dido.

Ode panik mendengar teriakan Dido. Ode bergegas mendekatinya, lalu menepuk-nepuk pipinya.

“Do, Didoo ... bangun Do!” Dido terkejut, matanya nanar, takut. Ia juga spontan langsung mendekap Ode dengan erat.

“Eeh, Do, lepasin dong. Apaan sih pakai peluk-peluk segala?” protes Ode karena merasa risih dengan sikap Dido yang main peluk erat dan mesra.

Dido masih diam, sekejap ia kembali melepas pelukannya dan memandang heran sambil berusaha mengumpulkan nyawa dan ingatannya.

“Sudah pagi gini. Masak masih terbawa mimpi aja dengan waria semalam? Kamu kangen dia ya?” jelas Ode sambil tertawa

“Enak aja! Yo ndak lah. Amit-amit kalau bertemu dia lagi,”

 sahut Dido yang kaget mendengar celoteh Ode tapi juga masih menahan kantuk.

Ode hanya tertawa melihat sahabat dekatnya. Dido mengucek matanya, sesekali ia masih menguap. Pikirannya masih belum tenang karena peristiwa dikejar waria tadi malam telah hadir dalam tidurnya dan menjelma jadi mimpi buruk.

Setelah mendengar penjelasan Ode, spontan saja Dido langsung tersenyum nyengir dan bangun seketika.

“Udah, mimpi nggak usah diambil pusing, jangan masukin hati. Makanya berdoa sebelum tidur biar nggak mimpi buruk,” jelas Ode.

“Iyo. Gara-gara waria semalam nih,” ucapnya kesel, lalu bangun dari tempat tidurnya dan duduk di tepi tempat tidur. Ode hanya tertawa melihat Dido. Untung saja semalam Dido memang tidak sampai tertangkap waria. Jika tertangkap, Dido pasti akan jadi bulan-bulanan sang waria. Statusnya sebagai perjaka akan tamat, tinggal kenangan pahit.

Yowes minggir, jangan berdiri halangin pintu. Aku mau duluan mandi. Wedhok wuayu arek maba pasti ngenteni aku,” jelasnya sambil tersenyum nyengir.

“Oh, kirain ditunggu waria wuayu, ” goda Ode tertawa puas sambil bergegas ingin kembali ke kamarnya.

“Ode, ingat ya, pokoknya kejadian semalam hanya rahasia kita. Ojo sampe kebongkar rek, malu nanti,” pintanya memohon pada Ode

“Iya iya. Ya udah, buruan mandi. Katanya kamu mau hadiri acara pembukaan OSPEK di kampus. Sebagai panitia harus cepat datang lebih awal dong. Masak jam segini masih di kos?”

“Loh, sekarang jam berapa?” tanya Dido panik sembari meraih HP untuk melihat jam.

“Sudah mau jam 7,” sahut Ode.

“Wah, gawat, telat nih. Kalau gini nanti bisa gantian Maba yang hukum panitia,” jelasnya dan tanpa buang waktu lagi Dido langsung lari ke kamar mandi. Waktunya tinggal lima belas menit menuju pukul tujuh pagi. Ia sendiri khawatir apakah akan bisa tiba tepat waktu atau tidak. Biasanya ia yang sering menghukum mahasiswa baru yang datang terlambat. Tapi kali ini keadaan bisa saja berubah, ia yang akan kena hukuman.

“Nggak boleh terlambat nih,” jelas Dido sambil melepas pakaian. Mandi bebek pun jadi pilihannya. Mandi asal siram tanpa peduli semua terkena air atau tidak, yang penting mandi. Semuanya demi mengejar waktu agar tidak terlambat dan dihukum.

                                                    ۞        ۞       ۞

Bab terkait

  • KURIR CINTA   4. Debt Collector

    Sinar matahari siang tampak begitu terik.“Surabaya oh Surabaya.. panas banget.” keluh Ode dan makin cepat berjalan karena gerah dan haus. Jarak rumah kosnya hanya tinggal beberapa meter lagi dan letaknya tidak jauh dari kampus.Ketika sampai, Ode bergegas buka kunci pintu kamar dan masuk ke dalam. Tidak begitu luas, hanya berukuran tiga setengah kali tiga meter.Ode langsung mengambil minum.“Segaarr..” ucapnya lega dan kembali meneguk beberapa kali.Setelah itu Ode merebahkan badan di kasur. Perlahan rasa kantuk mulai menghampiri. Mata Ode terasa berat dan tidak ingin lagi dibuka meskipun hanya untuk sejenak melirik jam yang ada di meja belajar kecil, tidak jauh dari tempat tidur. Lima menit lagi waktu menunjukkan pukul dua siang.Ode lebih memilih tidur saja daripada harus keluar kamar dan berjalan kaki di bawah terik matahari untuk kembali ke kampus. Ia sudah tidak berminat untuk balik kembali ke kampus hanya kare

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-18
  • KURIR CINTA   5. Pertengkaran Superhero

    Ode diam terpaku di dekat pintu memperhatikan Aryo yang justru tidak peduli padanya.“Ada apa Yo? Kok kelihatan kayak ada masalah gitu?” tanya OdeSesaat kemudian Aryo kembali berdiri dan mondar mandir seperti mandor. Mukanya merah bagaikan udang rebus dan ingin meluapkan amarahnya. Tindakannya telah membuat rasa kantuk Ode hilang seketika.Sejak tadi Aryo belum juga tenang dan sesekali mengosok-gosok rambutnya. Dari cara menggosoknya telah membuat Ode paham jika kepalanya itu tidak gatal. Lebih tepatnya, gosokan itu hanyalah refleksi seketika akibat emosinya. Dasi coklat yang dipakainya langsung dilonggarkan dan kemeja putihnya digulung sampai sebatas siku. Ia mulai merasa kepanasan, bukan hanya sekedar jasmaninya yang panas, tapi hatinya juga ikut panas membara. Keringat tipis mengalir di keningnya.Ode jadi heran dengan sikap Aryo. Kulitnya yang putih terlihat jadi agak merah seh

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-18
  • KURIR CINTA   6. Kurir Cinta

    Melihat sikap sahabatnya, Ode berdiri untuk mengambil segelas air minum dari gallon mineral yang ada di dekat meja.”Minum dulu..” Aryo memandang Ode sejenak. Tanpa pikir panjang lagi dengan tawaran tersebut, Aryo langsung meraih gelas yang ada di tangan Ode dan meminumnya segera. Setelah itu ia menaruh gelas plastik bermotif biola tersebut di atas meja.Ode memperhatikan wajah Aryo, emosinya mulai berkurang.”Kamu kenapa? Ada masalah dengan Dona..?” Aryo mengusap wajahnya seakan ingin meluapkan kekesalannya.”Nggak ngertilah De.. Aku juga mangkel..! Akhir-akhir ini dia juga sering marah. Aku tanya kenapa? Jawabnya selalu nggak jelas..!!” katanya gusarEmosi Aryo mulai naik lagi, bahkan ia bersikap seperti orang yang ingin memukul tapi kedua tangannya hanya mengepal kejang penuh tenaga dan tak terluapkan, sedangkan wajahnya memerah. Ia juga merapatkan rahang atas dan bawah hingga gigi-giginya sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-18
  • KURIR CINTA   7. Pejantan Kelas

    Motor Aryo berlalu meninggalkan kos Ode. Setelah itu Ode kembali masuk kamar dan menutup pintu. Ia coba rebahkan diri di kasur untuk tidur. Tetapi, Ode masih diliputi rasa heran, menyimpan tanya tentang masalah apakah yang sedang dihadapi Aryo.“Kenapa tadi dia terlihat sangat emosi, lebih emosi dari kebiasaan lamanya di kampus yang memang gampang marah?” pikir Ode.Tapi dibalik sikapnya yang sedikit temprament, Ode mengakui ada sisi lain yang begitu menonjol pada diri Aryo sejak dulu, yaitu selalu berpenampilan keren, terutama bila mengikuti perkuliahan. Apalagi Aryo memang memiliki wajah yang tampan. Ia sudah begitu terkenal dan disenangi di kampus sejak awal masuk kuliah.Beberapa gadis di kampus mereka, bahkan ada juga teman mereka di kampus lainnya di Surabaya, jadi tergila-gila dan menganggap wajah Aryo hampir mirip dengan artis penyanyi top Justin Timberlake. Kadang juga, kebiasaannya yang sering memakai kacamata hitam m

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-19
  • KURIR CINTA   8. Pukulan Telak

    Setelah berusaha menenangkan dirinya agar tidak panik, ibu Ayu akhirnya coba bicara dan tersenyum. Sedikit sikap menggoda secara halus ia lakukan.“Tenang dulu. Ibu ingin kalian tahu bahwa semuanya sama, semuanya spesial. Nggak ada yang dibedakan kok..” jelasnya sembari mengulas senyum manis yang ia miliki. Bahkan sangat manis seperti senyum seseorang kepada pujaannya. Tidak hanya itu, ia juga berjalan mendekati mereka yang protes, menyebut namanya dengan lembut, suara merdu dan seakrab mungkin.Mendengar penjelasan sang dosen, mahasiswa yang protes tadi akhirnya luluh juga dan perlahan mulai tersenyum. Ketika dosen cantik itu mendekati kursi mereka, senyum itu makin terasa manis dan aroma parfumnya tercium wangi.“Oh teman-teman.. ternyata mbak Ayu nggak pilih kasih kok. Kalau gitu kita nggak jadi keluar kelas.” jelas Toni menginfokan pada yang lain. Mereka akhirnya duduk kembali.“Iya dong, mana ada pilih kasih. semua sama,

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-22
  • KURIR CINTA   9. Sepasang Mata Bola

    Jika lagu-lagu perjuangan sering sekali menggema di seluruh Nusantara terutama menjelang hari kemerdekaan atau hari pahlawan, maka di kota Surabaya, atau lebih tepatnya di rumah kos Ode, lagu-lagu tersebut setiap hari terdengar hingga kadang mampu menghadirkan suasana tersendiri dalam hatinya. Ode sering terbawa pada nuansa ketika terjadinya perang di tanah air -meskipun sebenarnya ia tidak hidup di zaman itu- di saat para pahlawan berjuang mati-matian merebut kemerdekaan dari penindasan para penjajah.Hari kian menjelang sore. Seperti pada hari-hari biasanya, secara perlahan telinga Ode kembali mendengar sayup-sayup lagu ’sepasang mata bola’ yang mengalun dari gedung bilik sebelah, yang berada tak jauh dari kamar kosnya. Ia tahu siapa yang menyetel lagu-lagu perjuangan itu, yaitu Pak Tomo, tuan kosnya yang merupakan seorang veteran. Seorang yang masih tetap tampak bugar meskipun usianya sudah hampir tujuh puluh tahun.Kecintaan Pak Tomo pada lagu-

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-23
  • KURIR CINTA   10. Paparazzi

    Pada saat Ode balik belakang, ternyata Dido juga terlihat begitu tergesa-gesa. Ia baru saja keluar dari kamarnya dengan bertelanjang dada, hanya mengenakan celana pendek dan handuk yang disampirkan di leher. Tangannya satu memegang gayung yang berisi sabun, sampo, pisau cukur, dan sisir.”Aku duluan ya. Soalnya takut terlambat acara temu akrab, jam lima sore ini. Biasa, anak maba nunggu aku. Mereka pasti sudah ndak sabar ingin jumpa aku,” celoteh Dido dari depan pintu kamar dan berjalan ke arah Ode sambil tersenyum, menaik-turunkan alisnya.Ode mengalah dan hanya geleng kepala melihat tingkah Dido yang sok tahu dan sangat percaya diri.”Oya, ojo lali... nanti bawa biolamu,” pinta Dido dengan ekspresi serius. ”Iya... buruan mandi. Tapi cepat. Ada yang ingin aku bicarakan, soal tadi, penting. Tentang Aryo dan Dona..” Dido sempat terkejut dan langkahnya terhenti

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-24
  • KURIR CINTA   11. Konser Superstar

    Waktu yang sangat dinantikan oleh peserta Ospek, panitia, dan terutama juga Dido, akhirnya tiba juga. Malam ini, di pelataran kampus mulai tampak ramai dan semarak laksana pesta konser musik. Suasana malam penutupan ospek yang diselenggarakan di halaman pelataran depan kampus tampak begitu meriah."Selamat malam semuanya," ucap pak ketua membuka sambutannya."Malam pak..." semua hadirin menjawab serempak."Selamat datang saya ucapkan kepada adik-adik mahasiswa baru, selamat bergabung di kampus tercinta ini," tegas bapak ketua kampus yang disambut tepuk tangan meriah dari semua hadirin.Pak ketua mulai memberikan sambutannya, berbicara menyampaikan pesan dan motivasi kepada mahasiswa baru yang telah memilih kuliah di kampus ternama di Surabaya. Semua hadirin, terutama mahasiswa baru, mendengarkan dan menyambut antusias. Sesekali diselingi tawa akibat candaan bapak ketua, juga tepuk tangan meriah.Selain ketua dan wakil ketua kampus -merupakan

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-25

Bab terbaru

  • KURIR CINTA   46. Hasil Akhir

    Dirapikannya kembali baju kemeja putih dan dasinya, mengusap keringat yang masih ada, kemudian Ode melangkah masuk ke dalam untuk kembali menemui tiga orang dosen yang telah selesai berunding memutuskan apakah Ode lulus atau tidak.Setelah dipersilakan duduk, ketiga dosen melihat Ode dengan bermacam ekspresi. Ada yang semula senyum, tapi setelah itu wajahnya menjadi datar. Begitu juga dengan dosen ketiga yang jadi penguji utama. Ia tidak ada senyum sama sekali. Terakhir, Ode melirik dosen pembimbingnya, tapi ia sedang melihat kembali skripsi Ode di mejanya. Ia juga tanpa senyum sedikitpun.Pikiran Ode semakin kalut setelah melihat tanda ekspresi wajah dosen. Ode dihinggapi kecemasan kemungkinan tidak lulus ujian.Tapi Ode mencoba tenang dan menunggu apa yang akan mereka sampaikan.”Baiklah saudara Laode, kami telah berunding setelah melakukan pengujian skripsi Anda. Kami berharap, apapun hasilnya nanti, Anda harus tetap memenuhi janji almameter Anda

  • KURIR CINTA   45. Keringat Dingin

    Adanya telepon darurat telah membuat Ode mengebut dan menuntaskan pengerjaan skripsinya. Siang malam ia banyak habiskan waktu mengerjakan dan melupakan sejenak urusan persahabatannya. Kegiatannya lebih banyak di kamar, perpustakaan kampus, bertemu dosen di tempat janjian demi jemput bola menyusul dan mengetahui perbaikan. Semua itu dilakukan dengan serius hingga akhirnya membuahkan hasilPagi ini, Ode telah berada diujung perjuangan skripsinya. Sejak sepuluh menit yang lalu, Ode telah duduk di kursi depan ruang sidang seorang diri. Meskipun ruangan ini dilengkapi dengan AC, tapi ternyata hal tersebut tidak menghalangi keringat dinginnya keluar membasahi keningnya.Dadanya berdetak cukup kencang dan ia tidak tenang karena pikirannya terus terbawa pada kejadian yang baru saja selesai dia alami lima menit yang lalu. Ya, di depan kursi tempat dia duduk ini, ada sebuah ruangan yang menjadi tempat diadakannya ujian skripsi. Tempat yang telah membuat Ode gugup, cemas, bimbang

  • KURIR CINTA   44. Telepon Darurat

    Dengan wajah sendu, akhirnya kakak Dido bicara juga untuk menjawab pertanyaan tentang Dido.“Dido sakit. Belum tahu sakit apa, sampai sekarang belum sembuh. Katanya dadanya sakit,” jelas kakaknya sambil menahan sedihnya. Bahkan kali ini ibu Dido juga mulai tidak kuasa menahan air matanyaLalu mulailah kakak Dido melanjutkan ceritanya, dari awal mula sakitnya hingga sekarang, dengan begitu serius dan terharu. Meskipun ia tahu bahwa ibunya tidak sanggup menahan rasa sedih ketika mendengar apa yang menimpa Dido, anak yang jadi harapan keluarga, tapi dia tetap berusaha menceritakannya.Dengan serius mereka semua mendengarkan ceritanya dari awal. Dona juga terbawa perasaan hatinya karena sedih ketika mengetahui apa yang terjadi pada Dido.“Tadinya kesehatan Dido bisa membaik, tapi ndak ngerti kenapa, seminggu belakangan kambuh lagi. Dadanya bahkan semakin terasa sakit dari sebelumnya. Pikirannya juga kadang ndak ibu mengerti. Kata dokter di p

  • KURIR CINTA   43. Arti Persahabatan

    Ekspresi kemarahan kakak Dido semakin tinggi, ia seperti tidak dapat menahan diri lagi dan tanpa banyak basa basi, ia langsung luapkan kemarahan itu.“Ooooh, jadi ini tho yang namanya Aryo?! Kamu yang suruh preman untuk mengeroyok Dido. Untuk apa kamu ke sini?!” tanya kakak Dido dengan nada tegas dan ekspresi marah.Semua terkejut, apalagi Dona. Suara kakak Dido yang tadinya masih terdengar ramah dan halus, seketika berubah menjadi keras. Kakak Dido melihat Aryo dengan tatapan serius. Ia sama sekali tidak menyangka jika tamu yang datang siang ini adalah orang yang dianggapnya telah menjadi biang keladi dari sakit yang diderita adiknya.Dona yang kebetulan duduk di dekat Aryo memandang Aryo dan kakak Dido bergantian.“Apa maksudnya nih?” pikir Dona heran sembari melihat Aryo dan kakak Dido bergantian. Ia masih bingung belum paham apa yang terjadi. Bagi Dona, tuduhan itu tidak bisa diterimanya. In

  • KURIR CINTA   42. Kunjungan Sahabat

    Aryo tetap ngotot dan terus melangkah. Teman-teman yang datang menjenguk semua semakin penasaran. Ode tidak menyangka dengan apa yang ingin dilakukan Aryo.Di sisi lain, Ode bersyukur karena akhirnya rasa kekeluargaan dalam persahabatan mereka sepertinya kembali terjalin. Meskipun Ode tahu keputusan Aryo konyol dan pasti akan dilarang dokter, tapi ada sebuah harapan dalam dirinya bahwa semoga saja Dido bisa ditolong dan dibawa ke rumah sakit karena ada donatur.Sementara itu, beberapa adik kelas yang baru saja datang untuk menjenguk Aryo juga tampak terkejut. Mereka tidak menyangka jika pasien yang akan dijenguknya telah berdiri layaknya orang sehat.“Eeaaalaaahh.. Uweis waras ta rek?” celetuk salah seorang adik kelas OdeMereka yang baru saja datang ini adalah gadis-gadis kampus yang dulu pernah memuja Aryo. Tapi kini sebagian dari mereka tidak datang sendirian lagi karena ada belahan jiwa yang telah mengisi hatinya. Kecuali satu ora

  • KURIR CINTA   41. Keputusan Mendadak

    Siang ini, Ode dan beberapa teman dekat yang satu angkatan dengan Aryo, datang menjenguk Aryo ke rumah sakit. Kondisinya kali ini lebih baik dari kemarin, meskipun sudah bisa bangun, duduk, bahkan berdiri, tapi tetap saja tangannya masih sakit untuk digerakkan. Bahkan digantung dengan alat bantu yang diikat di bahu dan leher. Sedangkan Dona, ia hanya mengalami luka lecet di siku dan diperban saja.Setelah berhasil mengumpulkan uang sumbangan sukarela, akhirnya Ode dan teman-temannya datang dengan membawa amplop dan sekantong buah-buahan.”Aryo, ini dari teman-teman semua. Mungkin cuma sekedarnya, tapi semoga bisa membantu. Cepat sembuh ya,” kata Santy, teman yang satu angkatan juga dengan Aryo. Karena Aryo tidak bisa menerima, maka Dona yang selalu setia menemaninya, menerima pemberian tersebut.”Makasih ya, sudah merepotkan,” kata Dona dengan riang.”Nggak repot kok, ini semua keinginan dari teman-teman. Pokoknya nggak ada y

  • KURIR CINTA   40. Insiden

    Sejak kejadian sakitnya ibu Aryo yang sempat mendadak masuk UGD dan seminggu dirawat inap di rumah sakit, lalu dirawat hampir sebulan di rumahnya, persoalan sidang cerai Aryo dan Dona di Pengadilan Agama kembali dilanjutkan. Sakit yang sempat membuat ibunya masuk UGD cukup membuat Aryo berpikir lebih jauh.Pendirian dan keegoisannya dalam diri Aryo dan Dona sepertinya berubah akibat peristiwa jatuh sakitnya ibu Aryo. Apalagi nasehat-nasehat yang mereka dengar sejak sakit kerasnya ibu Aryo terus saja mengalir tanpa henti. Pihak keluarga masing-masing dari mereka seperti ingin menyadarkan Aryo dan Dona dari mimpi keduanya. Seakan ingin menyadarkan kembali arti dan tujuan kebersamaan mereka dalam ikatan rumah tangga.Pagi ini Aryo dan Dona kembali datang ke kantor Pengadilan Agama Surabaya. Tujuan Aryo dan Dona ternyata tidak seperti persidangan sebelumnya yang ingin melakukan perceraian.“Kami minta waktu untuk konsultasi dengan yang mulia majelis Hakim,&rdq

  • KURIR CINTA   39. Harapan Keluarga

    Ode terkejut mendengar perkataan kakak Dido yang tampak marah. Tanpa menunggu penjelasan, ia langsung lanjut meluapkan emosinya yang terpendam sejak lama.”Kamu ngerti ndak, adikku sekarang jadi sakit keras gara-gara di keroyok sama preman suruhanmu! Untuk apa kamu ke sini?!” tanyanya dengan emosi tinggi.Mendengar tuduhan itu, Ode kaget dan jadi salah tingkah. Sebenarnya Ode ingin menyanggah, tapi dia yakin telah terjadi salah paham. Ode juga mengerti bahwa kemarahan tersebut adalah luapan emosi yang terpendam. Ode jadi ingat dengan kasus pengeroyokan.“Bukan mbak, bukan saya,” jelas Ode agak panik.Suasana sempat berubah tegang. Bahkan ibu Dido yang tadinya sedang ada di dalam, tiba-tiba muncul karena mendengar ada keributan. Ia pun heran melihat keadaan yang terjadi di ruang tamu rumah sederhananya.Tapi untungnya, dalam keadaan yang sedang tegang tersebut, paman Dido langsung menyela.”Tunggu, nduk,

  • KURIR CINTA   38. Burung Jatuh

    Sudah hampir dua minggu berlalu sejak kepulangan Dido ke Lamongan, tapi Ode belum mendapat kabar tentangnya. Ode sempat was-was dan bertanya-tanya tentang apakah yang sedang terjadi dengan Dido. Teman-teman di kampusnya juga tidak ada yang tahu pasti.“Kok Dido belum balik lagi ke kampus ya?” pikir Ode di dalam kamarnya. Ia sudah menunggu beberapa hari tapi Dido belum juga kembali. Biasanya hanya satu atau dua hari libur pulang ke kampung, sekarang sudah hampir seminggu lebih tapi belum juga kembali. Tidak ada juga kabar tentangnya, teman-teman di kampus Ode juga tidak tahu.Akibat gelisah dan kebetulan sedang lowong, akhirnya Ode memutuskan untuk datang ke rumah Dido di Lamongan.“Lebih baik aku main ke rumahnya, sekalian silaturahim dan liburan,” pikir Ode.Kebetulan juga ia sudah pernah diajak Dido ke rumah orang tuanya di Lamongan, pada saat liburan semester empat.Meskipun Ode ragu dan agak tidak yakin jika ia masih men

DMCA.com Protection Status