Share

BAB 5

Penulis: Anisah97
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-18 21:18:07

KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU

BAB 5

"Ranti, Ibu ke mana? Di dapur tidak ada, di kamarnya juga tidak ada." Aku bertanya saat adikku sedang memakai kaos kaki.

"Lah, Kakak lupa? Dari dulu Ibu memang tidak ada di rumah kalau pagi," jawab Ranti, sambil mengikat tali sepatunya dan bersiap berangkat sekolah untuk menimba ilmu.

"Duh, kok Ibu jualan lagi? Padahal, Kakak sudah melarang Ibu untuk jualan, apa uang yang Kakak kirim selama ini masih kurang?" ucapku sambil duduk di kursi teras.

"Ranti tidak tahu, Kak. Ranti berangkat sekolah dulu ya? Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsallam, hati-hati di jalan, pulang sekolah nanti Kakak jemput, kita jalan-jalan cari cemilan, tunggu aja di gerbang, oke?"

"Oke, siap!" Ranti pun berlalu, jarak dari rumah ke sekolahnya tidak lah terlalu jauh. Hanya memakan waktu lima belas menit saja.

"Jelita! Mana suamimu yang katanya pengusaha itu? Suruh suamimu keluar biar bisa kenalan sama konglomerat! Ini suamiku namanya Sultan, dia baru pulang tadi malam. Dia ini orang yang super sibuk, dia harus terbang ke sana ke mari untuk melihat perusahaannya. Perusahaannya banyak dan nyata, tidak halu seperti suamimu." Zahra bergelayut manja di lengan laki-laki yang katanya suaminya itu. Suaminya tersenyum genit seraya mengedipkan sebelah matanya menatapku.

"Mana suaminya? Suruh keluar dan bilang kalau Sultan mau berkenalan dengannya." Laki-laki yang menyebutkan namanya itu berdiri tegak sambil membetulkan letak dasinya.

Aku menahan tawa melihatnya. Apa konglomerat gayanya seperti itu? Memakai dasi dan jas kantoran saat berada di rumah.

"Udah, tidak usah melihat suamiku seperti itu, aku tahu kamu terpesona 'kan, Jelita? Aku bilang juga apa, suamiku ini konglomerat, ingat! Konglomerat beda sama suami kamu yang pengusaha, pengusaha halu, ha-ha-ha!" Zahra tertawa keras, suaminya senyam senyum menatapku sambil mengedipkan sebelah matanya lagi.

Aku bergidik geli melihatnya, aku bangkit dari duduk dan berlalu masuk ke dalam rumah. Pagi-pagi sudah mau memancing emosiku saja.

________

"Apa uang kiriman dari kami masih kurang untuk Ibu? Kok Ibu jualan lagi di pasar, Ibu seharusnya istirahat saja, nikmati hari tua dengan duduk di rumah saja, bukan berjualan seperti ini." Mas Ridwan berbicara dan duduk di depan Ibu yang sedang mengeluarkan kue-kue sisa berjualan di pasar. Mas Ridwan terkejut tatkala aku menceritakan padanya, bahwa ibuku masih berjualan kue di pasar.

"Bukan begitu, Nak. Ibu sudah terbiasa bekerja, Nak. Jadi, Ibu merasa bosan kalau harus duduk di rumah saja tanpa bekerja," sahut Ibu sambil menatap kami bergantian.

"Baiklah, kalau begitu, buat warung kecil-kecilan di depan rumah, jadi Ibu tidak perlu repot-repot jalan kaki pergi ke pasar," kata Mas Ridwan memberikan usul.

"Tapi ...."

"Tidak ada tapi-tapi, Bu. Ibu adalah ibuku, ibuku adalah ibunya Jelita. Ridwan akan memperlakukan Ibu dengan baik, seperti Jelita memperlakukan ibuku dengan baik, ibuku pasti akan marah kalau tahu besannya bersusah-payah menjual kue seperti ini, Ibu mau kalau besan Ibu itu memarahiku?" ucap Mas Ridwan.

"Ha-ha-ha, baiklah, baiklah, Ibu nurut saja," sahut Ibu, setelah tertawa pasrah.

"Baiklah, Ibu minta tukang untuk datang dan minta buatkan warung di depan, ini upah untuk tukangnya, minta mereka kerjakan sampai selesai hari ini juga," ucap Mas Ridwan sambil menyerahkan uang kepada Ibu.

Biasanya tukang akan mencari kayu-kayu dan dua papan saja untuk tempat meletakkan kue-kue di atasnya. Seperti saat orang-orang berjualan saat bulan ramadhan.

"Ini banyak, dua ratus ribu saja cukup," kata Ibu, Ibu mengambil dua lembar dan menyerahkan sisanya pada Mas Ridwan kembali.

"Ambil saja untuk, Ibu. Buat tambahan modal untuk bikin kue-kue yang enak ini." Mas Ridwan menolak untuk menerima uangnya kembali.

Aku tersenyum melihatnya, urusan uang. Mas Ridwan tidak pernah pelit dan perhitungan. Mungkin, itu lah sebabnya rezeki Mas Ridwan selalu mengalir deras.

_______

Aku dan Mas Ridwan duduk di teras. Melihat tukang yang sedang membuat warung, sederhana saja. Atapnya hanya menggunakan terpal.

"Pengusaha lagi bikinin mertuanya warung, hidup mis kin pun sok-sokan bikinin mertua warung. Beli dulu sandal yang bagus, baru bikinin mertua warung!" Suara Tante Dira nyaring keras saat berbicara. Resiko rumah berdampingan dengan saudara julid ya begini. Apa-apa selalu dijulidkan.

"Tante iri, ya? Kenapa? Apa karena tidak mampu untuk membuat warung seperti ibuku?" ucapku sambil mengulas senyum, kubuat wajahku terlihat tenang saat bertatapan dengan Tante Dira. Sebenarnya, aku tidak bisa sabar terus menerus kalau berhadapan dengan Tante julidku ini.

"Iri kamu bilang? Ck! Jika Tante mau, sepuluh warung seperti itu pun bisa Sultan buatkan hari ini juga untuk mertuanya ini, tidak level sekali warung seperti itu!" sahut Tante Dira ketus.

"Memang susah ya? Kalau hati sudah penuh dengan rasa iri, setiap melihat orang bahagia dan kehidupannya maju pasti bawaannya iri dan kepanasan," ucap Mas Ridwan. Tentunya sambil berbisik.

"Begitulah, Mas. Sudah tidak diherankan lagi. Saudara ibuku memang seperti ini."

Mas Ridwan tersenyum kecut dan bangkit dari duduknya, lalu masuk ke dalam rumah.

Tin!

Klakson mobil berbunyi saat memasuki halaman rumah Tante Dira. Dari kaca mobil yang tembus pandang, dapat kulihat Zahra melihat ke arah tukang yang sedang fokus memalu paku dipapan.

"Zahra, Sultan, besok bikinin Ibu warung yang lebih besar dari itu, biar mereka tahu kalau menantu Ibu yang konglomerat ini bisa membuatkan warung untuk Ibu juga." Tante Dira berbicara dengan volume suara yang besar. Membuat ibuku yang ada di dapur langsung keluar rumah karena mendengarnya.

"Ada apa lagi?" tanya Ibu. Aku meresponnya dengan mengangkat kedua bahu.

"Tidak perlu lah, Bu. Jangan ikut-ikutan begitu, aku malu kalau punya mertua jualan di warung-warung kecil begitu, apa kata orang nantinya? Suami Zahra yang konglomerat ini, dengan teganya membiarkan mertuanya berjualan di warung kecil, bisa jadi berita buruk nantinya, Bu."

"Kamu dengar itu, Mbak Jeni? Ini baru menantu kaya, yang tidak mendukung kalau mertuanya jualan seperti Mbak Jeni, bukan seperti menantu Mbak Jeni yang ngaku pengusaha, tapi mertuanya dibiarin hidup susah! Pake dibikinin warung pula. Ha-ha-ha!"

"Menantuku tidak seperti yang kamu pikirkan, Dira. Menantuku-"

"Sudah lah, Mbak Jeni! Jangan meninggi-ninggikan masa depan menantumu yang gelap sama seperti anakmu itu, perlihatkan saja aslinya. Untuk apa malu ya, 'kan? Melihat orang punya menantu kaya, malah ingin punya juga menantu kaya. Alhasil malah malu-maluin, pulang kampung sewa mobil biar dipandang kaya, aslinya malah menyedihkan sekali!" ejek Tante Dira, Tante Dira berbicara tanpa memberikan celah sedikit pun untuk ibuku bicara.

"Lagian mana ada pengusaha kaya yang mau sama wanita tamatan SMA? Meng-halunya terlalu berlebihan, pengusaha dan wanita rendahan yang sampai menikah hanya ada di film ikan terbang, kumenangis membayangkan betapa suramnya hidupku ini, ha-ha-ha!" Zahra tertawa sambil bernyanyi mengejekku.

"Masuk lah, Jelita. Jangan dengarkan mereka," ucap Ibu.

"Iya, Bu, tidak ada gunanya kita mendengarkan ocehan mereka. Bisa ikutan tidak waras kalau meladeni mereka terus," sahutku dan membawa langkah masuk ke dalam rumah.

"Madesu baper, ha-ha-ha!" ejek Zahra. Suaranya masih terdengar meski pintu rumah sudah tertutup rapat.

"Rumah Ibu harus kita renovasi, bangun pagar menjulang tinggi biar tidak ada yang bisa melihat ke halaman rumah Ibu lagi," ucap Mas Ridwan. Ternyata, Mas Ridwan duduk di sofa ruang tamu, pasti Mas Ridwan mendengar semuanya.

"Tidak, Nak. Ibu sudah terbiasa dengan ucapan saudara Ibu itu, mereka memang seperti itu." Ibu pasti sungkan kalau rumah ini mau direnovasi.

"Tolong, Ibu jangan menolak keinginan Ridwan, ya?"

"Aku setuju, ini demi kenyamanan kita, Bu." Aku ikut menimpali, dan akhirnya ibuku mengangguk pasrah.

Aku ingin lihat, kira-kira apa reaksi mereka saat melihat rumah ibuku direnovasi?

Pastinya mereka akan semakin julid dan kepanasan saat melihatnya nanti. Pastinya, iya. Duh, aku jadi tidak sabar untuk melihatnya.

BERSAMBUNG...

Bab terkait

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 6

    KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 6Dering ponsel suamiku berbunyi. Mas Ridwan mengangkat panggilannya sambil menghitung uang yang akan kami bawa untuk membeli tanah yang kami lihat kemarin."Perlu berapa, Jhon?" tanya suamiku, aku tidak tahu dari siapa, mungkin saja karyawannya."Maaf, Jhon, bukannya saya tidak mau meminjamkan uangnya, hutangmu yang dulu masih banyak, pakai apa kamu membayarnya nanti kalau kamu mau menambah hutang lagi? Kalau segitu tidak bisa,""Maaf, ya, Jhon, tidak bisa." Suamiku menutup telpon setelah mengucapkan salam."Siapa, Mas?""Jhoni, orang kepercayaan Mas yang mengelola restoran di Bandung, mau meminjam uang, katanya untuk berobat ibunya, Mas tidak bisa memberinya lagi karena sudah hampir seratus juta hutangnya dan belum lunas, tiap gajian mau dipotong bilangnya nanti," jelas Mas Ridwan."Oh." Aku hanya bisa ber'oh saja. Sebab, urusan begitu aku tidak mau ikut campur. Biarlah jadi urusan Mas Ridwan. Mas Ridwan lebih tahu dan bijak dala

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-18
  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 7

    KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 7"Ridwan, jangan, Nak," cegah Ibu, membuat Mas Ridwan menghentikan langkahnya."Mereka harus ditegur, Bu." "Kita tidak punya bukti kalau mereka yang melakukannya," ucap Ibu."Ibu benar, Mas, kita tidak punya bukti, kalau kamu nekad menegur mereka, mereka pasti akan marah dan menyebut kita telah memfitnah mereka," timpalku."Baiklah, Ridwan akan mencari bengkel, kalian tunggu saja di sini, kita akan langsung pergi setelah Ridwan kembali." Aku tersenyum seraya mengangguk cepat._______Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Mas Ridwan kembali juga. Kami pun berangkat menuju langsung ke rumah pemilik tanah tersebut."Tadi saat di bengkel, Mas ketemu dengan teman lama Mas, kebetulan teman Mas itu kepala tukang, jadi setelah membangun restoran nanti, baru lah rumah Ibu direnovasi," ucap Mas Ridwan sambil fokus menyetir mobil."Yang penting, tujuan kalian ingin membuka cabang di sini sudah terlaksanakan, urusan rumah Ibu bisa nanti-nant

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-18
  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 8

    KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 8PoV Author."Astaga, Zita!" Bu Dira berteriak kesenangan dari luar rumah, saat melihat mobil pickup berhenti di depan jalan rumahnya."Zita! Sini cepat keluar!" Kembali Bu Dira memanggil Zita dengan suara yang keras."Astaga, Ibu!" Zita kesal karena suara ibunya membuat anaknya yang berumur delapan bulan itu terbangun dari tidurnya. Harapannya yang ingin ikut rebahan sambil bermain ponsel menjadi sirna seketika."Cepat, Zita! Lelet sekali!""Ada apa sih, Bu? Zita sudah susah payah menidurkan Jihan, Ibu malah teriak-teriak dan membuatnya bangun!" gerutu Zita sambil menyerahkan anaknya pada Bu Dira."Tenang, nanti Ibu yang akan menidurkan cucu Ibu, kamu lihat, itu pasti abang iparmu yang sudah membelikannya untuk kita," ucap Bu Dira seraya menunjuk ke arah jalan."Astaga! Motor? Untuk kita?" Zita berseru dan bertanya dengan binar mata yang bahagia."Kamu suruh mereka turunkan motornya, mereka pasti menunggu kakakmu yang tertinggal

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-18
  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 9

    KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 9"Rindu! Matiin motornya, pagi-pagi sudah bikin orang tidak nyaman mendengar suara berisik dari motor bekasmu itu. Matiin cepat!"Aku yang sedang menikmati teh bersama Mas Ridwan di depan rumah langsung menoleh ke arah rumah Tante Dira. Wanita yang umurnya tidak terlalu jauh dari ibuku itu sedang berkacak pinggang memarahi Rindu yang sedang memanasi motornya.Rindu hanya mencebik tanpa melihat ke arah Tante Dira yang tampak semakin marah."Rindu! Anak kurang ajar, matiin motornya! Memang dasar anak yang tidak punya etika!" teriak Tante Dira."Rindu, matikan motornya," titahku pada adikku itu. Rindu menuruti dan mematikan motornya."Besok-besok jangan gini lagi, mengganggu kenyamanan orang saja! Baru punya motor bekas saja sok nya minta ampun!" sentak Tante Dira."Gini amat ya? Punya saudara yang selalu kepanasan melihat kebahagiaan orang, ini baru beli motor, belum lagi kalau nanti kami beli pesawat, bisa-bisa kepala Tante Dira la

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 10

    KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 10Alhamdulillah, pembangunan tempat usaha baru kami sudah berjalan lima puluh persen, benar kata orang-orang. Kalau ada uang, pasti semuanya berjalan dengan cepat dan lancar.Setelah cukup puas melihat hasil kerja para tukang, kami pun pamit pulang. Tidak lupa beberapa lembar uang merah Mas Ridwan serahkan kepada salah satu dari mereka. Untuk membeli makanan dan minuman supaya mereka lebih semangat lagi untuk bekerja._____"Tadi aku ketemu Tika, dan aku mengundangnya untuk makan malam bersama dengan kita," ucapku sembari mencuci buah dan menatanya dalam tempat buah."Tika?" Kening Mas Ridwan tampak berlipat heran saat menyebut nama Tika, aku mengangguk dan beralih mencuci wortel dan sayuran lainnya."Apa Tika di sini bersama suaminya?" Aku berbalik badan melihat Mas Ridwan."Sepertinya, iya, Mas. Kamu tahu sendiri kan, kalau aku tidak pernah bertatap muka dengan teman kepercayaanmu itu? Tapi ... mungkin saja si Jhoni itu ada di s

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 11

    KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 11"Iya, kamu benar, Jelita. Mas Jhoni pasti sudah bermain api di belakangku, kurang ajar sekali! Siapa wanita yang membuatnya sampai kehilangan arah? Berani-beraninya dia mengabaikan tanggungjawab-nya sebagai seorang suami dan Ayah, awas kamu, Mas Jhoni!" geram Tika, tangannya mengepal kuat bersamaan dengan giginya yang terdengar gemeletuk."Ya, kamu harus selidiki sekarang, kalau terbukti Jhoni berselingkuh, maka saya akan memecatnya dari pekerjaannya saat itu juga!" tegas Mas Ridwan."Kok dipecat sih, Mas? Kasihan anak-anaknya kalau Jhoni tidak bekerja," ucapku."Lebih baik begitu, Jelita, dari pada masih bekerja tapi tanggungjawab dia sebagai suami dan Ayah tidak ada sama sekali, akan kutunggu kepulangannya nanti." Tidak ada kesedihan diwajah Tika saat mengatakan itu. Syukurlah, memang lebih baik begitu daripada menangis dan meratapi nasibnya."Kamu yang sabar, ya? Semoga segala urusanmu cepat terselesaikan," ucapku sambil meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 12

    KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 12PoV Author."Kayaknya, ada aroma-aroma tidak mengenakan nih, kenapa wajahmu cemberut begitu? Tidak punya duit?" Bu Dira bertanya kepada Bu Nur yang tiba-tiba datang dengan raut wajah cemberut."Mbak mau pinjam duit, Mas Gio belum gajian, nanti Mbak ganti kalau Mas Gio sudah gajian," sahut Bu Nur sembari menghempaskan tubuhnya duduk di samping Bu Dira. "Hutang yang kemarin-kemarin saja belum bayar, masa mau minjam lagi, Mbak?" sahut Bu Dira protes."Alah, tidak perlu lah perhitungan begitu, menantumu itu orang kaya, beda dengan menantuku yang hidupnya cuma pas-pasan, ngasih duit saja jarang, menyesal aku merestui pernikahannya dengan Yono dulu," ucap Bu Nur mengeluh, karena menantunya tidak sekaya yang dia inginkan."Sudah nasibmu, Mbak, terima saja," sahut Bu Dira seraya tersenyum kecut melihat Bu Nur."Kamu mau pinjamkan tidak? Kalau tidak mau, aku pinjam sama Mbak Jeni saja, sejak dia jualan kue di rumahnya, sepertinya Mbak J

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 13

    KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 13PoV Author.Mobil yang dikendarai Tika masuk ke dalam halaman rumah Jelita. Jelita yang sengaja menunggu di teras langsung melambaikan tangan ke arahnya."Tika, masuk lah." Jelita cemas saat Tika keluar dari mobil sambil melihat ke arah rumah Bu Dira yang sudah tertutup rapat.Jelita menghela nafas lega saat melihat Tika membawa langkah kaki menuju ke arahnya. Jelita sempat berpikir, kalau Tika akan berlari menuju ke rumah Bu Dira dan melabrak Jhoni dan Zahra di saat adzan magrib tengah berkumandang."Tenang saja, kamu jangan tegang begitu, aku tidak akan mempermalukan diri sendiri hanya karena laki-laki yang tidak bertanggungjawab," ucap Tika.Jelita langsung menggandeng tangan Tika untuk dibawa masuk.___"Biar saya yang pergi ke rumah itu, Pak Ridwan dan Jelita sebaiknya jangan menampakkan diri dulu," ujar Tika."Jhoni tidak mengenalku, aku ikut temani kamu ke sana. Tapi, kamu janji, ya? Jangan bikin keributan," ucap Jelita.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21

Bab terbaru

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   Akhir kebahagiaan

    "Janin kembarnya berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, beratnya normal, semua sehat dan normal, bulan depan jangan lupa datang lagi, ya? Bulan depan sudah bisa ditentukan tanggal berapa operasi sesarnya," ucap Dokter, yang menangani kelahiran anak pertamaku dulu.Dua tahun pernikahanku dengan Mas Azka, aku pikir, aku akan lama hamilnya, seperti hamil Yusuf, yang memakan waktu bertahun-tahun untuk menunggu kehadirannya di dalam rahimku.Mas Azka tidak pernah menanyakan soal anak. Dia sangat perhatian dan pengertian, tidak pernah menuntut dan memaksa keinginan.Sekarang, aku sudah hamil lagi, kehamilan kembar yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan. Mas Azka menggenggam jemariku, mengucap syukur saat aku memberitahu tentang kehamilanku waktu itu."Rumah pasti akan semakin ramai setelah bayi kita lahir," ucap Mas Azka seraya mengusap perutku.Sepulangnya dari rumah sakit, Mas Azka mengajakku untuk singgah di warung pinggir jalan. Warung menjual mie ayam bakso adalah makanan kegem

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 32

    37PoV author."Jadi kapan kalian akan menikah?" tanya ibunya Ranti. Saat Teguh mengantar mereka pulang ke rumah setelah makan malam bersama di rumah eyangnya."Habis lebaran ini, gimana?" sahut Ranti sambil menatap Teguh dari pantulan cermin."Aku ikut saja," kata Teguh sambil fokus menyetir mobil."Iya, habis lebaran ini saja menikahnya, Ibu tidak mau ya? Kalau Teguh bawa kamu ke sana ke sini dengan enaknya, lebih cepat kalian menikah maka lebih baik," sambung ibunya Ranti."Ibu setuju secepat itu karena apa? Apa karena tadi Eyang bilang mobil ini dan rumah tadi adalah milik Teguh?" tanya ayahnya Ranti."Bapak mikir apa? Apa Bapak pikir, Ibu ini mata duitan dan harta gitu? Wajarlah Ibu bersikap seperti tadi, Ibu hanya tidak mau anak kita satu-satunya jatuh ketangan duda kere, makanya Ibu ingin memastikan yang sebenar-benarnya," sahut ibunya Ranti."Jadi, butuh berapa banyak uang untuk membuat pesta pernikahan kami?" tanya Teguh, setelah mobilnya berhenti tepat didepan rumah calon me

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 31

    BAB 36PoV Teguh.Drtt!Ponselku bergetar di atas nakas, aku menggeser tombol hijau untuk menerima. Karena malas memegangnya, aku mengaktifkan pengeras suara. Aku tidak khawatir siapa pun yang mendengarnya, karena hanya aku yang ada di rumah ini."Assalamualaikum, Mas, kamu sibuk?" "Wa'alaikumsallam, tidak, ini lagi rebahan di ranjang." "Baiklah, Mas. Oh, ya, kapan kamu mau memperkenalkan aku dengan keluargamu, Mas?" tanya Ranti, wanita yang sudah kukenal lama dari dunia maya dan kami mulai dekat dalam dua bulan terakhir ini. Setelah memutuskan untuk ketemuan agar kami saling mengenal. Yang pastinya, setelah berpisah dari Marni.Aku berniat ingin menikah lagi, menikah secara resmi. Kesalahan masa lalu tidak akan kuulangi lagi, menikah dibawah tangan tanpa sepengetahuan keluarga."Kalau kamu mau, malam ini juga boleh, kita buka puasa di rumah Eyangku, kalau di rumahku, tidak ada siapa-siapa," jawabku."Baiklah, sore nanti jemput aku ke rumah, aku mau berbuka puasa dengan keluargamu."

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 30

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 30PoV Suci."Apa kalian sudah menemukan ibunya Marni?" tanya Mas Teguh sesaat aku dan Mas Azka baru sampai di lobby rumah sakit."Kami belum menemukannya, menurut informasi dari mantan suaminya dulu, ibunya Marni sudah pindah dari kampungnya, setelah menjual rumah dan tanahnya," jelas Mas Azka sesuai dengan apa yang dikatakan laki-laki yang mengaku mantan suaminya Marni."Kalau tidak salah, namanya Azril," lanjut Mas Azka."Iya, namanya Azril, Mas." Aku membenarkan ucapan Mas Azka."Di mana kalian bertemu dengan Azril?" tanya Mas Teguh, sepertinya Mas Teguh sudah mengenal pria itu, dari pertanyaannya saja sudah bisa kutebak."Di kampung Marni, itu pun ketemunya tidak sengaja, saat kami menanyakan ibunya Marni, kamu sudah kenal?""Ya, aku sudah kenal. Jadi, gimana ini?" tanya Mas Teguh dengan gelisah."Tidak punya cara lain, kita sebar foto Marni ke sosmed, siapa tahu ada tetangga baru ibunya yang melihat postingan itu," usul Azka.

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 29

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 29Teguh bersahur dan berbuka puasa pertama tanpa Bu Sukma, teguh sedih melihat kursi yang selalu Bu Sukma duduki. Sebak di dada Teguh saat mengingat Ibunya yang sudah pergi meninggalkannya.Tiada siapa yang menemaninya sahur dan berbuka puasa. Teguh sendiri menyiapkan segala sesuatu.Sudah beberapa hari ini Teguh tidak pergi ke rumah Azka. Teguh hanya tidak mau menambahkan masalah, bila Ia terus datang ke rumah Azka untuk melihat anak-anaknya.Tok!Tok!Tok!Suara ketukan dan bel berbunyi membuat Teguh urung untuk menyuap nasi ke dalam mulutnya. Entah siapa yang datang disaat hari sudah magrib? Teguh berlalu ke depan untuk membukakan pintu utama."Mas Teguh." "Marni! Ngapain kamu datang ke sini lagi!" bentak Teguh saat melihat Marni sudah berdiri di ambang pintu rumahnya."Mas, bantu aku, aku sudah disiksa sama calon suamiku dan anak buahnya," ucap Marni mengiba kepada Teguh."Kau pergi dari sini! Kita tidak punya urusan apa-apa l

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 28

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 28PoV Author."Sari, kamu masuk dan tolong mandiin Zulaikha, ya, jangan beri Bu Suci melakukan pekerjaan sendirian, saya takut Istri saya sakit karena kecapek'an," ucap Azka pada Sari yang sedang menyirami bunga di teras."Baik, Pak," sahut Sari sambil mematikan keran air dan menggulung selangnya."Oh, ya, Sari. Ini uang, kamu belikan sayur katuk dan ayam kampung ya, katuknya dibening dan ayam kampungnya di sop seperti biasa," pesan Azka pada Sari. Sari mengangguk sambil menerima dua lembar uang merah dari Azka.Azka pernah mendengar dari almarhumah Bu Sukma, bahwa sayur katuk bisa memproduksi Asi lebih banyak, begitu juga dengan sop ayam kampung. Itulah sebabnya, Azka selalu mengusahakan untuk menyediakan makanan itu, ditambah Suci harus menyusui dua anak sekaligus."Sudah mau berangkat kerja, ya, Pak?" tanya Sari. Azka mengangguk dan berlalu untuk pergi ke pabrik."Mbok, Pak Azka perhatian sekali ya, aku kepengen suami seperti pa

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 27

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 27PoV Suci."Masak apa, hm? Bau masakan istriku enak sekali," ucap Mas Azka sambil menarik kursi meja makan. Lalu memperhatikan satu persatu hidangan yang sudah tersedia di atas meja makan."Cumi asam manis sama sop ayam kampung," sahutku. Menu favorit sewaktu Ibu mertuaku masih ada di dunia ini. Aku sangat merindukannya.Aku menyendokkan nasi dan lauk untuknya. Kemudian aku duduk untuk menemaninya makan."Sebelum bulan puasa nanti, kita ziarah ke makam Ibu, ya, Mas." "Iya, Sayang, nanti kita ziarah dan malam bangun sahurnya kita tidur di rumah Eyang, Kok cuma ngeliatin? Nggak ikut makan?""Aku sudah makan, sambil masak sambil makan.""Ini kamu masak sendirian?" "Dibantu sama Sari," jawabku sambil menuangkan air putih untuknya."Jangan kecapek'an, Sayang, Yusuf lagi aktif-aktifnya itu, kamu fokus ke anak kita aja, urusan dapur dan rumah biar menjadi tugas Mbok Nem dan Sari aja," ucap Mas Azka seraya mengusap punggung tanganku.Ob

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 26

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 26PoV Author."Berikan saja anak itu pada ayahnya, aku tidak mau kamu membawa anakmu itu tinggal denganku, kamu tahu sendiri kan, kalau aku tidak mau direpotkan atau mendengarkan suara tangisan anak bayi, kepalaku bisa sakit kalau mendengarnya menangis," ucap Pria yang bernama Danu, yang menjalin hubungan dengan Marni."Bagaimana caranya? Mantan suamiku itu pasti tidak mau bertemu denganku, lalu? Bagaimana caranya aku memberikan anaknya ini." "Tenang saja, sepulang dari rumah sakit, kita ke rumah mantan suamimu, setelah itu, baru kita pergi ke luar kota menemui orang tuaku dan kita menikah di sana," ucap Danu, terdengar meyakinkan namun diiringi dengan senyum miring."Baik." Marni tersenyum senang.________"Rumahnya sepi, sepertinya tidak ada orang," ucap Marni sambil melihat ke arah rumah yang ada di seberang jalan.Rumah yang pernah memberikan kehidupan yang nyaman sewaktu Marni berpura-pura menjadi pembantu."Pintu pagarnya ka

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 25

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 25PoV Teguh.Suara orang terdengar ramai, karena malam ini banyak anak yatim-piatu yang datang. Para tetangga juga datang untuk mendoakan ibuku. Aku memilih berada di dalam kamar. Malas bila harus keluar kamar dan mendengar pembicaraan orang-orang terhadapku.Tok!Tok!Tok!"Teguh, orang-orang sudah pada datang, kamu harus keluar untuk bantu-bantu mengangkat makanannya." Aku menutup kuping ketika mendengar suara Eyang.Aku tetap tidak mau keluar.________"Bawa saja semua yang ada di dalam rumah ini, jangan tinggalkan satu barang apa pun, biar Teguh mencarinya sendiri kalau dia butuh!" Suara Tante Erni terdengar saat aku baru membuka pintu kamar. Semua tamu dan tetangga sudah pulang ke rumah mereka masing-masing."Tidak usah Tante, di rumah kami sudah lengkap semuanya. Kami hanya membawa isi yang ada di dalam kamar Azka dan Suci saja," sahut Azka."Oh, ya? Baguslah kalau begitu, kalau gitu aku mau minta perhiasan Ibu, aku mau menju

DMCA.com Protection Status