KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU
BAB 7"Ridwan, jangan, Nak," cegah Ibu, membuat Mas Ridwan menghentikan langkahnya."Mereka harus ditegur, Bu.""Kita tidak punya bukti kalau mereka yang melakukannya," ucap Ibu."Ibu benar, Mas, kita tidak punya bukti, kalau kamu nekad menegur mereka, mereka pasti akan marah dan menyebut kita telah memfitnah mereka," timpalku."Baiklah, Ridwan akan mencari bengkel, kalian tunggu saja di sini, kita akan langsung pergi setelah Ridwan kembali." Aku tersenyum seraya mengangguk cepat._______Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Mas Ridwan kembali juga. Kami pun berangkat menuju langsung ke rumah pemilik tanah tersebut."Tadi saat di bengkel, Mas ketemu dengan teman lama Mas, kebetulan teman Mas itu kepala tukang, jadi setelah membangun restoran nanti, baru lah rumah Ibu direnovasi," ucap Mas Ridwan sambil fokus menyetir mobil."Yang penting, tujuan kalian ingin membuka cabang di sini sudah terlaksanakan, urusan rumah Ibu bisa nanti-nanti," sahut Ibu."Insyaallah, dalam dua bulan ke depan rumah Ibu sudah harus direnovasi, tidak boleh ditunda-tunda lagi," ucap Mas Ridwan.Setelah banyak berbincang-bincang, akhirnya kami pun sampai di depan rumah pemilik tanah itu. Pak Dito namanya, kedatangan kami disambut dengan baik."Ini, Pak Ridwan pengusaha sukses yang ada di majalah ini 'kan?" Seorang gadis berkacamata keluar dari dalam kamar sambil menunjuk foto Mas Ridwan yang terpampang di majalah."Sepertinya, iya, namanya saja juga Ridwan," timpal istrinya Pak Dito."Wah, ternyata yang ingin membeli tanah kita, adalah Pak Ridwan pengusaha dari Pekanbaru? Memang tidak diragukan lagi, tanah yang akan dibeli adalah tempat yang paling strategis untuk membuka usaha," sambung Pak Dito dengan semangat."Kita foto-foto dulu, Sindi mau mempostingnya di Facebo*k, pasti banyak yang komentar karena Sindi berfoto dengan seorang pengusaha sukses!"Atas permintaan gadis bernama Sindi itu, kami semua pun berfoto dan terakhir Mas Ridwan befoto selfie dengan Sindi. Aku tidak menyangka kalau foto suamiku ada di majalah, ke mana saja aku selama ini?"Kalau Sindi sudah lulus sekolah, nanti terima aku untuk kerja di restoran Pak Ridwan, ya? Sindi suka masak, jadi melamar jadi tukang masak di dapur saja," ucap Sindi. Gadis seusia Ranti itu sangat ramah dan sopan. Baru bertemu saja sudah seperti kenal lama."Sudah, kamu bawa temanmu ngobrol di depan, dari tadi nyerocos saja kerjaanmu." Sindi terkekeh kecil menanggapi ucapan ibunya, lalu membawa adikku Ranti dan Rindu menuju teras."Jadi, berapa harga tanah yang dijual itu, Pak?" tanya Mas Ridwan."Delapan puluh juta," jawabnya. Laki-laki yang sudah ditumbuhi rambut putih itu pun meminta istrinya untuk mengambil surat tanah di dalam kamarnya.Kulihat Mas Ridwan tampak terkejut saat mendengar harganya."Kenapa murah sekali?" tanya suamiku. Aku pikir dia terkejut karena mahal, ternyata terkejut karena harganya murah."Biar cepat laku saja, karena sudah ada beberapa orang yang datang menanyakan harga, setelah dikasih tahu harga awal, semua jadi mundur teratur, jadi dengan kamu, Bapak jual delapan puluh juta saja," jelas Pak Dito."Saya beli dengan harga awal," ucap Mas Ridwan cepat."Tapi, harga awalnya seratus juta, Nak.""Iya, saya beli harga segitu," ucap Mas Ridwan. Pak Dito langsung mengucap syukur sambil berdo'a untuk kesehatan dan kelancaran rezeki Mas Ridwan."Aamiin, do'a yang sama untuk Bapak Dito sekeluarga," kata Mas Ridwan.Setelah melihat keaslian surat tanah, kami pun mau pamit undur diri. Beberapa langkah lagi tanah itu akan resmi menjadi milik Mas Ridwan."Ini ada dodol sama kue nastar, bawa pulang ya? Di terima jangan ditolak," ucap istrinya Pak Dito."Terima kasih, maaf kalau kedatangan kami merepotkan." Ibu menerima bungkusan pemberian dari istrinya Pak Dito.Aku suka dengan keluarga ini, baik dan sangat ramah sekali. Kalau saudara ibuku seperti ini, alangkah indahnya dunia ini._______Sepulangnya dari rumah Pak Dito. Kami mampir ke toko dealer motor."Mau ngapain ke sini?" tanya Ibu padaku."Mas Ridwan mau membelikan Rindu motor, Bu," jawabku sambil mengikuti langkah Mas Ridwan yang sedang mengitari motor.Ibu menahan langkahku."Jelita, bilang sama Ridwan, jangan seperti ini, Ibu tidak enak hati kalau suamimu sampai habis-habisan di sini, kalian juga perlu uang, Nak," ucap Ibu yang merasa tidak enak hati atas perlakuan baik Mas Ridwan kepada anak-anaknya ini."Bu, Mas Ridwan tidak mungkin membelinya kalau tidak memiliki rezeki yang lebih, Ibu jangan khawatir.""Kalau seperti ini, Tante Dira, Tante Nur dan semuanya akan tahu yang sebenarnya, Ibu takut kalau mereka akan meminjam uang dan kemudian membuat persoalan yang tidak diinginkan, ditambah Ridwan ini orangnya sangat baik, kamu masih ingat 'kan? Hutang mereka dengan almarhum ayahmu saja tidak dibayar hingga sekarang," terang Ibu."Mas Ridwan tidak sama seperti Ayah, Bu. Percayalah," ucapku."Rindu, sini, kamu pilih mau motor yang mana?" tanya Mas Ridwan setelah memanggil Rindu untuk mendekat ke arahnya.Rindu mendekatiku seraya berkata. "Kak, ini beneran? Bukan prank, 'kan?" Rindu tampak ragu, mungkin Rindu tidak percaya. Mas Ridwan yang katanya cuek dan pendiam itu mau membelikannya motor baru."Pergi lah, pilih motornya, kesempatan tidak datang dua kali, pergi sana cepat!""Ya ampun, ini beneran? Ya Allah, mimpi apa aku tadi malam?" Rindu memelukku erat sejenak, lalu pergi melangkah menuju ke arah Mas Ridwan.Motor Vario keluaran terbaru pun menjadi pilihan Rindu. Rindu langsung menaikinya seraya mengucapkan syukur dan terima kasih kepada abang iparnya itu.Mas Ridwan langsung membayar uang tunai kepada pemilik toko motor. Syukurlah, tidak ada drama seperti saat aku ingin membeli sepatu bayi waktu itu."Tolong antar ke alamat ini, ya, Mas?" pinta Mas Ridwan."Agak sorean dikit tidak apa-apa ya, Mas? Kalau supir yang mengantarnya sudah datang, akan segera kami antar ke alamatnya." Mas Ridwan mengangguk menanggapi.Keluarnya dari toko dealer motor, kami pun berpapasan dengan Zahra. Zahra langsung melengos membuang pandangan tanpa melihat ke arahku.Langkahnya langsung masuk ke dalam toko emas yang tidak jauh dari dealer motor.Bagus lah, seperti itu lebih baik dari pada bertegur sapa, yang ujung-ujungnya pasti menghina dan meremehkanku."Mas Sultan lama banget narik uangnya, katanya mau beliin aku cincin emas, apa mungkin narik uangnya banyak? Sepertinya begitu, makanya lama!" ucap Zahra.Volume suaranya seperti sengaja diperbesar agar kami ikut mendengarnya."Mau beli? Ayo." Mas Ridwan ingin mengajakku untuk masuk ke toko emas."Aih, masih banyak urusan lain. Nanti saja buat dia semakin kepanasan."Aku dan Mas Ridwan terkekeh geli. Kami pun kembali masuk ke dalam mobil menuju arah pulang.BERSAMBUNG...KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 8PoV Author."Astaga, Zita!" Bu Dira berteriak kesenangan dari luar rumah, saat melihat mobil pickup berhenti di depan jalan rumahnya."Zita! Sini cepat keluar!" Kembali Bu Dira memanggil Zita dengan suara yang keras."Astaga, Ibu!" Zita kesal karena suara ibunya membuat anaknya yang berumur delapan bulan itu terbangun dari tidurnya. Harapannya yang ingin ikut rebahan sambil bermain ponsel menjadi sirna seketika."Cepat, Zita! Lelet sekali!""Ada apa sih, Bu? Zita sudah susah payah menidurkan Jihan, Ibu malah teriak-teriak dan membuatnya bangun!" gerutu Zita sambil menyerahkan anaknya pada Bu Dira."Tenang, nanti Ibu yang akan menidurkan cucu Ibu, kamu lihat, itu pasti abang iparmu yang sudah membelikannya untuk kita," ucap Bu Dira seraya menunjuk ke arah jalan."Astaga! Motor? Untuk kita?" Zita berseru dan bertanya dengan binar mata yang bahagia."Kamu suruh mereka turunkan motornya, mereka pasti menunggu kakakmu yang tertinggal
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 9"Rindu! Matiin motornya, pagi-pagi sudah bikin orang tidak nyaman mendengar suara berisik dari motor bekasmu itu. Matiin cepat!"Aku yang sedang menikmati teh bersama Mas Ridwan di depan rumah langsung menoleh ke arah rumah Tante Dira. Wanita yang umurnya tidak terlalu jauh dari ibuku itu sedang berkacak pinggang memarahi Rindu yang sedang memanasi motornya.Rindu hanya mencebik tanpa melihat ke arah Tante Dira yang tampak semakin marah."Rindu! Anak kurang ajar, matiin motornya! Memang dasar anak yang tidak punya etika!" teriak Tante Dira."Rindu, matikan motornya," titahku pada adikku itu. Rindu menuruti dan mematikan motornya."Besok-besok jangan gini lagi, mengganggu kenyamanan orang saja! Baru punya motor bekas saja sok nya minta ampun!" sentak Tante Dira."Gini amat ya? Punya saudara yang selalu kepanasan melihat kebahagiaan orang, ini baru beli motor, belum lagi kalau nanti kami beli pesawat, bisa-bisa kepala Tante Dira la
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 10Alhamdulillah, pembangunan tempat usaha baru kami sudah berjalan lima puluh persen, benar kata orang-orang. Kalau ada uang, pasti semuanya berjalan dengan cepat dan lancar.Setelah cukup puas melihat hasil kerja para tukang, kami pun pamit pulang. Tidak lupa beberapa lembar uang merah Mas Ridwan serahkan kepada salah satu dari mereka. Untuk membeli makanan dan minuman supaya mereka lebih semangat lagi untuk bekerja._____"Tadi aku ketemu Tika, dan aku mengundangnya untuk makan malam bersama dengan kita," ucapku sembari mencuci buah dan menatanya dalam tempat buah."Tika?" Kening Mas Ridwan tampak berlipat heran saat menyebut nama Tika, aku mengangguk dan beralih mencuci wortel dan sayuran lainnya."Apa Tika di sini bersama suaminya?" Aku berbalik badan melihat Mas Ridwan."Sepertinya, iya, Mas. Kamu tahu sendiri kan, kalau aku tidak pernah bertatap muka dengan teman kepercayaanmu itu? Tapi ... mungkin saja si Jhoni itu ada di s
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 11"Iya, kamu benar, Jelita. Mas Jhoni pasti sudah bermain api di belakangku, kurang ajar sekali! Siapa wanita yang membuatnya sampai kehilangan arah? Berani-beraninya dia mengabaikan tanggungjawab-nya sebagai seorang suami dan Ayah, awas kamu, Mas Jhoni!" geram Tika, tangannya mengepal kuat bersamaan dengan giginya yang terdengar gemeletuk."Ya, kamu harus selidiki sekarang, kalau terbukti Jhoni berselingkuh, maka saya akan memecatnya dari pekerjaannya saat itu juga!" tegas Mas Ridwan."Kok dipecat sih, Mas? Kasihan anak-anaknya kalau Jhoni tidak bekerja," ucapku."Lebih baik begitu, Jelita, dari pada masih bekerja tapi tanggungjawab dia sebagai suami dan Ayah tidak ada sama sekali, akan kutunggu kepulangannya nanti." Tidak ada kesedihan diwajah Tika saat mengatakan itu. Syukurlah, memang lebih baik begitu daripada menangis dan meratapi nasibnya."Kamu yang sabar, ya? Semoga segala urusanmu cepat terselesaikan," ucapku sambil meny
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 12PoV Author."Kayaknya, ada aroma-aroma tidak mengenakan nih, kenapa wajahmu cemberut begitu? Tidak punya duit?" Bu Dira bertanya kepada Bu Nur yang tiba-tiba datang dengan raut wajah cemberut."Mbak mau pinjam duit, Mas Gio belum gajian, nanti Mbak ganti kalau Mas Gio sudah gajian," sahut Bu Nur sembari menghempaskan tubuhnya duduk di samping Bu Dira. "Hutang yang kemarin-kemarin saja belum bayar, masa mau minjam lagi, Mbak?" sahut Bu Dira protes."Alah, tidak perlu lah perhitungan begitu, menantumu itu orang kaya, beda dengan menantuku yang hidupnya cuma pas-pasan, ngasih duit saja jarang, menyesal aku merestui pernikahannya dengan Yono dulu," ucap Bu Nur mengeluh, karena menantunya tidak sekaya yang dia inginkan."Sudah nasibmu, Mbak, terima saja," sahut Bu Dira seraya tersenyum kecut melihat Bu Nur."Kamu mau pinjamkan tidak? Kalau tidak mau, aku pinjam sama Mbak Jeni saja, sejak dia jualan kue di rumahnya, sepertinya Mbak J
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 13PoV Author.Mobil yang dikendarai Tika masuk ke dalam halaman rumah Jelita. Jelita yang sengaja menunggu di teras langsung melambaikan tangan ke arahnya."Tika, masuk lah." Jelita cemas saat Tika keluar dari mobil sambil melihat ke arah rumah Bu Dira yang sudah tertutup rapat.Jelita menghela nafas lega saat melihat Tika membawa langkah kaki menuju ke arahnya. Jelita sempat berpikir, kalau Tika akan berlari menuju ke rumah Bu Dira dan melabrak Jhoni dan Zahra di saat adzan magrib tengah berkumandang."Tenang saja, kamu jangan tegang begitu, aku tidak akan mempermalukan diri sendiri hanya karena laki-laki yang tidak bertanggungjawab," ucap Tika.Jelita langsung menggandeng tangan Tika untuk dibawa masuk.___"Biar saya yang pergi ke rumah itu, Pak Ridwan dan Jelita sebaiknya jangan menampakkan diri dulu," ujar Tika."Jhoni tidak mengenalku, aku ikut temani kamu ke sana. Tapi, kamu janji, ya? Jangan bikin keributan," ucap Jelita.
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 14"Sepertinya, sudah seminggu tanpa suara Tante Dira, ke mana dia?" tanya Mas Ridwan sembari melihatku mengupas kulit bawang."Aku tidak tahu, Mas. Biarin saja, dengan begitu hidup kita akan damai dan tentram." sahutku."Kalian membicarakan siapa?" tanya ibu mertuaku."Tetangga sebelah rumah, Bu. Adiknya ibu mertuaku, selama aku tinggal di sini, suaranya selalu menemani kami setiap hari, penuh dengan keramahan pokoknya," jelas Mas Ridwan, seraya mengulum senyum."Oh, ya? Bagus dong kalau begitu, itu artinya keluarga istrimu ramah-tamah. Tapi, selama Ibu di sini, kenapa adik ibumu itu tidak pernah datang? Ibu ingin sekali berkenalan dengannya, siapa tahu suatu hari nanti dia tersesat ke kampung kita. Ibu kan bisa menolongnya karena sudah kenal." Ibu mertuaku berujar.Ini lah ibu mertuaku, dia sangat ramah dan suka berbicara. Siapa pun yang datang ke rumahnya, pastinya akan diterima dengan baik dan akan dijamu dengan banyaknya makan
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 15PoV Author."Selamat siang, Pak, syukurlah, akhirnya Pak Ridwan datang juga ke Bandung." ucap salah satu karyawan Ridwan yang ditugaskan khusus menjaga kasir. "Ada yang ingin saya katakan pada, Pak Ridwan," katanya sembari berbisik.Gadis berkacamata itu menoleh ke kiri dan ke kanan. Untuk memastikan tidak ada seorangpun yang melihatnya sedang berbicara dengan bosnya."Ada apa, Monika?" tanya Ridwan sambil menyapu pandangan keseluruhan sudut restoran yang setiap mejanya hampir penuh dengan para pengunjung, yang sedang menikmati makan siang.'Pengunjungnya ramai, kenapa Jhoni mengatakan bahwa restoran ini sepi? Memang benar-benar ada yang tidak beres di sini.' batin Ridwan."Pak, gaji saya dan teman-teman lainnya belum dibayar dua bulan. Pak Jhoni bilang, kalau gaji kami akan dibayar bulan depan, sedangkan saya dan teman-teman yang lainnya sangat membutuhkan. Ada juga yang ingin berhenti bekerja kalau Pak Jhoni tidak membayar gaj
"Janin kembarnya berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, beratnya normal, semua sehat dan normal, bulan depan jangan lupa datang lagi, ya? Bulan depan sudah bisa ditentukan tanggal berapa operasi sesarnya," ucap Dokter, yang menangani kelahiran anak pertamaku dulu.Dua tahun pernikahanku dengan Mas Azka, aku pikir, aku akan lama hamilnya, seperti hamil Yusuf, yang memakan waktu bertahun-tahun untuk menunggu kehadirannya di dalam rahimku.Mas Azka tidak pernah menanyakan soal anak. Dia sangat perhatian dan pengertian, tidak pernah menuntut dan memaksa keinginan.Sekarang, aku sudah hamil lagi, kehamilan kembar yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan. Mas Azka menggenggam jemariku, mengucap syukur saat aku memberitahu tentang kehamilanku waktu itu."Rumah pasti akan semakin ramai setelah bayi kita lahir," ucap Mas Azka seraya mengusap perutku.Sepulangnya dari rumah sakit, Mas Azka mengajakku untuk singgah di warung pinggir jalan. Warung menjual mie ayam bakso adalah makanan kegem
37PoV author."Jadi kapan kalian akan menikah?" tanya ibunya Ranti. Saat Teguh mengantar mereka pulang ke rumah setelah makan malam bersama di rumah eyangnya."Habis lebaran ini, gimana?" sahut Ranti sambil menatap Teguh dari pantulan cermin."Aku ikut saja," kata Teguh sambil fokus menyetir mobil."Iya, habis lebaran ini saja menikahnya, Ibu tidak mau ya? Kalau Teguh bawa kamu ke sana ke sini dengan enaknya, lebih cepat kalian menikah maka lebih baik," sambung ibunya Ranti."Ibu setuju secepat itu karena apa? Apa karena tadi Eyang bilang mobil ini dan rumah tadi adalah milik Teguh?" tanya ayahnya Ranti."Bapak mikir apa? Apa Bapak pikir, Ibu ini mata duitan dan harta gitu? Wajarlah Ibu bersikap seperti tadi, Ibu hanya tidak mau anak kita satu-satunya jatuh ketangan duda kere, makanya Ibu ingin memastikan yang sebenar-benarnya," sahut ibunya Ranti."Jadi, butuh berapa banyak uang untuk membuat pesta pernikahan kami?" tanya Teguh, setelah mobilnya berhenti tepat didepan rumah calon me
BAB 36PoV Teguh.Drtt!Ponselku bergetar di atas nakas, aku menggeser tombol hijau untuk menerima. Karena malas memegangnya, aku mengaktifkan pengeras suara. Aku tidak khawatir siapa pun yang mendengarnya, karena hanya aku yang ada di rumah ini."Assalamualaikum, Mas, kamu sibuk?" "Wa'alaikumsallam, tidak, ini lagi rebahan di ranjang." "Baiklah, Mas. Oh, ya, kapan kamu mau memperkenalkan aku dengan keluargamu, Mas?" tanya Ranti, wanita yang sudah kukenal lama dari dunia maya dan kami mulai dekat dalam dua bulan terakhir ini. Setelah memutuskan untuk ketemuan agar kami saling mengenal. Yang pastinya, setelah berpisah dari Marni.Aku berniat ingin menikah lagi, menikah secara resmi. Kesalahan masa lalu tidak akan kuulangi lagi, menikah dibawah tangan tanpa sepengetahuan keluarga."Kalau kamu mau, malam ini juga boleh, kita buka puasa di rumah Eyangku, kalau di rumahku, tidak ada siapa-siapa," jawabku."Baiklah, sore nanti jemput aku ke rumah, aku mau berbuka puasa dengan keluargamu."
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 30PoV Suci."Apa kalian sudah menemukan ibunya Marni?" tanya Mas Teguh sesaat aku dan Mas Azka baru sampai di lobby rumah sakit."Kami belum menemukannya, menurut informasi dari mantan suaminya dulu, ibunya Marni sudah pindah dari kampungnya, setelah menjual rumah dan tanahnya," jelas Mas Azka sesuai dengan apa yang dikatakan laki-laki yang mengaku mantan suaminya Marni."Kalau tidak salah, namanya Azril," lanjut Mas Azka."Iya, namanya Azril, Mas." Aku membenarkan ucapan Mas Azka."Di mana kalian bertemu dengan Azril?" tanya Mas Teguh, sepertinya Mas Teguh sudah mengenal pria itu, dari pertanyaannya saja sudah bisa kutebak."Di kampung Marni, itu pun ketemunya tidak sengaja, saat kami menanyakan ibunya Marni, kamu sudah kenal?""Ya, aku sudah kenal. Jadi, gimana ini?" tanya Mas Teguh dengan gelisah."Tidak punya cara lain, kita sebar foto Marni ke sosmed, siapa tahu ada tetangga baru ibunya yang melihat postingan itu," usul Azka.
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 29Teguh bersahur dan berbuka puasa pertama tanpa Bu Sukma, teguh sedih melihat kursi yang selalu Bu Sukma duduki. Sebak di dada Teguh saat mengingat Ibunya yang sudah pergi meninggalkannya.Tiada siapa yang menemaninya sahur dan berbuka puasa. Teguh sendiri menyiapkan segala sesuatu.Sudah beberapa hari ini Teguh tidak pergi ke rumah Azka. Teguh hanya tidak mau menambahkan masalah, bila Ia terus datang ke rumah Azka untuk melihat anak-anaknya.Tok!Tok!Tok!Suara ketukan dan bel berbunyi membuat Teguh urung untuk menyuap nasi ke dalam mulutnya. Entah siapa yang datang disaat hari sudah magrib? Teguh berlalu ke depan untuk membukakan pintu utama."Mas Teguh." "Marni! Ngapain kamu datang ke sini lagi!" bentak Teguh saat melihat Marni sudah berdiri di ambang pintu rumahnya."Mas, bantu aku, aku sudah disiksa sama calon suamiku dan anak buahnya," ucap Marni mengiba kepada Teguh."Kau pergi dari sini! Kita tidak punya urusan apa-apa l
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 28PoV Author."Sari, kamu masuk dan tolong mandiin Zulaikha, ya, jangan beri Bu Suci melakukan pekerjaan sendirian, saya takut Istri saya sakit karena kecapek'an," ucap Azka pada Sari yang sedang menyirami bunga di teras."Baik, Pak," sahut Sari sambil mematikan keran air dan menggulung selangnya."Oh, ya, Sari. Ini uang, kamu belikan sayur katuk dan ayam kampung ya, katuknya dibening dan ayam kampungnya di sop seperti biasa," pesan Azka pada Sari. Sari mengangguk sambil menerima dua lembar uang merah dari Azka.Azka pernah mendengar dari almarhumah Bu Sukma, bahwa sayur katuk bisa memproduksi Asi lebih banyak, begitu juga dengan sop ayam kampung. Itulah sebabnya, Azka selalu mengusahakan untuk menyediakan makanan itu, ditambah Suci harus menyusui dua anak sekaligus."Sudah mau berangkat kerja, ya, Pak?" tanya Sari. Azka mengangguk dan berlalu untuk pergi ke pabrik."Mbok, Pak Azka perhatian sekali ya, aku kepengen suami seperti pa
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 27PoV Suci."Masak apa, hm? Bau masakan istriku enak sekali," ucap Mas Azka sambil menarik kursi meja makan. Lalu memperhatikan satu persatu hidangan yang sudah tersedia di atas meja makan."Cumi asam manis sama sop ayam kampung," sahutku. Menu favorit sewaktu Ibu mertuaku masih ada di dunia ini. Aku sangat merindukannya.Aku menyendokkan nasi dan lauk untuknya. Kemudian aku duduk untuk menemaninya makan."Sebelum bulan puasa nanti, kita ziarah ke makam Ibu, ya, Mas." "Iya, Sayang, nanti kita ziarah dan malam bangun sahurnya kita tidur di rumah Eyang, Kok cuma ngeliatin? Nggak ikut makan?""Aku sudah makan, sambil masak sambil makan.""Ini kamu masak sendirian?" "Dibantu sama Sari," jawabku sambil menuangkan air putih untuknya."Jangan kecapek'an, Sayang, Yusuf lagi aktif-aktifnya itu, kamu fokus ke anak kita aja, urusan dapur dan rumah biar menjadi tugas Mbok Nem dan Sari aja," ucap Mas Azka seraya mengusap punggung tanganku.Ob
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 26PoV Author."Berikan saja anak itu pada ayahnya, aku tidak mau kamu membawa anakmu itu tinggal denganku, kamu tahu sendiri kan, kalau aku tidak mau direpotkan atau mendengarkan suara tangisan anak bayi, kepalaku bisa sakit kalau mendengarnya menangis," ucap Pria yang bernama Danu, yang menjalin hubungan dengan Marni."Bagaimana caranya? Mantan suamiku itu pasti tidak mau bertemu denganku, lalu? Bagaimana caranya aku memberikan anaknya ini." "Tenang saja, sepulang dari rumah sakit, kita ke rumah mantan suamimu, setelah itu, baru kita pergi ke luar kota menemui orang tuaku dan kita menikah di sana," ucap Danu, terdengar meyakinkan namun diiringi dengan senyum miring."Baik." Marni tersenyum senang.________"Rumahnya sepi, sepertinya tidak ada orang," ucap Marni sambil melihat ke arah rumah yang ada di seberang jalan.Rumah yang pernah memberikan kehidupan yang nyaman sewaktu Marni berpura-pura menjadi pembantu."Pintu pagarnya ka
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 25PoV Teguh.Suara orang terdengar ramai, karena malam ini banyak anak yatim-piatu yang datang. Para tetangga juga datang untuk mendoakan ibuku. Aku memilih berada di dalam kamar. Malas bila harus keluar kamar dan mendengar pembicaraan orang-orang terhadapku.Tok!Tok!Tok!"Teguh, orang-orang sudah pada datang, kamu harus keluar untuk bantu-bantu mengangkat makanannya." Aku menutup kuping ketika mendengar suara Eyang.Aku tetap tidak mau keluar.________"Bawa saja semua yang ada di dalam rumah ini, jangan tinggalkan satu barang apa pun, biar Teguh mencarinya sendiri kalau dia butuh!" Suara Tante Erni terdengar saat aku baru membuka pintu kamar. Semua tamu dan tetangga sudah pulang ke rumah mereka masing-masing."Tidak usah Tante, di rumah kami sudah lengkap semuanya. Kami hanya membawa isi yang ada di dalam kamar Azka dan Suci saja," sahut Azka."Oh, ya? Baguslah kalau begitu, kalau gitu aku mau minta perhiasan Ibu, aku mau menju