Pencarian hari ke 2,"Mas, sarapan dulu!" Karin berlari mengejar Abimana yang turun terburu-buru dari rumah panggung sewanya.Mendengar teriakan Karin dari atas, tidak membuat Abimana berhenti dan menuruti permintaan Karin. Abimana semakin mempercepat langkahnya agar tidak terkejar oleh Karin."Aku harus cepat pergi ke TKP, sebelum yang lain tiba," gumam Abimana. Pagi hari yang berkabut khas pedesaan tidak Abimana hiraukan.Dalam benaknya, ia ingin segera menemukan Aisyah apapun keadaannya.Rasa bersalah karena bertindak terlalu kejam kepada Aisyah memenuhi relung hatinya. Olehkarena itu Abimana berusaha untuk menebus kesalahannya dengan menemukan Aisyah secepatnya.Jalan yang licin dan curam Abimana lewati seorang diri. Banyak warga yang mengingatkan Abimana untuk tidak mendatangi TKP seorang diri sebelum tim SAR datang. Khawatir akan keselamatan Abimana sendiri, apalagi TKP itu merupakan sebuah jurang curam yang sangat jarang dilalui warga sekitar."Aku harus turun agar segera menem
Ma Onah yang berada di dekat Aisyah terkejut atas apa yang dilakukan nona mudanya. Namun, ia diam dan ikut melihat live streaming pencarian Aisyah. Ia ingin mengetahui sosok Karin yang menjadi benalu dalam rumah tangga Aisyah dan Abimana anaknya.Nampak Karin masih sibuk memberikan klarifikasi kepada pihak media tv mengenai Abimana yang masih pingsan. Hingga akhirnya Abimana siuman dan kembali melanjutkan pencarian Aisyah."Saya ingin pencarian istri saya dilanjutkan!" dengan tegas Abimana menyatakan keinginannya kepada pihak SAR. Begitupun juga dengan Karin, ia membenarkan keinginan Abimana dan menyatakan kalau dirinya berharap Aisyah bisa segera ditemukan dalam keadaan selamat.Melihat kondisi Abimana yang mulai membaik, pencarian Aisyah kembali dilanjutkan. Namun sayang, hari berganti hari sampai live streaming hari ke sepuluh belum juga ditemukan tanda-tanda keberadaan Aisyah."Aisyah, dimana kamu?" kembali teriakan putus asa Abimana terdengar. Dirinya merasa putus asa karena mesk
Hari yang dinanti pun tiba, jam delapan pagi Mr. Handoko sudah tiba di villa kecil milik keluarga Aisyah. Kedatangannya disambut Aisyah dengan suka cita.Mr. Handoko merasa terkesan dengan lingkungan sekitar villa Aisyah. Baru tiba disana, Mr. Handoko merasa seakan ia ingin tinggal lebih lama disana. Dirinya benar-benar disuguhkan panorama alam yang sangat indah dan memukau.Apalagi ketika sampai di depan villa milik Aisyah. Rumah panggung sederhana yang berdiri didepannya sangat jauh dari bayangan tentang villa sebuah keluarga kaya. Rumah ini sangat mirip dengan rumah warga biasa umumnya, yang membedakannya hanya kualitas kayu dan papan saja yang terlihat mencolok, membuat rumah kayu ini lebih kokoh dibanding rumah lainnya."Assalamualaikum." Mr. Handoko datang menyapa Aisyah,"Waalaikum salam, mari masuk Mr.!" Aisyah mengajak tamunya masuk ke ruang tamu dan duduk di kursi rotan yang tersedia,"Rumahmu nyaman sekali, Aisyah. Saya suka rumah kamu yang sekarang!" Mr. Handoko mengacungk
"Aisyah ijin pergi ke singapore Ma! Aisyah ingin menemui aunty Nindya untuk mematangkan rencana Aisyah merubah identitas," ucap Aisyah di suatu sore. Nindya adalah bibi Aisyah, adik kandung almarhum ayahnya Aisyah satu-satunya. Beliau tinggal di Singapore karena karirnya sebagai guru kelas table meeners dan body language di salahsatu sekolah internasional ternama disana.Aisyah merasa perlu belajar lebih untuk mendalami sosok Claudia nantinya. Sehingga jatidirinya sebagai Aisyah tak pernah terungkap, apalagi hanya karena kebodohan dirinya nanti. "Singapore itu dimana, Non? Jauh henteu?" Ma Onah menatap nona mudanya dengan perasaan tak menentu. Baru saja ia dan suami merasakan kehangatan dengan kehadiran Aisyah, kini dirinya harus rela kehilangan Aisyah kembali."Singapore itu luar negeri, Ma. Kita harus naik pesawat terbang untuk sampai kesana," Aisyah tersenyum menjelaskan."Jadi kudu naik kapal kitu Non?" Abah Entis ikut nimbrung"Ia, Abah! Aisyah pergi kesana naik kapal," jawab A
"Pegal juga," Aisyah mulai mengeluh ketika tengah duduk di pesawat. Apalagi ketika Aisyah melihat penumpang yang duduk disampingnya, seorang pria dengan wajah oval dan mata setajam elang seakan siap mencabik dasar hatinya itu sesekali menatap dirinya tajam seolah-olah tidak suka berdekatan dengan Aisyah."Pria ini nyebelin banget si! Punya muka ditekuk aja gitu," gumam Aisyah,"Anda membicarakan saya?" ucapan pria disampingnya membuat Aisyah terlonjak dari duduknya karena kaget,"Membicarakan anda? Apa pentingnya buat saya?" Aisyah mengelak sambil mengangkat bahunya,"Dasar wanita aneh, jelas-jelas tadi ngomel-ngomel!" pria disampingnya menggerutu kesal,"Dasar pria salju!" Aisyah tak mau kalah. Dia bergumam sendirian dengan tatapan mata ia layangkan ke luar pesawat. Menatap barisan awan jingga yang berarak memenuhi langit sore."Ngapain kamu ngeliatin saya seperti itu?" Aisyah terlonjak kaget untuk yang kedua kalinya. Bagaimana nggak kaget, pria itu tengah menatap tajam Aisyah tanpa
"Kapan kalian bercerai? Kok bisa cerai sih? Kalian itu pasangan paling serasi yang pernah aunty lihat, Aisyah!" udah kayak petasan aja, aunty Nindya nyerocos dengan banyak pertanyaan. Wajah cantiknya berubah muram mendengar penuturan Aisyah, keponakan satu-satunya,"Kami bercerai sekitar empat bulan yang lalu, Aunty. Mas Abimana selingkuh," Aisyah tak kuasa melanjutkan kata-katanya. Ia terisak dan diam seribu bahasa."Kurang ajar si Abimana! Dasar lelaki nggak tau diri!" Aunty Nindya tampak geram. Wajah cantiknya berubah merah menahan menahan amarah.Sementara Aisyah hanya terisak. Meskipun dalam hati berkata kuat, nyatanya Aisyah belum sepenuhnya menerima semua pengkhianatan yang dilakukan Abimana terhadapnya."Sudah, Sayang! Jangan bersedih lagi. Ada aunty disini! Sekarang kita makan dulu yuk!" Aunty Nindya menggandeng tangan Aisyah membawanya menuju meja makan.Disana sudah terhidang berbagai menu yang lezat. Membuat siapapun akan menelan air liurnya melihat hidangan lezat nan mewa
"Aisyah, kamu punya utang cerita kepada aunty mengenai perceraian kamu! Coba cerita sama aunty, siapa tau kita menemukan jalan keluar," Aunty Nindya menatap tajam Aisyah yang tengah menikmati roti selai coklat sebagai sarapan paginya,"Abimana selingkuh dengan Karin, Aunty! Perusahan dan rumah Aisyah mereka rampas," tatapan Aisyah berubah penuh kebencian,"What? Karin sepupu kamu itu? Anak Tante Widya adik mama kamu?" Aunty Nindya terlihat shock,"Iya, Aunty!" Aisyah mencoba bersikap cuek, ia terus memasukkan potongan roti ke mulutnya. Aisyah merasa sangat lapar pagi ini, karena kemarin malam makannya tidak berselera,"Kenapa kamu diam saja nggak kasih tau aunty?" alis Aunty Nindya bertaut,"Ini Aisyah kasih tau," lagi-lagi Aisyah bersikap acuh. Dirinya sangat menikmati sarapan kali ini,"Kenapa nggak dari awal kasih taunya, Aisyah? Ini bocah, lama-lama aunty bisa darah tinggi tau!" Aunty Nindya berlagak ngambek di depan Aisyah. Pandangannya gemas menatap Aisyah yang sibuk mengunyah m
"Dasar pencuri kalian berdua! Semoga kalian mendapat balasan yang menyakitkan nantinya!" gumam seseorang dibalik pintu dengan geram. Pandangannya nyalang kepada dua manusia yang baru saja selesai mendaki puncak kenikmatan. Bukannya terangsang melihat detik-detik terakhir percintaan mereka, tetapi dihatinya hanya ada benci untuk mereka berdua.Siapa lagi kalau bukan kepala pelayan di rumah ini, Bu Ajeng. Ia merupakan tangan kanan keluarga Aisyah selama ini. Namun karena keadaan dan desakan ekonomi terpaksa ia tetap bekerja di rumah mewah ini melayani Abimana dan Karin,"Semoga Nona Aisyah belum meninggal dan kembali pulang merebut semuanya," do'a Bu Ajeng. Perlahan dirinya melangkahkan kaki kembali ke dapur melewati tangga utama sambil membawa baki makanan."Bu Ajeng, tolong nanti bawain makanan ke kamar saja! Saya ingin makan di kamar!" titah Karin ketika dirinya tengah memasak dan menyiapkan makanan. Meskipun di rumah ini ada sepuluh pelayan, urusan masakan dan rasanya sepenuhnya tan
"Turuti kemauan dia!" Narendra memberi perintah kepada anak buahnya sambil mengangkat kedua tangan ke atas. Tubuhnya gemetar menahan takut. Ya, Narendra yang seorang penjahat pun merasa ketakutan saat pistol menempel tepat di pelipisnya."Bagus! Cepat antar sahabatku ke dalam mobil!" Mahesa kembali memberi perintah. Dengan cepat, anak buah Narendra memapah Rendra masuk ke dalam mobil milik Mahesa. "Lepaskan bos kami!" anak buah Narendra berteriak. Mereka mencoba merangsek ke arah Mahesa. Namun, dengan sigap Mahesa menarik pelatuk pistol mainan yang dipegangnya, membuat anak buah Narendra urung mendekat."Berani mendekat, bos kalian tinggal nama!" Seringai Mahesa licik. Membuat anak buah Narendra kembali mundur beberapa langkah.Terdengar deru mobil Mahesa mendekat, secepat kilat Mahesa menyeret Narendra masuk ke dalam mobil miliknya dan meninggalkan anak buah Narendra yang seolah terhipnotis.Dan pada akhirnya, kejar kejaran antara dua mobil terjadi. Dengan kecepatan penuh, mobil Mah
Mobil yang dikendarai Mahesa melesat membelah jalanan yang mulai sepi. Wajahnya menegang tiap kali ia dengar suara jeritan Rendra yang terdengar tak berdaya. Bisa dipastikan, Rendra di keroyok lebih dari dua orang."Brengsek! Siapa yang berani main-main dengan Mahesa Bagaskara?" Mahesa mengepalkan tangannya geram.Ia bersumpah akan memberi pelajaran setimpal terhadap siapapun yang berani menyentuh sahabatnya.***"Ternyata anak buah Mahesa Bagaskara tak seperti yang terdengar! Lembek!" suara cibiran dan cemoohan terdengar memenuhi taman yang sepi itu. Suasana taman itu memang tak seperti taman kota yang lainnya. Karena letaknya kurang strategis, sehingga penerangan pun tak memadai. Hanya ada di tiap ujung taman dengan cahaya temaram."Berani satu lawan satu, jangan keroyokan?" Rendra berusaha bangun, meskipun seluruh tubuhnya merasakan sakit."Besar juga nyalinya! Hajar dia!" pria berkacamata hitam itu turun dari mobil mendekati Rendra. Dengan cengkraman kuat, ia memaksa Rendra meneng
"Mam, sorry aku harus pergi sekarang!" Mahesa yang merasa tak nyaman di rumahnya sendiri turun menghampiri kedua orangtuanya di meja makan."Lah kok pergi? Temenin Cassandra dong!" Nyonya Rini merenggut. "Mami aja yang temenin, kan dia tamunya Mami!" Mahesa memalingkan wajahnya dari Cassandra."Cassandra itu calon kamu, Nak! Coba kenalan lebih dekat! Pasti kamu suka," Nyonya Rini tersenyum kepada Mahesa."Udah berapa kali aku bilang, Mam! Aku sudah punya calon sendiri, pilihan sendiri!" Mahesa menjawab ketus ucapan ibunya."Memangnya siapa calon mu itu hah? Pasti cuma akal-akalan kamu aja!" gerutu Nyonya Rini."Serius, Mam! Dia seorang pemilik perusahaan," Mahesa mencoba meyakinkan ibunya."Sudahlah, Mam! Nggak enak juga berdebat di depan tamu! Biarkan anakmu dengan pilihannya!" Tuan Adam mengedipkan matanya kepada Mahesa."Nggak bisa gitu, Pah!" Nyonya Rini menatap tak suka suaminya.Sementara Cassandra pura-pura tenang meskipun hatinya marah besar dengan ucapan Mahesa."Dengar Cass
"Mimpi? Apa aku bermimpi? Kenapa rasanya sangat nyata?" gumam Cassandra pelan. Ia bergidik ngeri kala mengingat kejadian menyeramkan barusan di dalam kamar."Tante, boleh aku istirahat di ruang tamu aja?" Cassandra melihat ke arah nyonya Rini. Berharap beliau mau mengabulkan permintaannya."Baik, ayok Tante bantu bawakan barang-barang mu!" Nyonya Rini mengangguk setuju. Meskipun beliau tak percaya dengan cerita hantu Cassandra, tetapi rasa ibanya menyeruak dalam dada kala melihat Cassandra yang histeris." Mami, aku makan duluan ya! Udah lapar nih!" Mahesa yang keluar dari kamar berpapasan langsung dengan Cassandra.Meskipun terkejut, Mahesa bersikap seperti dingin mungkin di depan Cassandra."Tunggu Cassandra sebentar, Mahesa!" Nyonya Rini menuntun wanita muda itu turun menuju ruang tamu."Kelamaan, Mi! Aku tunggu di meja makan aja sekalian makan duluan!" Mahesa tak menggubris ucapan ibunya."Kita tunggu Cassandra dulu, Nak! Sebentar aja," Nyonya Rini melirik Mahesa tajam.'Oh My God
"Suara apaan itu?" Cassandra yang tengah selonjoran setelah dipijit pelayan Mahesa terperanjat kaget.Hihihihi,Suara menakutkan itu kembali terdengar semakin nyaring. Cassandra mulai turun dari ranjangnya. Dengan tubuh sedikit gemetar ia terlihat mencari asal suara."Pergi sana! Jangan ganggu aku!" teriak Cassandra dengan tubuh merapat di tembok.Sayangnya, suara aneh dan menakutkan kembali terdengar. Bahkan sekarang terdengar langkah kaki yang diseret mendekati kamarnya."Ya, Tuhan! Apa mungkin kamar ini ada penghuninya?" Cassandra terlihat panik.Srek-srek,Suara langkah berat itu semakin mendekat, membuat bulu kuduk Cassandra berdiri tegak. Dalam keadaan panik seperti itu, tiba-tiba lampu kamar padam dengan sendirinya. Sontak saja Cassandra berteriak histeris,"Aaaaaaaaa!" dengan kedua tangan menutupi wajahnya."Tolong, jangan ganggu aku!" Isak Cassandra mulai terdengar, membuat Mahesa yang memantau dari layar komputer tertawa puas."Syukurlah," bisik Cassandra saat lampu kembali
"Akhirnya kamu pulang juga, Mahesa!" Nyonya Rini menatap kesal puteranya.Mahesa hanya mengangkat bahunya lalu mencium punggung tangan maminya sopan."Maaf, Mi! Jalanan macet parah," Mahesa mencoba memberi alasan. Tubuh lelahnya ia hempaskan di sofa empuk."Maaf, maaf! Kasihan Cassandra nunggu kamu lama!" Nyonya Rini mendelik kesal."Udah dong, Mami cantik! Ketemu anak tuh disayang, dielus apa gimana! Bukannya dimarahin!" Mahesa mulai terlihat kesal."Lagian ngapain Mami pake acara ngenalin aku ke anak teman Mami segala!" sungut Mahesa kesal."Ngapain katamu? Dengar ya! Mami tuh udah kepingin banget nimang cucu! Kalau nungguin kamu bawa menantu sampai Mami tua pun kayaknya nggak akan!" Nyonya Rini nyerocos tak mau kalah dari Mahesa."Tapi nggak perlu pake acara gini juga kali, Mam! Aku udah punya calon yang super istimewa!" elak Mahesa."Halah, kelamaan! Pokoknya kamu pasti langsung jatuh cinta pada Cassandra. Udah cantik, keluarganya juga pebisnis sama dengan kita! Cocok sama kamu!"
Sebuah Audy merah berhenti di depan sebuah mansion mewah.Tin, hanya dengan bunyi klakson dari Audy merah, pintu gerbang mansion bergaya klasik Eropa itu terbuka sendiri. "Selamat sore, Nyonya!" Satpam berbadan tegap segera menghampiri."Mahesa ada?" suara wanita paruh baya terdengar menanyakan sang pemilik mansion."Tuan muda pulang sedikit terlambat hari ini, Nyonya!" jawab Satpam itu sangat sopan."Ok!" wanita cantik paruh baya itu hanya mengacungkan jempol, sebelum melajukan mobilnya."Welcome in Indonesia, Mrs. Rini and Mis Cassandra!" Rendra menyambut ibunya Mahesa yang baru turun dari mobil dengan sangat ramah dan sopan. "Kapan Mahesa pulang kerja, Rendra? Apakah dia sudah tau akan kedatangan saya?" Nyonya Rini merasa kesal karena putera sematawayangnya tidak nampak."Mungkin terjebak macet, Nyonya! Tuan muda sendiri sudah tau akan kedatangan Nyonya!" Rendra kembali mengangguk sopan kepada wanita di hadapannya."Kamu pasti letih ya, Sayang! Lebih baik kita istirahat sebentar
"Mas, aku bukain bajunya ya!" Karin panik karena Abimana semakin mendekat bahkan hampir memegang handle pintu kamar mandi."Ish! Kamu ini kenapa sih? Kok sikapmu aneh gitu?" langkah Abimana terhenti, ia merasa jengkel dengan kelakuan istrinya yang tak masuk akal."Ya kan kalau masuk kamar mandi udah nggak pake baju enak, Mas! Tinggal rendeman di bathtub!" Karin berusaha tersenyum sewajar mungkin untuk meyakinkan Abimana."Nggak usah!" Abimana mendengus kesal. Dengan perlahan, ia memutar handle pintu.Kring-kring,Tiba-tiba ponsel Abimana berdering sangat nyaring. Disusul ketukan di pintu kamar membuat Abimana urung membuka pintu kamar mandi."Ya, halo!" Abimana yang penasaran segera mengangkat panggilan telpon."Saya mengantar mobil pesanan anda! Kami sudah memasuki halaman rumah anda!" suara dingin di seberang telpon kembali terdengar."Apa? Anda sudah sampai disini?" Abimana tersenyum ceria."Tunggu sebentar, saya segera turun ke bawah!" ucap Abimana sambil membetulkan kancing kemej
Abimana yang merasa suntuk tak bisa bertemu sosok Claudia saat pulang kerja melampiaskan kekesalannya dengan mampir di sebuah gerai otomotif.Kebetulan hari ini grand opening festival produk otomotif dan berbagai pendukungnya. Nampak jejeran mobil keluaran terbaru di bagian depan menarik banyak minat pengunjung.Bukan hanya produk otomotif saja yang ada disana, aneka food court juga tak ketinggalan menambah kemeriahan festival itu."Kayaknya gue butuh kendaraan baru!" gumam Abimana, mengingat mobil yang sekarang dipakainya kalah mewah dengan mobil Claudia."Silahkan, Pak! Ini ada beberapa mobil produksi Eropa dan juga asia keluaran terbaru!" seorang salesgirl cantik menyapa Abimana.Abimana hanya manggut-manggut melihat-lihat mobil mewah yang berjejer rapi.Pandangannya tertuju pada satu mobil sport warna biru metalik milik brand ternama Aston Martin Rapid S seri terbaru produksi negara Lady Diana."Delapan milyar?" Abimana bergumam saat mengetahui harga mobil incarannya."Iya, Pak! D