Beranda / Thriller / KUKU BU SAPTO / MENUJU MAKAM BU SAPTO

Share

MENUJU MAKAM BU SAPTO

Penulis: Raifiza27
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-09 11:57:30

Dalam kegelapan, dengan sinar lampu rumah sekitar yang remang-remang. Dian tak bisa melihat dengan jelas, siapa lelaki yang berbaik hati memberikannya air.

"Raisa, coba kamu minum dulu!"

Tanpa menolak. Raisa langsung meminumnya. Bukan semakin membaik, akan tetapi Raisa malah tak bisa bernapas.

Lelaki asing itu bergerak sangat cepat. Dia memukul bagian tengkuk Raisa. Beberapa kali cukup keras. Hingga Raisa terbatuk batuk. Dan tepukan terakhir kali. Raisa memuntahkan sesuatu berwarna hitam. Suaranya kencang seakan tengah berusaha mengeluarkan yang ada dalam mulutnya.

"A-apa ini?" teriak Dian terbelalak.

Kemudian, dia menoleh ke arah lelaki asing tadi. Yang kini tak terlihat. Sosoknya menghilang seketika.

"Aneh?! Kemana Bapak-bapak tadi?"

Tangan Raisa terus bergerak cepat. Dia menarik sesuatu berwarna hitam dari mulutnya. Air mata terus menetes. Tampak sekali dia sangat kesakitan. Hingga sesuatu itu bisa dikeluarkan semua dari ten

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KUKU BU SAPTO   MAKAM BU SAPTO

    Keduanya terus berjalan. Hingga Raisa dan Dian, sudah berada di depan sebuah makam desa. Tepat di pintu gerbang masuk. Hanya ada lampu bohlam berukuran dua puluh watt. Akan tetapi tetap saja tak bisa membuat terang. "Di mana makamnya?" "Masuk ke dalam Mbak!" "Ki-kita?" "Iya, Mbak. Aku enggak mau lagi ada yang hilang, seperti Momoy. Aku benar-benar takut," sahut Raisa dengan ekspresi wajah penuh kecemasan. "Sa! Aku bener-bener ngerasanya kok serem sih?" "Mbak pegangan baju aku aja. Jangan dilepas!" "Iya, Sa." "Mbak Dian bawa HP?" Wanita cantik itu menggeleng. "Mbak, bawa HP enggak?" "Maaf tadi aku neggak fokus, Sa. HP aku di rumah. Kenapa?" "Ya, kalau Mbak bawa HP, 'kan senternya jadi dua." "Raisa, aku kok ngeri ya." "Kita ini baru mau masuk, Mbak. Tapi, MBak Dian sudah ketakutan kayak gini. Apa Mbak runggu di luar?" "Haaahhh? Sendirian di sini?" Seraya dia menoleh

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • KUKU BU SAPTO   BUKAN MOMOY

    aisa pun ikut berjongkok di sebelahnya. Dan mencoba menatap tajam pada wajah adiknya, yang diam mematung."Momoy kamu kenapa? Kok bisa ke sini?"Terdengar suara gemertak dari leher yang bergerak pelan. Kini, wajah Momoy telah menghadap wajah Raisa. Yang terlihat putih pucat. Dan ....Membuat Raisa terbelalak. Wajah Momoy penuh dengan make up tebal. Yang mengingatkan dirinya pada ...."Bu Sapto?"Raisa menggeleng."Bu-bukan! Kamu Momoy. Iya, kamu Momoy."***Mobil Harso berhenti tepat di depan pagar rumah yang terbuka lebar. Masih ada beberapa warga yang seperti sengaja menunggu kedatangan dirinya."Pak Harso!""Pak RT gimana dengan anak saya Momoy?""Beberapa warga masih berpencar mencari mereka, Pak.""Ta-tapi, di mana Raisa Pak?""Katanya tadi mau ke desa sebelah Pak. Cari Momoy," sahut Pak RT.Mendengar penjelasan itu, Harso semakin panik dan cemas."Ra-Raisa? Ke desa se

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • KUKU BU SAPTO   ANCAMAN UNTUK RAISA SEKELUARGA

    "Sepertinya kita akan cari di kuburan Bu Sapto, Pak," ujar Hamaz. "Apaaaa?!" teriak warga hampir bersamaan. Mendengar nama Bu Sapto membuat mereka mundur. Beberapa warga pun mengurungkan niat untuk menemani Harso mencari Raisa. "Ka-kami akan temani Momoy di sini aja, Pak. Kalau ke kuburan Bu Sapto, terus terang kita enggak berani," bisik Pak RT. Disambut anggukan warga yang lain. Harso hanya bisa pasrah, sembari tatapan mata mengarah pada Delon dan Hamaz. "Kita naik mobil saja ke sana Pak Harso. Lebih cepat kita berangkat lebih baik!" ajak Delon. "Ba-baiklah, Pak Delon. Biar saya saja yang nyetir." Delon memberikan kunci mobil pada Harso. Mereka bertiga akhirnya berangkat. Meninggal;kan Momoy bersama para tetangga. "Apa mereka segitu takutnya dengan sosok Bu Sapto ini, Mas Delon?" "Aku malah enggak paham Mas Hamaz. Mungkin Pak Harso lebih tau." "Kayaknya sih begtitu. Wong saya ini sebenarnya jarang di ruma

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • KUKU BU SAPTO   SEBUAH BAYANGAN

    Sosok wanita itu tampak mengenakan gaun sebatas lutut dengan lengan pendek. Seperti pakaian di era delapan puluhan. Semakin mmebuat Raisa mengernyit keheranan.'Aku harus mendekati dia. Aku harus tahu siapa sosok wanita itu!' batin Raisa, tanpa ada rasa takut."Semakin kamu ikut campur urusan ini. Hidup keluarga kamu dalam bahaya. Tadi hanya sebuah peringatan kecil untukmu, Raisa!" Dengan suara yang terdengar aneh. Seperti berbisik akan tetapi Raisa bisa memahaminya.Sontak ancaman itu membuat Raisa terhenyak. Kedua lutut Raisa seperti tak bisa bergerak. Terasa lemas seketika."Kamu, mengancam aku?" Suara Raisa terdengar lirih."Semakin kamu ikut campur urusan ini. Hidup keluarga kamu dalam bahaya. Tadi hanya sebuah peringatan kecil untukmu, Raisa!" Sosok wanita itu, kembali mengulangi ancamannya. Hal ini membuat Raisa sadar. Bahwa ancaman ini tidak main-main. Hal ini, sudah dibuktikan dengan kejadian kepala monye

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • KUKU BU SAPTO   POCONG SIAPA (?)

    Saat mobil akan keluar perbatasan desa. Tiba-tiba, Harso menginjak rem mendadak. Membuat yang lain sampai tersentak. Dan hampir mebentur jok di depan mereka."Aaaarghh!"Serempak mereka berteriak karena terkejut."Ada apa Pak Harso?" tanya Delon heran.Pandangan matanya memicing ke arah Harso, yang bungkam sejuta kata."Pak!" ulang Delon."Ada apa Pak?" teriak Raisa dari arah belakang."A-apa kalian enggak lihat yang tadi melintas?" Harso malah balik tanya pada mereka."Memangnya apa Pak? Saya sedari tadi lihat depan enggak kelihatan apa-apa," jawab Delon semakin keheranan. Seketika raut wajah Harso berubah memucat. Berulang kali dia meraba tengkuknya. "Sepertinya apa yang tadi dilihat Mbak Dian sedang ikuti kita sekarang."Sontak mereka terdiam. Dengan mata yang saling berpandangan. Lalu, Raisa melihat ke arah Dian yang terus menunduk."Kamu kenapa Mbak?""Itu, Sa!" Tangannya menunjuk ke arah

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • KUKU BU SAPTO   RAISA DITEMUKAN

    "Po-pocong itu aku?" Raisa menghadap pada Dian, yang masih ketakutan. Tubuhnya sampai bergetar hebat. "Ja-jadi, pocong itu aku Mbak?" ulang Raisa. Suaranya bagai tercekat. Serak dan tak jelas."Pasti Dian salah! Kamu enggak mungkin melihat pocong itu Dian!" bentak Harso tak terima.Dian pun menangis sesenggukkan. Tak ada yang percaya dengan apa yang dia katakan."Saya enggak ngarang, Pak. Saya benar-benar lihat!"Saat terjadi pedebatan dalam mobil. Delon seperti melihat sebuah bayangan wanita yang melintas. Terlihat dari sorot cahaya lampu kota."Kalian lihat itu!" teriak Delon sembari menunjuk arah luar jendela."Saya enggak lihat apa-apa," tandas Harso."Memangnya Mas Delon lihat apa?" tanya Raisa."Ada cewek lewat depan mobil barusan."Raisa terdiam. Dia teringat pada seseorang yang tadi mengancam dirinya. Dan dalam waktu yang bersamaan. Harso mencoba menginjak gas. Ternyata mobil mulai bergerak dalam kecepatan se

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-12
  • KUKU BU SAPTO   MENGINAP DI RUMAH RAISA

    Penjelasan yang diberikan Delon. Ternyata tak membuat para tetangga itu langsung pulang. Mereka semakin penasaran. Apa yang telah terjadi?Kasak kusuk tentang Bu Sapto yang kian menghantui semakin santer. Saat malam semnakin larut. Orang-orang pun mulai pulang ke rumah masing-masing.Di ruang belakang yang bersebelahan dengan ruang makan dan dapur. Dian sibuk mebuatkan kopi dan mis instan untuk mereka. Terlihat Raisa sudah bisa menguasai dirinya. Berbeda dengan Harso yang masih syok berat."Mbak Raisa, Bapak sebaiknya beri minum air putih ini biar tenang. Suruh baca-baca doa ya Mbak.""Baik, Mas."Waktu pun menunjukkan pukul satu malam. Momoy sudah terlelap. Begitu juga dengan Harso. Tinggal Raisa dan yang lain. Mereka tengah berbincang mengenai kejadian ini."Mbak, Momoy udah pulas?""Udah, Raisa. Cuman dia tadi sempat cerita. Waktu kita buang bungkusan itu ke tempat pembuangan sampah. Dia keluar rumah. Menurut si Momoy. Di luar itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-12
  • KUKU BU SAPTO   ANCAMAN PADA DELON

    Delon kembali melihat pada Hamaz."Aku sih terserah sama Mas Hamaz saja, Sa.""Tapi, enggak ada AC di sini Mas Delon.""Aku ini sebelum bantu Papa. Seorang traveler, Sa. Enggak kaget. Jadi, terserah sama Mas Hamaz saja."Hamaz mengangguk tanda sepakat."Kita bermalam di sini saja, Mas. Enggak apa-apa kok."Raisa terlihat senang."Mbak Raisa! Coba lihat Pak Harso di kamar!""Baik, Mas."Segera Raisa bangkit. Dia membuka pintu kamar dan melihat Harso yang sudah terlelap."Alhamdulillah," ucap Raisa berbisik. Lalu gadis itu kembali pada Delon dan Hamaz. Dia dudu sambil bersandar pada dinding. "Sebenarnya ada kejadian lagi, yang bikin aku sampai sekarang masih kepikiran, Mas.""Apa itu, Mbak?""Sewaktu di kuburan. Aku ngelihat seorang wanita. Dia awalnya ngelihat aku terus. Lalu aku deketin lah dia. Apa yang wanita itu bilang?" Raisa menghentikan kalimatnya. Seraya memperhatikan Hamaz dan Delon."

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-12

Bab terbaru

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 3 ( TAMAT)

    "Minumlah dulu kalian! Biar tenang."Perkataan lelaki itu membuat Raisa mengerutkan dahi."Apa Abah tahu yang menimpa perjalanan kita pulang?"Lelaki itu hanya terkekeh. Lalu dia mengangguk pelan."Kenapa mereka masih mengganggu kita lagi, Bah?""Minumlah dulu. Biar nanti saya cerita."Mereka pun akhirnya minum teh dan kopi yang sudah disediakan. Raisa berulang kali mengembuskan napasnya. Air teh yang diminum serasa mampu membuat tubuhnya yang tadi dingin."Habiskan! Biar kalian lebih tenang. Karena mobil kalian sedang membawa sesuatu yang enggak lombo." (Lombo = tidak wajar)Terutama Raisa dan Delon terperanjat saat mendengar perkataan Abah Harun."Enggak lombo?" ulang Raisa."Iya, Mbak. Kalian ikutlah kemari!"Mereka bertiga mengikuti langkah Abah Harun keluar rumah. Menuju mobil Delon yang ringsek bagian depan."Tolong buka bagian belakangnya Mas Delon!""Baik, Bah."Setelah membuka

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 2

    "Perlu kita periksa lagi Mas Hamaz?""Udah ahhh, enggak usah! Perasaan aku enggak enak banget!" cetus Raisa melarang mereka turun lagi. "Kita jalan aja!"Pada akhirnya Hamaz dan Delon sepakat. Meneruskan perjalanan pulang yang penuh hambatan. Jalanan pun tampak lengang. Tak ada satu kendaraan yang terlihat. Hingga hidung Raisa terlihat bergerak-gerak. Seperti sedang mengendus sesuatu. Begitu juga Delon."Kalian bau enggak?" tanya Delon."Udah jalan aja Mas Hamaz!" pinta Raisa.Dalam waktu bersamaan. Tiba-tiba mesin mobil mati lagi."Loh, Mas Hamaz. Kok berhenti?" teriak Raisa."Enggak tau juga nih, Mbak.""Biar aku ganti yang nyetir. Mas capek mungkin," sahut Delon. Keduanya bertukar posisi. Delon pun mencoba untuk menyalakan mobil lagi. Lalu menggeleng mengarah pada Raisa dan Hamaz."Tetep enggak bisa nyala," sahut Delon kesal.Tampak dia mencoba untuk terus menyalakan mobil.

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB

    Tak lama dari kabar Pak Karjo. HP Raisa berdenting. Ada pesan masuk yang langsung dibaca Raisa."Tumben suami Bu Hariyani SMS ya, Mas?""Coba kamu baca, Sa!""Iya, bentar!"Seketika tangan Raisa bergetar hebat. Saat membaca pesan itu.{Assalamualaikum, Mbak Raisa. Kami kabarkan berita duka, bahwa adik kami yang bernama Sunandar telah meninggal dunia. Mohon dimaafkan bila Almarhum mempunyai kesalahan}Raisa hanya bisa terbelalak dan terperangah."Ja-jadi ...?"Ketiganya pun tak menyangka. Bila Sunandarlah yang selama ini telah membunuh Mariana. Dan telah dijadikan Naning sebagai penggantinya."Itulah sebabnya Mbok Yumna mendatanginya. Untuk memperingatkan. Dan dia juga pernah mendatangi gunung ini 'kan?" Raisa mulai mengingat kembali rangkaian cerita yang mereka dapatkan dari sang istri kala itu."Dan dia menjadi sakit. Karena menolak apa yang diperintahkan oleh Naning. Ada kemungkinan memang dia ingin mengak

  • KUKU BU SAPTO   INFO PEMENANG GA

    "Jangan mengganggu! Kami hanya mengantarkan apa yang seharusnya pulang." Suara Hamaz sangat tegas. Terdengar suara tawa yang melengking. Kini, seperti berada di atas kepala mereka. Berputar-putar, membentuk sebuah bayangan kehitaman yang besar. Hamaz bergerak cepat. Dia menyiapkan butiran tasbih yanga masih berada dalam genggaman. "Ikuti langkah saya! Jangan emlihat ke mana-mana!" tegas Hamaz. Langkah Hamaz sedikit aneh. Dia berjalan berbelok-belok. Sesekali meloncat ke kiri dan ke kanan. "Kenapa harus meloncat-loncat dan berbelok-belok?" protes Raisa. Hingga gadis itu tak bisa mengendalikan tubuhnya hingga terjatuh. Bruuukkk! Tubuh Raisa berguling-guling ke bawah, melewati Delon yang terpaku melihatnya. "Aaaaaarghhh!" Saat Delon tersadar. Dia langsung melompat tinggi dan mulai mengejar Raisa. "Raisaaa!" teriak keduanya spontan. Hamaz dan Delon bergerak cepat, mengejar t

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN 2

    "Sekali lagi maafkan kami. Bagaimana dengan benda lain?"Belum sampai ada jawaban. Hamaz sudah mengeluarkan beberapa butiran tasbih yang berada di telapak tangannya. Lalu menunjukkan pada sosok ular itu."Pergilah kalian! Aku tidak ingin benda itu menyentuh sosokku!"Aroma lebus dan anyir semakin kuat melesak rongga hidung mereka bertiga."Bolehkah kami lewat, Nyai?""Baiklah. Pergilah kalian! Andai ini bulan kawin, aku ingin kamu menjadi suami aku, Kang!" ujar wanita siluman itu.Sosok sang ular, terus melihat arah Delon, yang terus menundukkan kepalanya."Jangan, Nyai. Dia sudah tak perjaka lagi. Milik seorang dedemit juga."Kemudian, terdengar suara tawa yang mendesis serta melengking."Baiklah, Kang. Aku lepaskan dia! Walau aku tau dari baunya, dia masih perjaka," ucap siluman ular dengan meliukkan tubuh. Dan akhirnya pergi menghilang."Terima kasih, Nyai!"Seketika Delon bergidik keras. Kedua matanya m

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN

    Suasana semakin bertambah gelap. Kanan kiri jalan kecil, yang mereka lewati, hanya pepohonan lebat. Untunglah penerangan tiga ponsel sangat membantu mereka. Napas ketiganya mulai terengah-engah, menyusuri jalan setapak. Yang sepertinya jarang dilewati. "Mas, berhenti sebentar. Kelihatannya dekat, tapi aku capek banget," ujar Raisa. Mereka pun ikut berhenti dan beristirahat sebenatr. Dalam tas yang dibawa Raisa, dia mengeluarkan sebotol teh yang ternyata yang masih hangat. "Apa itu, Sa?" "Tadi dikasih Bu RT. Ya aku bawa saja 'kan? Lagian perut aku lapar." Hamaz dan Delon mengikuti Raisa yang duduk di bebatuan. Dengan lahap ketiganya makan pisang goreng. Tak ada suara lain, keculai kunyahan mereka. Dan suara binatang malam yang mengiringi malam ini. "Yuk! Kita lanjut!" ajak Hamaz. "Jalan ini betul-betul enggak ada penerangan sama sekali," celetuk Delon. "HPku dah lobat nih." "Kayaknya dikit lagi kok Ma

  • KUKU BU SAPTO   MENEMBUS HUTAN MENUJU GUNUNG K

    Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, menuju gunung K. Tampak Hamaz mengambil alih kemudi. Dia melihat Delon yang amsih sering meringis karena kesaitan. begitu juga dengan Raisa yang tampak kelelahan."Sebenarnya apa yang terjadi di dalam tadi?""Kita hampir mati dibunuh sosok makhluk itu, Mas.""Bagaimana ceritanya?""Tiba-tiba di hadapan kami itu banyak mayat yang bergelantungan. Tepat di atas kita Mas. Akhirnya kita ya lari ke kamar itu.""Kamar belakang?""Iya, Mas Hamaz.""Terus?"Raisa berhenti sebentar. Terkadang dia masih merasakan lehernya yang sakit."Sepertinya lukisan itu, gambar si sosok makhluk wanita iblis itu, Mas Hamaz.""Jadi dia yang menyuguhkan pesugihan pada Bapak Mariman?""Benar, Mas. Kalau penampakan saat normal, emang sangat cantik Mas. Tapi, sebenarnya wajah dia sangat mengerikan. Wajahnya hancur dan rusak. Baunya juga enggak enak lagi.""Menurut Raisa dan Mas Hamaz nih ya.

  • KUKU BU SAPTO   JASAD MARIANA

    Secepat kilat. Abah Harun kembali menyerang, dengan menyambar tubuh Wilujeng dan melemparkannya hingga terpental sangat jauh. Seketika membuat raut wajah wanita itu berubah mengerikan.Bibir yang sobek dari ujung ke ujung, hingga di bawah telinga. Belum lagi aroma busuk yang menguar begitu kuat."Hei!"Sosok itu memutar lehernya hingga menghadap ke arah lelaki itu. Kesempatan baik, tak disia-siakan. Abah Harun langsung melempar tasbih yang tersisa dua di tangannya."Nih, ambil!"Dengan gerakan sangat cepat dan penuh keyakinan. Wilujeng langsung terbang meluncur ke arah Abah Harun. Dengan menyiapkan hantaman maut miliknya."Allahu Akbar!"Terdengar alunan ayat-ayat doa dari bibir Abah Harun yang masih berdiri tenang. Membuat raut wajah Wilujeng mulai memerah, bagai terbakar bara api. Tubuhnya semakin tertekan oleh cengkeraman sinar butiran tasbih yang berada dalam genggaman tangan lelaki itu.Tubuh Wilujeng perlahan mulai

  • KUKU BU SAPTO   PERTEMPURAN - 2

    "Kau tak akan bisa menang melawan aku, Manusia. Ini duniaku. Singgasanaku. Kau mau berbuat apa? Aku pastikan kau akan kalah!!!" seru Nyai Wilujeng dengan keras.Terlihat dari raut wajahnya yang selalu berubah-ubah. Dia sedang dalam keadaan murka.Kilatan cahaya seperti medan arus listrik, tergambar jelas diangkasa. Kian menyambar perbukitan yang ada di sekitar tempat ini."Petir itu akan terus berjalan mengejarmu lelaki tua? Dan, akan menuju arah sini!" ucap wanita itu, senang.Sekilas Abah Harun memeprhatikan gelegar dari petir yang menyambar. Sampai membuat terbakar beberapa titik. Saat Abah Harun berbalik, sosok wanita itu telah menghilang."Hemmm, aku harus mencarinya!"Lelaki paruh baya itu, langsung berlari walau tak mudah di tempat ini. Ilalang yang tingginya, seukuran manusia dewasa. Terasa bagai pagar yang menghalangi langkahnya berlari.Sejenak Abah Harun memejamkan kedua matanya. Dia mencoba untuk melesat sebaga

DMCA.com Protection Status