Home / Thriller / KUKU BU SAPTO / RAISA DITEMUKAN

Share

RAISA DITEMUKAN

Author: Raifiza27
last update Last Updated: 2021-07-12 08:43:57

"Po-pocong itu aku?" Raisa menghadap pada Dian, yang masih ketakutan. Tubuhnya sampai bergetar hebat. "Ja-jadi, pocong itu aku Mbak?" ulang Raisa. Suaranya bagai tercekat. Serak dan tak jelas.

"Pasti Dian salah! Kamu enggak mungkin melihat pocong itu Dian!" bentak Harso tak terima.

Dian pun menangis sesenggukkan. Tak ada yang percaya dengan apa yang dia katakan.

"Saya enggak ngarang, Pak. Saya benar-benar lihat!"

Saat terjadi pedebatan dalam mobil. Delon seperti melihat sebuah bayangan wanita yang melintas. Terlihat dari sorot cahaya lampu kota.

"Kalian lihat itu!" teriak Delon sembari menunjuk arah luar jendela.

"Saya enggak lihat apa-apa," tandas Harso.

"Memangnya Mas Delon lihat apa?" tanya Raisa.

"Ada cewek lewat depan mobil barusan."

Raisa terdiam. Dia teringat pada seseorang yang tadi mengancam dirinya. Dan dalam waktu yang bersamaan. Harso mencoba menginjak gas. Ternyata mobil mulai bergerak dalam kecepatan se

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KUKU BU SAPTO   MENGINAP DI RUMAH RAISA

    Penjelasan yang diberikan Delon. Ternyata tak membuat para tetangga itu langsung pulang. Mereka semakin penasaran. Apa yang telah terjadi?Kasak kusuk tentang Bu Sapto yang kian menghantui semakin santer. Saat malam semnakin larut. Orang-orang pun mulai pulang ke rumah masing-masing.Di ruang belakang yang bersebelahan dengan ruang makan dan dapur. Dian sibuk mebuatkan kopi dan mis instan untuk mereka. Terlihat Raisa sudah bisa menguasai dirinya. Berbeda dengan Harso yang masih syok berat."Mbak Raisa, Bapak sebaiknya beri minum air putih ini biar tenang. Suruh baca-baca doa ya Mbak.""Baik, Mas."Waktu pun menunjukkan pukul satu malam. Momoy sudah terlelap. Begitu juga dengan Harso. Tinggal Raisa dan yang lain. Mereka tengah berbincang mengenai kejadian ini."Mbak, Momoy udah pulas?""Udah, Raisa. Cuman dia tadi sempat cerita. Waktu kita buang bungkusan itu ke tempat pembuangan sampah. Dia keluar rumah. Menurut si Momoy. Di luar itu

    Last Updated : 2021-07-12
  • KUKU BU SAPTO   ANCAMAN PADA DELON

    Delon kembali melihat pada Hamaz."Aku sih terserah sama Mas Hamaz saja, Sa.""Tapi, enggak ada AC di sini Mas Delon.""Aku ini sebelum bantu Papa. Seorang traveler, Sa. Enggak kaget. Jadi, terserah sama Mas Hamaz saja."Hamaz mengangguk tanda sepakat."Kita bermalam di sini saja, Mas. Enggak apa-apa kok."Raisa terlihat senang."Mbak Raisa! Coba lihat Pak Harso di kamar!""Baik, Mas."Segera Raisa bangkit. Dia membuka pintu kamar dan melihat Harso yang sudah terlelap."Alhamdulillah," ucap Raisa berbisik. Lalu gadis itu kembali pada Delon dan Hamaz. Dia dudu sambil bersandar pada dinding. "Sebenarnya ada kejadian lagi, yang bikin aku sampai sekarang masih kepikiran, Mas.""Apa itu, Mbak?""Sewaktu di kuburan. Aku ngelihat seorang wanita. Dia awalnya ngelihat aku terus. Lalu aku deketin lah dia. Apa yang wanita itu bilang?" Raisa menghentikan kalimatnya. Seraya memperhatikan Hamaz dan Delon."

    Last Updated : 2021-07-12
  • KUKU BU SAPTO   DUA SOSOK GADIS

    Karjo terdiam."Tadi sempat saya foto, Mas. Habis telepon saya kirim.""Ya, udah Pak. Kirim sekarang fotonya!"Segera Karjo menutup teleponnya. Tak lama terdengar bunyi pesan masuk. Hamaz dan Raisa yang melihat Delon, tertegun penasaran."Ada apa, Mas Delon?" tanya Raisa tak sabar."Bentar, Sa!"Delon membuka foto yang baru saja dikirim oleh penjaga rumahnya. Dia melihat cermin itu seperti bertuliskan 'Jangan ikut campur!' Kemudian, Delon memperlihatkan pada Raisa dan Hamaz."Jangan ikut campur," desis Raisa."Sepertinya dia juga mengancam Mas Delon.""Padahal dulu, sosok Bu Sapto ini malah minta bantuan untuk diputuskan ikatan pesugihannya. Kenapa sekarang dia maah mengancam?""Ini hanya tipu daya mereka, Mas Delon. Kita harus segera selesaikan semua akan lebih baik. Semoga saja Mbok Yumna mau bekerjasama dengan kita. Dia yang mengetahui sejarah tentang keluarga Bu Sapto. Serta rumah itu!"

    Last Updated : 2021-07-12
  • KUKU BU SAPTO   HARSO TERKEJUT

    Kedua gadis itu hanya terdiam. Lama-lama keduanya mengayunkan kedua tangan. Sembari tersenyum lebar. Lebih tepatnya menyeringai. Dan hanya dalam sekejap, kedua gadis itu sudah berada di balik jendela kamar."Raisaaa ... Raisaaa!""Aaaarghhhh!" Seketika dia menutup mulutnya. Tanpa bisa bergerak, Raisa hanya bisa tercengang melihat dua sosok itu.Namun, tak ada ketakutan. Mereka berdua seperti sedang bersedih. Saat memandang Raisa. Seperti ada yang ingin diungkapkan."Si-siapa kalian ini?""Raisaaa! Tolong ... tolong kami. Tolong ... tolong!"'Ke-kenapa mereka meminta tolong ke aku? Siapa mereka ini? Apa--'Raisa tak meneruskan kalimat dalam hatinya. Dia menolak pikirannya yang membisikkan dua buah nama. Nama yang selalu mengisi kehidupannya. Beberapa hari terakhir belakangan ini. Dua nama yang masih menjadi sebuah misteri."Haaahhh!"Raisa menghela napas panjang. Seraya menggel

    Last Updated : 2021-07-13
  • KUKU BU SAPTO   BAU POCONG

    "Kalau aku behenti, Pak. Mereka akan senang. Karena ini yang mereka inginkan.""Mereka siapa?" Suara Harso terkesan berat. Dia tak mengerti apa yang telah menimpa anak gadisnya ini. "Katakan, Sa! Siapa mereka ini?"Sulit bagi Raisa untuk langsung menceritakan semua. Dia hanya mengambil garis besarnya saja."Katakan, Sa! Siapa mereka ini?" desak Harso penasaran."Mereka adalah orang-orang yang masih meneruskan pesugihan itu Pak. Semenjak Bu Sapto meninggal, ternyata pesugihan itu masih terus berjalan. Dan ini enggak mungkin berjalan dengan sendirinya. Karena ikatan perjanjian itu, komunikasi manusia dengan makhluk alam ghoib."Mendengar celoteh Raisa, anak gadisnya. Yang kian memahami apa yang tengah terjadi. Membuat Harso tertegun dalam waktu sekian detik. Tatap matanya tak beralih sedikit pun dari Raisa."Kalau kamu enggak menghancurkan ikatan pesugihan itu?""Bapak pasti dengar 'kan? Tentang orang-orang yang sering mengalami kecelak

    Last Updated : 2021-07-13
  • KUKU BU SAPTO   RUMAH BU SAPTO MENYERAMKAN

    Setelah kepergian Delon. Raisa menceritakan kejadian tadi malam di luar jendelanya. Tentang dua gadis yang meminta pertolongan padanya."Apa menurut Mas Hamaz itu mereka?""Mariyati dan Marsinah?""I-iya, Mas.""Hemmm ... bisa saja Mbak Raisa.""Yang aku masih penasaran. Siapa sosok wanita semalam yang aku lihat itu, Mas? Dia terlihat seperti manusia menurut aku.""Bagaimana kalau kita ke sana duluan, Mbak Raisa? Aku ingin tahu rumah Bu Sapto terlebih dahulu.""Bisa juga kalau gitu, Mas. Tunggu Raisa mandi dulu kalau gitu."Bergegas Raisa menyambar handuk dan menuju kamar mandi. Satu jam berselang. Raisa sudah bersiap hendak berangkat bersama Hamaz."Mas Delon ini kunci motornya.""Iya, Mbak. berarti ke arah jalan semalam?""Lewat sana juga bisa, tapi mending lewat jalan besar aja, Mas.""Oke."Motor pun mulai melaju menuju ke desa sebelah. Hanya berjarak tiga kilometer. Mereka pun akhirnya sa

    Last Updated : 2021-07-13
  • KUKU BU SAPTO   MENCARI BU AMINAH

    Raisa dan Hamaz memandang wanita itu dengan terperangah."Itu apa cuman Ibu yang dengar dan lihat?""Enggak, Mbak Raisa. Ada orang-orang tertentu yang juga lihat. Biar pun enggak semuanya bisa lihat.""Kalau Ibu sendiri, apa yang biasanya didenger sama dilihat?""Kadang tuh ya. Kalau saya lagi lihat TV, orang rumah yang lain pada tidur. Saya tuh suka intip dari jendela. Maksud hati intip pintu pagar saya, apa udah ketutup. Ehhh ... yang kelihatan malah rumah seberang. Pintu rumahnya sama jendela itu kebuka lebar. Seperti ada orang di dalamnya. Trus, saya juga pernah lihat ada orang duduk di kursi teras depan. Sambil badannya itu, ayun-ayun terus.""Macam duduk di kursi goyang, Bu?""Nah! Betul, Mbak Raisa. Kayak itu, tapi misal kita lagi noleh atau kedip. Kita lihat lagi udah enggak ada.""Bukannya dulu pas saya ke sini itu. Ada pelayan Bu Sapto? Yang wanita sudah tua kalau enggak salah namanya Bu Aminah.""Nah, orang-orang sin

    Last Updated : 2021-07-13
  • KUKU BU SAPTO   SIAPA PENGHUNI RUMAH BU SAPTO (?)

    "Mas Hamaz, kamu lihat seperti ada seorang wanita di dalam enggak? Di belakang jendela yang tadi kainnya tersingkap.""I-iya, Mbak. Aku juga enggak tau, siapa wanita itu. Tapi, dia kelihatan masih muda Mbak. Mungkin seumuran Mbak Raisa."Keduanya saling berpandangan dengan mata yang berserobok."Jangan bilang, Mas! Jangan ... bilang, kalau itu salah satu dari mereka!""Aku juga enggak tahu Mbak Raisa. Hanya sepintas saja. Cuman sosok itu berbeda, dari yang mengintip di samping rumah.""Berbeda? Mas Hamaz yakin?""Sangat yakin."Saat mereka masih sibuk memperhatikan rumah Bu Sapto. Ponsel Hamaz berbunyi."Dari Mas Delon, Mbak. Bentar ya."Segera Hamaz menjawab telepon Delon."Ya, Mas Delon. Ada apa?""Barusan Mbok Yumna kasih kabar lewat sms, Mas. Katanya dia mau berangkat bareng kita, untuk ke rumah Bu Sapto. Jadi aku jemput dia dulu. Ini aku sama Pak Karjo udah berangkat langsung dari kantor ke rumahny

    Last Updated : 2021-07-14

Latest chapter

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 3 ( TAMAT)

    "Minumlah dulu kalian! Biar tenang."Perkataan lelaki itu membuat Raisa mengerutkan dahi."Apa Abah tahu yang menimpa perjalanan kita pulang?"Lelaki itu hanya terkekeh. Lalu dia mengangguk pelan."Kenapa mereka masih mengganggu kita lagi, Bah?""Minumlah dulu. Biar nanti saya cerita."Mereka pun akhirnya minum teh dan kopi yang sudah disediakan. Raisa berulang kali mengembuskan napasnya. Air teh yang diminum serasa mampu membuat tubuhnya yang tadi dingin."Habiskan! Biar kalian lebih tenang. Karena mobil kalian sedang membawa sesuatu yang enggak lombo." (Lombo = tidak wajar)Terutama Raisa dan Delon terperanjat saat mendengar perkataan Abah Harun."Enggak lombo?" ulang Raisa."Iya, Mbak. Kalian ikutlah kemari!"Mereka bertiga mengikuti langkah Abah Harun keluar rumah. Menuju mobil Delon yang ringsek bagian depan."Tolong buka bagian belakangnya Mas Delon!""Baik, Bah."Setelah membuka

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 2

    "Perlu kita periksa lagi Mas Hamaz?""Udah ahhh, enggak usah! Perasaan aku enggak enak banget!" cetus Raisa melarang mereka turun lagi. "Kita jalan aja!"Pada akhirnya Hamaz dan Delon sepakat. Meneruskan perjalanan pulang yang penuh hambatan. Jalanan pun tampak lengang. Tak ada satu kendaraan yang terlihat. Hingga hidung Raisa terlihat bergerak-gerak. Seperti sedang mengendus sesuatu. Begitu juga Delon."Kalian bau enggak?" tanya Delon."Udah jalan aja Mas Hamaz!" pinta Raisa.Dalam waktu bersamaan. Tiba-tiba mesin mobil mati lagi."Loh, Mas Hamaz. Kok berhenti?" teriak Raisa."Enggak tau juga nih, Mbak.""Biar aku ganti yang nyetir. Mas capek mungkin," sahut Delon. Keduanya bertukar posisi. Delon pun mencoba untuk menyalakan mobil lagi. Lalu menggeleng mengarah pada Raisa dan Hamaz."Tetep enggak bisa nyala," sahut Delon kesal.Tampak dia mencoba untuk terus menyalakan mobil.

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB

    Tak lama dari kabar Pak Karjo. HP Raisa berdenting. Ada pesan masuk yang langsung dibaca Raisa."Tumben suami Bu Hariyani SMS ya, Mas?""Coba kamu baca, Sa!""Iya, bentar!"Seketika tangan Raisa bergetar hebat. Saat membaca pesan itu.{Assalamualaikum, Mbak Raisa. Kami kabarkan berita duka, bahwa adik kami yang bernama Sunandar telah meninggal dunia. Mohon dimaafkan bila Almarhum mempunyai kesalahan}Raisa hanya bisa terbelalak dan terperangah."Ja-jadi ...?"Ketiganya pun tak menyangka. Bila Sunandarlah yang selama ini telah membunuh Mariana. Dan telah dijadikan Naning sebagai penggantinya."Itulah sebabnya Mbok Yumna mendatanginya. Untuk memperingatkan. Dan dia juga pernah mendatangi gunung ini 'kan?" Raisa mulai mengingat kembali rangkaian cerita yang mereka dapatkan dari sang istri kala itu."Dan dia menjadi sakit. Karena menolak apa yang diperintahkan oleh Naning. Ada kemungkinan memang dia ingin mengak

  • KUKU BU SAPTO   INFO PEMENANG GA

    "Jangan mengganggu! Kami hanya mengantarkan apa yang seharusnya pulang." Suara Hamaz sangat tegas. Terdengar suara tawa yang melengking. Kini, seperti berada di atas kepala mereka. Berputar-putar, membentuk sebuah bayangan kehitaman yang besar. Hamaz bergerak cepat. Dia menyiapkan butiran tasbih yanga masih berada dalam genggaman. "Ikuti langkah saya! Jangan emlihat ke mana-mana!" tegas Hamaz. Langkah Hamaz sedikit aneh. Dia berjalan berbelok-belok. Sesekali meloncat ke kiri dan ke kanan. "Kenapa harus meloncat-loncat dan berbelok-belok?" protes Raisa. Hingga gadis itu tak bisa mengendalikan tubuhnya hingga terjatuh. Bruuukkk! Tubuh Raisa berguling-guling ke bawah, melewati Delon yang terpaku melihatnya. "Aaaaaarghhh!" Saat Delon tersadar. Dia langsung melompat tinggi dan mulai mengejar Raisa. "Raisaaa!" teriak keduanya spontan. Hamaz dan Delon bergerak cepat, mengejar t

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN 2

    "Sekali lagi maafkan kami. Bagaimana dengan benda lain?"Belum sampai ada jawaban. Hamaz sudah mengeluarkan beberapa butiran tasbih yang berada di telapak tangannya. Lalu menunjukkan pada sosok ular itu."Pergilah kalian! Aku tidak ingin benda itu menyentuh sosokku!"Aroma lebus dan anyir semakin kuat melesak rongga hidung mereka bertiga."Bolehkah kami lewat, Nyai?""Baiklah. Pergilah kalian! Andai ini bulan kawin, aku ingin kamu menjadi suami aku, Kang!" ujar wanita siluman itu.Sosok sang ular, terus melihat arah Delon, yang terus menundukkan kepalanya."Jangan, Nyai. Dia sudah tak perjaka lagi. Milik seorang dedemit juga."Kemudian, terdengar suara tawa yang mendesis serta melengking."Baiklah, Kang. Aku lepaskan dia! Walau aku tau dari baunya, dia masih perjaka," ucap siluman ular dengan meliukkan tubuh. Dan akhirnya pergi menghilang."Terima kasih, Nyai!"Seketika Delon bergidik keras. Kedua matanya m

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN

    Suasana semakin bertambah gelap. Kanan kiri jalan kecil, yang mereka lewati, hanya pepohonan lebat. Untunglah penerangan tiga ponsel sangat membantu mereka. Napas ketiganya mulai terengah-engah, menyusuri jalan setapak. Yang sepertinya jarang dilewati. "Mas, berhenti sebentar. Kelihatannya dekat, tapi aku capek banget," ujar Raisa. Mereka pun ikut berhenti dan beristirahat sebenatr. Dalam tas yang dibawa Raisa, dia mengeluarkan sebotol teh yang ternyata yang masih hangat. "Apa itu, Sa?" "Tadi dikasih Bu RT. Ya aku bawa saja 'kan? Lagian perut aku lapar." Hamaz dan Delon mengikuti Raisa yang duduk di bebatuan. Dengan lahap ketiganya makan pisang goreng. Tak ada suara lain, keculai kunyahan mereka. Dan suara binatang malam yang mengiringi malam ini. "Yuk! Kita lanjut!" ajak Hamaz. "Jalan ini betul-betul enggak ada penerangan sama sekali," celetuk Delon. "HPku dah lobat nih." "Kayaknya dikit lagi kok Ma

  • KUKU BU SAPTO   MENEMBUS HUTAN MENUJU GUNUNG K

    Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, menuju gunung K. Tampak Hamaz mengambil alih kemudi. Dia melihat Delon yang amsih sering meringis karena kesaitan. begitu juga dengan Raisa yang tampak kelelahan."Sebenarnya apa yang terjadi di dalam tadi?""Kita hampir mati dibunuh sosok makhluk itu, Mas.""Bagaimana ceritanya?""Tiba-tiba di hadapan kami itu banyak mayat yang bergelantungan. Tepat di atas kita Mas. Akhirnya kita ya lari ke kamar itu.""Kamar belakang?""Iya, Mas Hamaz.""Terus?"Raisa berhenti sebentar. Terkadang dia masih merasakan lehernya yang sakit."Sepertinya lukisan itu, gambar si sosok makhluk wanita iblis itu, Mas Hamaz.""Jadi dia yang menyuguhkan pesugihan pada Bapak Mariman?""Benar, Mas. Kalau penampakan saat normal, emang sangat cantik Mas. Tapi, sebenarnya wajah dia sangat mengerikan. Wajahnya hancur dan rusak. Baunya juga enggak enak lagi.""Menurut Raisa dan Mas Hamaz nih ya.

  • KUKU BU SAPTO   JASAD MARIANA

    Secepat kilat. Abah Harun kembali menyerang, dengan menyambar tubuh Wilujeng dan melemparkannya hingga terpental sangat jauh. Seketika membuat raut wajah wanita itu berubah mengerikan.Bibir yang sobek dari ujung ke ujung, hingga di bawah telinga. Belum lagi aroma busuk yang menguar begitu kuat."Hei!"Sosok itu memutar lehernya hingga menghadap ke arah lelaki itu. Kesempatan baik, tak disia-siakan. Abah Harun langsung melempar tasbih yang tersisa dua di tangannya."Nih, ambil!"Dengan gerakan sangat cepat dan penuh keyakinan. Wilujeng langsung terbang meluncur ke arah Abah Harun. Dengan menyiapkan hantaman maut miliknya."Allahu Akbar!"Terdengar alunan ayat-ayat doa dari bibir Abah Harun yang masih berdiri tenang. Membuat raut wajah Wilujeng mulai memerah, bagai terbakar bara api. Tubuhnya semakin tertekan oleh cengkeraman sinar butiran tasbih yang berada dalam genggaman tangan lelaki itu.Tubuh Wilujeng perlahan mulai

  • KUKU BU SAPTO   PERTEMPURAN - 2

    "Kau tak akan bisa menang melawan aku, Manusia. Ini duniaku. Singgasanaku. Kau mau berbuat apa? Aku pastikan kau akan kalah!!!" seru Nyai Wilujeng dengan keras.Terlihat dari raut wajahnya yang selalu berubah-ubah. Dia sedang dalam keadaan murka.Kilatan cahaya seperti medan arus listrik, tergambar jelas diangkasa. Kian menyambar perbukitan yang ada di sekitar tempat ini."Petir itu akan terus berjalan mengejarmu lelaki tua? Dan, akan menuju arah sini!" ucap wanita itu, senang.Sekilas Abah Harun memeprhatikan gelegar dari petir yang menyambar. Sampai membuat terbakar beberapa titik. Saat Abah Harun berbalik, sosok wanita itu telah menghilang."Hemmm, aku harus mencarinya!"Lelaki paruh baya itu, langsung berlari walau tak mudah di tempat ini. Ilalang yang tingginya, seukuran manusia dewasa. Terasa bagai pagar yang menghalangi langkahnya berlari.Sejenak Abah Harun memejamkan kedua matanya. Dia mencoba untuk melesat sebaga

DMCA.com Protection Status