Share

BAb 34

"Aku mohon, Bu. Sebentar saja, kok. Nanti sopir yang jemput," ulang Bibik memohon. Aku belum mengeluarkan sepatah kata sebagai jawaban. Pikiranku masih fokus ke Mas Langit.

Mungkin karena lama menunggu, Bibik tampaknya menyerah. Telingaku sempat menangkap seduh lirih sebelum panggilan ditutupnya. Kasihan juga. Tapi, mau diapa. Bukan tak ingin membantu, selain ada yang lebih penting, takut akan semakin menambah masalah.

Saat sedang meletakkan ponsel, tiba-tiba ingatan mengarah ke Anggi. Aku rasa inilah salah satu cara mencari tahu ke mana Mas Langit. Huft, ternyata diriku terlalu cemas, hingga tak bisa berpikir positif. Bisa saja kan Mas Langit pergi dinas atau apalah dalam rangka kerja? Tak sempat mengabari karena sibuk misalnya? Atraksi Mas Rian membuat pikiranku selalu berfikir negatif.

Tanpa menunggu lama, aku menekan tombol panggil ke nomor Anggi. Tidak aktif! Sampai panggilan ke sepuluh, masih sama. Rasa khawatir semakin mendera, kemungkinanya semakin mendekat.

Dengan pesimis aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status