Share

BAB 33 KEHAMILAN KIENAN

Penulis: Rara Qumaira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

BAB 33

KEHAMILAN KIENAN

Tok tok tok ....

“Sayang, kenapa lama sekali?” tanya Ardhan dari luar.

“Sebentar, Mas!” sahut Kienan.

Setelah memantapkan hatinya, Kienan memberanikan diri untuk mencoba tespek itu. Tak lama kemudian, dia keluar dan menyerahkannya kepada Ardhan.

“Bagaiamana hasilnya?” tanya Ardhan penasaran.

“Gak tahu, kamu saja yang lihat,” sahut kienan.

Ardhan tampak memperhatikan tespek itu dengan seksama. Tampak sebuah garis merah disana. Namun, perlahan, samar tampak garis merah kedua. Ardhan tersenyum sumringah. Tanpa aba-aba, dia segera memeluk istrinya dari belakang. Kienan yang sedang emlangkah menuju tempat tidur, merasa sangat terkejut.

“Mas, kamu ngagetin saja!” ujar Kienan.

“He ... maaf, Sayang! Habisnya, aku seneng banget!” ujar Ardhan seraya membalik posisi Kienan agar menghadapnya.

“Selamat ya, Sayang! Kita akan punya anak lagi!” ujar Ardhan sambil tersenyum sumringah.

“Mas serius?” tanya Kienan tak percaya.

“Iya, Sayang! Selamat, ya!” ujar Ardhan sembari memelu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Heran dh sama si bulan hobi bgt sh teriak2
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   BAB 34 PENTAS SENI

    BAB 34PENTAS SENI“Papa, ayo cepetan! Nanti kita terlambat!” teriak Bulan.“Iya, sayang! Sabar, ya!” sahut Ardhan. Bulan mengerucutkan bibirnya sambil menunggu Papanya bersiap.“Anak Mama sudah cantik banget! Siapa yang dandanin tadi?” tanya Kienan sambil berusaha bangkit dari tidurnya.“Tante Airin!” sahut Bulan.“Tante Airin? Memangnya dia ada disini?” tanya Kienan heran. Kini dia sudah duduk sambil bersandar di kepala tempat tidur.“Iya, aku yang nyuruh karena Mama lagi sakit, jadi gak bisa dandanin aku!” sahut Bulan polos. Kienan memandang tak suka ke arah Ardhan.“Iya, tadi pagi-pagi dia sudah sampai sini. Aku gak bisa menolak saat Bulan merengek minta diteleponin Airin,” ujar Ardhan memberi penjelasan. Tapi tetap saja, rasanya masih ada yang mengganjal di hatinya.“Sekarang Tante Airinnya mana? Sudah pulang?” tanya Kienan lagi.“Belum. Aku mau ajak Tante Airin lihat penampilan aku,” sahut Bulan. Kienan kembali menatap ke Arah Ardhan. Ardhan yang sedang dipandang, memilih pura-p

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   35. PENDARAHAN

    BAB 35PENDARAHANKring .... tiba-tiba, ponsel Ardhan berbunyi. Dia meninggalkan ponselnya di meja tempat mereka makan. Airin melirik nama pemanggilnya. My sweet heart. Airin berdecih kesal. Dibiarkannya ponsel itu hingga mati sendiri. Tak lama kemudian, ponsel Ardhan kembali berdering. Dengan kesal, Airin menolak panggilan itu dan menonaktifkan ponsel Ardhan.“Biar tahu rasa kamu!” ujar Airin kesal.***********************Seharian ini, mood Kienan hancur. Hari ini adalah acara pentas seni di sekolah Bulan. Sayang, karena kondisinya yang mengharuskannya bedrest, dia tidak bisa menghadiri acara tersebut. Yang membuatnya semakin sakit hati, ternyata Airin datang menggantikan posisinya. Meskipun dia hadir atas permintaan Bulan, rasanya Kienan tidak rela. Dia tidak suka melihat sang suami dekat dengan mantan adik iparnya itu. Apapun alasannya, Kienan sangat faham jika wanita itu menaruh hati kepada suaminya. Pengalaman kegagalan pernikahannya sebelumnya, membuatnya merasa trauma. Dia tak

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   36. KEGUGURAN

    BAB 36KEGUGURANArdhan mendengarkan cerita Bi Asih dengan seksama. Kienan sudah mengalami masa-masa yang sulit sebelum bertemu dengannya. Dia berjanji dalam hatinya, tidak akan menyakiti wanita yang dicintainya itu.Tiba-tiba, ruang perawatan terbuka. Seorang dokter tampak keluar, Ardhan dan Bi Asih menghampirinya.“Dokter, bagaimana keadaan istri saya?” tanya Ardhan panik.“Anda suami Ibu Kienan?” tanya dokter tersebut.“Benar, Dok, saya suaminya!”“Kita bicara di ruangan saya saja!” ujar dokter tersebut, lalu segera melangkah menuju ruangannya. Ardhan mengikuti langkah dokter tersebut dengan pikiran berkecamuk.“Silahkan duduk, Pak!” ujar dokter tersebut.“Terima kasih, dok! Bagaimana keadaan istri saya, dok?” tanya Ardhan tak sabar.“Begini, Pak! Sebelumnya saya ingin bertanya dulu! Apakah Bapak tahu kalau Ibu mengonsumsi obat peluruh kandungan?” tanya dokter tersebut.“Apa, dok? Tidak, dok. Itu tidak mungkin. Pasti ada kesalahan,” ujar Ardhan tak percaya.“Berdasarkan hasil pemer

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   BAB 37 KEGUGURAN 2

    BAB 37KEGUGURAN 2"Mas, kok perutku kempes? Anakku mana?" tanya Kienan panik."Sayang …," panggil Ardhan lembut."Mas, apa yang sebenarnya terjadi? Anakku mana?" tanya Kienan histeris."Sayang, tenangkan diri kamu dulu!" ujar Ardhan lembut."Mas, anakku mana?" teriak Kienan lagi. Ardhan segera merengkuh Kienan ke dalam pelukannya. Tanpa terasa, dia pun menitikkan air matanya. Ardhan seakan tak tega melihat kondisi istrinya. "Aw …," rintih Kienan."Sayang, jangan terlalu banyak bergerak, lukamu belum sembuh benar!" ujar Ardhan lagi sambil mengusap lembut rambut Kienan. Setelah dirasa Kienan mulai tenang, Ardhan melepaskan pelukannya dan kembali membaringkannya."Mas, apa yang terjadi? Anakku mana?" tanya Kienan lirih sambil menatap sang suami."Sayang … kamu yang sabar, ya!" ujar Ardhan sembari menggenggam jemari Kienan."Mas …," ujar Kienan sambil tergugu. Meski Ardhan belum mengatakan apa-apa, namun dia sudah mulai menyadari apa yang terjadi. Ardhan menggenggam jemari Kienan denga

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   BAB 38 MAMA AIRIN

    BAB 38MAMA AIRIN“Aw ....,” teriak Ardhan.“Mama sadis deh!” omel Ardhan sambil mengusap bahunya di pukul dengan keras oleh Mamanya.“Biarin! Salah sendiri! Ayo, Kienan, kamu sama Mama saja!” ujar Halimah, lalu segera mendorong kursi roda Kienan ke belakang. Kienan tertawa geli melihat tingkah Ibu dan anak itu. Ardhan pun mengikuti mereka dari belakang.“Mama Airin!” sebuah suara menghentikan langkah mereka. “Iya, sayang! Ada apa?” sahut Airin dari arah belakangnya.“Bunga untuk Mama Kienan ketinggalan di mobil,” ujar Bulan, lalu berbalik kembali ke mobil. Airin pun turut berbalik dan mengikuti langkah Bulan. Setelah mengambil barangnya, Bulan bergegas masuk ke dalam rumah.“Mama Kienan, selamat datang kembali ke rumah!” ujar Bulan dengan senyum sumringah sambil menyerahkan sebuah buket bunga krisan.“Terima kasih, sayang!” sahut Kienan sembari menerima bunga tersebut. Airin mengamati kejadian itu dari depan pintu sambil menenteng barang milik Bulan. “Mama mau mengunjungi makam ade

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   BAB 39 CUCU LAKI-LAKI

    BAB 39CUCU LAKI-LAKIKienan segera melangkahkan kakinya meninggalkan kantor. Dia sudah cukup lama meningalkan rumah. Saat di perjalanan menuju rumahnya, mata Kienan tertuju kepada sebuah rumah sakit tempat dia menjalani operasi beberapa waktu yang lalu. Refleks, dia membelokkan mobilnya ke rumah sakit tersebut.Cukup lama Kienan duduk di dalam mobil di pelataran parkir. Setelah berperang dengan batinnya, dia segera turun dari mobil dan mendaftarkan diri ke poli kandungan.Setelah melakukan pendaftaran, Kienan segera mengantri di depan ruangan dokter. Setelah menunggu hampir tiga puluh menit, tiba-tiba sebuah panggilan masuk.“Halo, Bu Kienan!” sapa sebuah suara panik di seberang sana.“Iya, Bi, ada apa?” sahut Kienan.Maaf, Bu, ini non Celine mimisan lagi,” ujar Bi Asih.“Apa, Bi? Ya sudah, aku pulang sekarang!” ujar Kienan, lalu segera meninggalkan antrian.“Ibu Kienan! Pasien atas nama Ibu Kienan!” panggil seorang perawat. Kienan tertegun di tempatnya. Hatinya kembali bergulat. Nam

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   BAB 40 PERMINTAAN KIENAN

    BAB 40PERMINTAAN KIENAN“Iya, Mama tahu. Tapi kan, Mama pengen punya cucu laki-laki.”“Ma, laki-laki atau perempuan kan, sama saja.”“Mama tidak mau tahu, kalian harus segera memikirkan rencana itu. Mama tidak mau menunggu lebih lama lagi,” sahut Ahlimah tegas.Ardhan menghela napas panjang.“Itu tidak mungkin, Ma!” sahut Ardhan lirih.“Kenapa tidak mungkin?”“Karena ....”“Karena Kienan tidak mungkin punya anak lagi, Ma!” sahut Ardhan.“Apa maksudmu? Bagaimana bisa?” tanya Halimah tak percaya.“Karena ....”“Apa? Cepat jawab! Jangan membuat Mama penasaran!” bentak Halimah.“Karena ... rahimnya sudah diangkat ketika operasi kemarin!” sahut Ardhan lirih.Prang ....Suara gelas jatuh yang beradu dengan lantai mengagetkan mereka.“Kienan!” ujar Ardhan lirih. Matanya menatap sendu ke arah sang istri. Kienan pun menatap sang suami dengan mata berkaca-kaca.Perlahan, dia melangkah mendekati Ardhan. “Sayang, disitu saja! Ada banyak pecahan kaca!” ujar Ardhan.Namun, Kienan tak perduli. Dia

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   BAB 41 JEBAKAN

    BAB 41JEBAKAN“Halo!”“Mas, tolong aku!” ujar Airin lirih sambil terisak.“Airin, ada apa?” tanya panik.“Tolong aku, Mas!” ujar Airin lagi.“Kamu dimana sekarang?” tanyanya panik.“Aku di apartemen, Mas!” sahut Airin lirih.“Baiklah, aku akan segera kesana! Kamu tunggu ya!” ujar Ardhan, lalu segera mematikan panggilan. Dia segera melesat menuju apartemen Airin. Ardhan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia takut terjadi sesuatu dengan Airin. Apapun alasannya, dia satu-satunya keluarga Anita yang tersisa. Beruntung, lalu lintas pun lancar. Setelah menempuh perjalanan sekitar lima belas menit, Ardhan telah tiba di area apartemen Airin.Sesampainya di apartemen, Ardhan mendapati pintu apartemen tidak terkunci rapat dan dalam keadaan gelap gulita. Ardhan segera masuk dan mencoba menyalakan saklar lampu, namun hasilnya nihil. Alhasil, Ardhan mengeluarkan ponselnya dan menyalakan senter. Dengan penerangan seadanya, dia mencoba mencari keberadaan Airin.“Rin! Airin!” panggilnya

Bab terbaru

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   AKHIR YANG BAHAGIA

    BAB 13AKHIR YANG BAHAGIA"Ibu!" ujar Farel terkejut."Ngapain kamu di rumah perempuan itu? Ayo pulang!" sentak wanita bertubuh tambun tersebut."Aku hanya mengantar mereka pulang saja, Bu!" sahut Farel."Jangan banyak alasan, cepat pulang! Hei, Nana! Kamu itu sudah menikah. Bisa-bisanya kamu menggoda anakku. Kalau mau selingkuh, cari laki-laki lain, jangan anakku. Aku tidak rela!" sentak ibu Farel."Ibu, siapa yang menggoda sih? Aku hanya mengantar mereka. Lagi pula aku sendiri yang berinisiatif!" sahut Farel membela Nana."Jangan bela mereka. Ingat ya, ini peringatan terakhir. Jangan ganggu anakku lagi!" Usai mengatakan hal tersebet, wanita bertubuh tambun tersebut segera menyeret Farel meninggalkan rumah Nana. Tak diperdulikannya beberapa warga yang menonton kejadian tersebut."Ada apa, Na? Kok ibu dengar ribut-ribut!" tanya Bu Husna. "Tadi … ibunya Mas Farel kesini!" sahut Nana dengan mimik sedih. Bu Husna menghela nafas panjang sejenak. Bisa bisa menebak apa yang tejadi tadi. Di

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 12

    BAB 12BERTEMU KEMBALIDengan penuh percaya diri, pengendara tersebut segera turun dari motornya. Belum juga dia melepas helmnya, Nana sudah menghampiri dan melabraknya.“Hei, Mas, maksudnya apaan, menghalangi jalan kami? Mau pamr motor?” sentak Nana. Pria tersebut yang hendak melepaskan helmnya, menghentikan aksinya seketika. Dia menatap Nana dengan intens dari balik helm full facenya.“Kalau mau aksi keren-kerenan, jangan disini! Lagipula saya gak minat!” lanjut Nana.“Nana ... jangan kasar begitu! Maaf ya, Nak!” ujar Bu Husna merasa tidak enak.“Untuk apa Ibu minta maaf sama dia. Dia yang salah kok!” sahut Nana membela diri.“Iya, Bu, tidak apa-apa! Saya paham kok! Saya kan sudah hafal dengan sifatnya!” sahut pria tersebut. Nana terkesiap seketika. Suara itu, suara yang pernah sangat akrab di telinganya. Nana menatap pria tersebut dengan intens. Sayangnya, keberadaan helm yang masih dikenakan pria tersebut, membuatnya tidak bisa mengenali pria tersebut.Menyadari kebingungan wanita

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 11

    BAB 11DI KAMPUNGTok tok tok ....“Sebentar!” samar-samar, Nana mendengar sebuah sahutan dari dalam. Nana tersenyum tipis. Itu adalah suara yang selalu dia rindukan selama ini.“Nana! Masya Allah!” ujar wanita yang berusia hampir senja tersebut. Beliau menatap Nana dengan penuh haru.“Ibu!” ujar Nana dengan suara tercekat. Dia pun segera mencium punggung tangan wanita tersebut. Wanita tua tersebut membawa Nana ke dalam pelukannya.“Nana! Ibu kangen banget sama kamu!” ujarnya dengan air mata yang mulai membasahi pipi.“Nana juga kangen sama Ibu dan Bapak!” ujar Nana. Dia pun sudah tak dapat membendung air matanya lagi. Kerinduannya membuncah. Sejak menikah, ini pertama kalinya dia kembali menginjakkan kaki di rumah orang tuanya. Untuk beberapa lama, mereka saling berpelukan meluapkan kerinduan yang terpendam.“Kamu kok sendirian? Reno mana?” tanya wanita tersebut.“Em ... Mas Reno sedang sibuk, Bu. Jadi, gak bisa ngantar!” sahut Nana beralasan.“Bapak mana, Bu?” tanya Nana lagi.“Ba

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 10

    BAB 10FAKTA MENGEJUTKAN"Bapak kenal Pak Nizam?" tanya Nana bingung."Em … iya, Na. Dulu!" sahut Akbar dengan wajah bingung."Pak Akbar apa kabar sekarang?" tanya Nizam mengalihkan perhatian."Alhamdulillah baik, Pak Nizam! Silahkan duduk! Maaf, tempatnya kotor!" ujar Akbar."Tidak masalah, terima kasih!" ujar Nizam, lalu duduk di salah satu bangku pembeli. "Na, ini sudah malam. Sebaiknya kamu istirahat saja. Lagipula, warung kan sepi. Sebentar lagi Bapak juga beberes!" ujar Akbar."Nana bantuin beberes aja ya, Pak?" sahut Nana."Tidak usah. Kamu istirahat saja!" ujar Akbar.Nana menghela nafas panjang."Baiklah kalau begitu. Pak Nizam, saya permisi dulu ya!" pamit Nana."Iya, silahkan!" sahut Nizam. Nana pun meninggalkan majikannya bersama Akbar."Jadi … ini kegiatan Pak Akbar setelah keluar dari penjara?" tanya Nizam."Iya, Pak. Sebenarnya, waktu itu beberapa kali saya mencoba melamar pekerjaan, tapi tidak ada yang mau menerima. Akhirnya, saya merintis jualan bakso ini!" sahut Akb

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 9

    BAB 9RENCANA MENGGUGATBeruntung, sebelum dia benar-benar terjatuh, Nizam meraih tubuhnya. Untuk beberapa saat, mereka saling bertatapan. Jantung Nana berdetak dengan kencang. Seumur-umur, baru kali ini dia berada pada jarak sedekat ini dengan majikannya.“Papa!” sebuah panggilan mengagetkan mereka. Nana segera berdiri dan Nizam pun melepaskan pelukannya.“Papa ngapain di dapur?” tanya Clara, putri Nizam.Nana berusaha bangkit dan berdiri tegak, sedangkan Nizam segera melepaskan pelukannya pada Nana. Suasana pun menjadi kikuk. “Em ... ini, tadi Nana jatuh. Kebetulan Papa pas disini. Kamu belum berangkat?” tanya Nizam pada putrinya. “Sebentar lagi, Pa!” sahut Clara seraya menatap Nana curiga.“Saya buatkan kopinya dulu, Pak!” pamit Nana.“Oh, iya! Saya tunggu di depan!” ujar Nizam.“Ayo, Sayang!” ajak Nizam pada Clara.“Papa gak kerja?” tanya Clara.“Ntar, berangkat agak siangan! Papa ada janji ketemu klien di dekat sini! Dari pada bolak-balik, mending berangkat ntar sekalian!”

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 8

    BAB 8TALAK“Cepat berikan uangnya!” perintah mertuanya.“Maaf, Bu, saya tidak bisa!” sahut Nana tegas.Narti yang merasa sangat geram, segera merampas tas Nana yang masih dipegangnya. Nana pun berusaha mempertahankan tanya sehingga terjadi aksi saling mendorong hingga akhirnya mereka berdua terjatuh. Nana menghembuskan nafas lega karena dia berhasil mempertahankan tasnya.“Ibu!” teriak Reno saat melihat Ibunya jatuh tersungkur.“Ibu tidak apa-apa?” tanyanya khawatir.“Nana, apa yang kamu lakukan sama Ibu?” bentak Reno pada Nana. “Ren, istrimu sungguh durhaka, Ren! Dia sama sekali tidak menghargai Ibu!” ujar Narti seraya terisak.Reno menatap istrinya dengan geram. Reno segera membantu Ibunya bangkit dan duduk di sofa. “Ibu kenapa bisa jatuh gitu?” tanya Reno lagi.“Ibu didorong Nana, Ren! Ibu hanya mau pinjam uangnya sedikit untuk membeli obat!” ujar Narti.“Memangnya uang yang aku kasih kurang, Bu?” tanya Reno.“Uangnya sudah habis, Ren! Sudah Ibu gunakan untuk bayar kuliahnya Viv

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 7

    BAB 7MULAI BEKERJA"Bang, aku mau ngomong!" ujar Nana. Saat ini, mereka telah selesai makan malam dan sedang bersiap untuk tidur."Kalau masalah yang tadi pagi, aku gak bisa, Na. Uangku sudah habis. Lagian, benar kata Ibu, mereka kan orang tuamu,ngapain aku harus ikut repot?" sahut Reno cuek."Aku tahu, Bang. Makanya, sekarang aku mau minta izin!" sahut Nana."Izin apa?" tanya Reno penasaran."Aku ditawari pekerjaan di rumah mantan majikannya Mbak Siti. Kalau boleh, aku kerja disana!" ujar Nana. "Kerja apa?" tanya Reno."Jadi pembantu, Mas!" sahut Nana.Reno tersenyum sinis."Kamu memang pantasnya jadi babu!" sahut Reno.Nana menghela nafas panjang."Aku ingin membantu ekonomi orang tuaku, Mas. Kasihan,mereka itu sudah tua. Sudah seharusnya mereka beristirahat!" ujar Nana."Bagaimana dengan pekerjaan kamu disini?" tanya Reno."Aku akan mengerjakan sebelum dan setelah pulang bekerja, Mas! Mas Reno jangan khawatir! Aku tidak akan melalaikan kewajibanku!" ujar Nana lagi.Reno tampak se

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 5 DAN 6

    BAB 5TAMU TAK DIUNDANGNana pun segera melangkah ke depan dan membuka pintu. Saat pintu telah terbuka, Nana termangu menatap tamunya."Siapa, Na?" tanya Narti yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. Nana menoleh menatap sang mertua, lalu sedikit menyingkir dari pintu."Prita! Tumben pagi-pagi sudah sampai sini! Ayo, masuk!" sapa Narti seraya tersenyum lebar."Iya, Bu, maaf mengganggu!" sahut Prita merasa tak enak. "Gak papa, ayo masuk!" sahut Narti.Dengan tersenyum lebar, Prita masuk ke dalam rumah. Nana mematung di tempatnya seraya menatap Prita. "Ngapain kamu bengong disitu? Sana, lanjutkan masaknya!" sentak Narti kepada Nana. Dengan terpaksa, Nana melangkah ke belakang dan melanjutkan aktivitasnya."Ada apa, Prit? Tumben pagi-pagi sudah main ke sini!" tanya Narti lagi."Iy, Bu. Semalam aku ketemu Bang Reno, katanya Nana sakit. Aku pikir pagi ini gak ada yang masak. Jadi, ini aku bawakan makanan untuk sarapan. Ternyata Nana sudah sembuh, ya!" ujar Prita."Aduh, jadi merepot

  • KUMISKINKAN MANTAN SUAMI DAN GUNDIKNYA   SEASON 2 BAB 3 DAN 4

    BAB 3KEMARAHAN RENOPukul 17.00 WIB Mana terbangun dengan badan yang lebih segar. Usai membersihkan badan, Nana segera melangkah keluar sebelum mertuanya marah. Di ruang tengah, Nana melihat sang mertua tengah menangis sesenggukan di pelukan suaminya."Mas, Ibu kenapa?" tanya Nana heran. Reno menatap Nana nyalang."Apa yang kamu lakukan sama Ibu?" bentak Reno."Apa maksudmu, Mas? Aku tidak berbuat apa-apa!" sahut Nana."Tidak berbuat apa-apa? Ibu sampai nangis gini kamu bilang tidak berbuat apa-apa?" bentak Reno."Mas, aku beneran gak tahu! Aku aja baru bangun tidur!" sahut Nana membela diri."Nah, itu! Itu yang bikin Ibu nangis!" bentak Reno."Maksudnya bagaimana sih, Mas? Aku gak ngerti!" tanya Nana lagi."Masih bilang gak ngerti juga? Baik, aku jelaskan. Kamu biarkan Ibu mengerjakan semua pekerjaan rumah sendirian, sementara kamu seharian hanya tidur-tiduran? Keterlaluan!" bentak Reno."Apa?" Nana menatap mertuanya bingung. Melihat sang mertua masih terisak, akhirnya Nana paham.

DMCA.com Protection Status