Share

Bab 11

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-24 07:15:19

“Jodoh dan kematian itu rahasia Allah, Va. Ibu juga harap Bapak panjang umur. Hanya saja, Bapak ingin jaga-jaga, takutnya umurnya di ambil dalam waktu dekat. Dia ingin melihat kamu menikah. Hmmm … andai kamu setuju, Bapak akan terima pinangan untukmu. Insya Allah besok orang tuanya datang ke rumah. Orangnya mapan, tampan dan pastinya bisnisannya banyak. Usianya juga sudah matang dan keluarganya sangat mendukungnya untuk meminang kamu, Va.”

Aku menelan saliva. Kini yang hadir adalah dilemma. Kutatap wajah Ibu, lantas kulontarkan tanya, “Apakah Diva kenal siapa dia, Bu? Apa boleh penjajakkan dulu dan gak usah nikah dulu?” tanyaku.

Anggukan kepala dari Ibu akhirnya membuatku sedikit lega. Setidaknya, kami hanya saling berkenalan. Jika cocok lanjutkan, tetapi jika tidak maka gak akan dipaksakan. Lagi pula, aku masih baru daftar kuliah. Bahkan perkuliahannya pun belum di mulai.

Obrolan yang tengah serius ini, terganggu oleh kedatangan Putri. Wajahnya yang tampak lelah menatap Ibu.

“Bu,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Andi Andriani
Ceritanya menarik kak,,alurnya bagus. bahasa yg simple. minim typo. dan bikin reader penasaran utk membaca kelanjutannya. Semangat ya kak nulisnya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 12

    “Ahm, siapa mereka, Va?” Kudengar Mas Imam bertanya.Aku belum menjawab ketika suara Pak Rafael mengucap salam, membuatku lebih memilih menjawab salam Pak Rafael dari pada menjawab pertanyaan Mas Imam.“Tumbenan pada rombongan Bu Ida? Mau ada perlu sama Ibu, ya?” tukasku seraya menyalami mereka. Bukan hanya basa-basi, tetapi memang heran juga atas kedatangannya yang tak biasa.“Iya, Va. Sama kamu juga. Ibunya ada?” Bu Faridah tersenyum lembut dan menepuk-nepuk bahuku.“Ibu lagi ke depan bentar, tunggu di dalam saja. Mari masuk!” Aku mempersilakan mereka.Mas Imam pun tak tinggal diam. Dia mengekor di belakangku, setelah berbasa-basi juga dan menyalami mereka satu per satu. “Pak Rafael dan keluarga ada perlu sama Ibu dan Bapak, ya? Mari duduk dulu saja, Ibu baru keluar, kalau Bapak sih ada, tapi paling masih tiduran.” Mas Imam tampak SKSD. Dia sibuk menggelar tikar yang tadi sudah aku siapkan untuk tamu Ibu nanti siang. Eh, ternyata pagi juga ada tamu yang datang.“Makasih, Mas Imam.”

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-25
  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 13

    Aku termangu. Chat dari akun Pangeran masuk beruntun. Lalu apa ini? Kenapa dia baru beinisiatif sekarang ngajak ketemuan, sedangkan aku baru saja mengambil sebuah pilihan. Aku memijat pelipis, rasanya, kepala tiba-tiba berdenyut memikirkan hal ini. Bugh!“Aku gak mau!” Suara teriakan disertai debuman daun pintu dari ruang tengah mengejutkanku. Lekas kusimpan gawai dan membuka daun pintu. “Kamu itu istriku, Put! Kita sudah punya rumah, ayo pulang!” Kulihat Mas Imam sudah berdiri di depan pintu kamar Putri yang sepertinya tadi terbuka. Hanya saja kini tertutup kembali. “Aku mau pulang, asal gaji kamu aku yang atur semuanya! Enak aja status doang istri, duitnya sisaan!” Suara Putri memekik kencang. Ibu yang tengah berada di dapur pun menghampiri ke ruang tengah. “Ada apa, Imam? Kenapa Putri?” Ibu menatap menantunya yang tampak mengusap wajah berkali-kali. Mas Imam menoleh pada Ibu dengan wajah lesu. “Tadi Putri keluar, Bu. Aku ajak dia pulang. Hanya saja gak mau.” Suaranya terde

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-25
  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 14

    Pov Kenzo Diva Wulandari, entah kenapa tak pernah habis permasalahanku dengannya. Sejak duduk di bangku sekolah menengah, aku dan dia selalu berseteru. Hidupnya itu terlalu lurus dan hitam putih. Padahal kan hidup tuh harusnya dinikmati, berwarna warni. Aku dan dia ibarat dua kutub yang sama, selalu saling bertolak belakang. Kukira setelah lulus, semua akan selesai. Aku dan dia sudah memiliki jalan hidup yang berbeda. Meskipun tak menampik, jika selentingan tentang kehidupan dia masih sempat-sempatnya aku ikuti. Apakah mungkin karena rasa benci terdahulu memang belum pergi?Namun ternyata anggapanku salah. Jalan hidup kamu yang berbeda dan sudah masing-masing tak serta merta membuat hidupku terbebas dari namanya. Permasalahan ini dimulai dari Mama. Mama yang sejak dulu begitu mendamba hadirnya anak perempuan, terlalu over padanya. Dia selalu melibatkan Diva dalam kehidupan kami, termasuk beli kue dari ibunya, minta tolong ini dan itu atau sekadar datang menjenguk Bapaknya yang stro

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-26
  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 15

    Pov DivaMenunggu adalah hal yang paling membosankan. Itulah yang aku rasakan sekarang. Kukira Pangeran tadi memanggil karena dia sudah sampai. Hanya saja ternyata tidak, bahkan panggilan pun dia matikan. Mungkin kegesek kali, ya ponselnya, dia sedang di jalan dan ponselnya disimpan di saku celana. [Pangeran, sudah di mana? Aku pesenin dulu jangan?] Kukirim lagi pesan. Nyesel juga gak punya nomor teleponnya. Jadi masih ribet tukar pesan di applikasi messenger. Dia tampak sedang online tetapi belum ada balasan. “Va, haus!” Nurlaela melirik ke arahku. “Ya sudah, pesen duluan saja, La.” “Ditraktir kan, Va?” “Hmmm. “Aku menjawab tanpa menoleh, jemariku sibuk mengetik dan mengirim pesan lagi pada Pangeran. Hanya saja, balasan belum juga kuterima.Nurlaela melambaikan tangan ke arah waitress. Lalu memesan dua minuman yang aku gak nyimak entah mesan apa. Minuman sudah datang, ternyata dia memesan dua es kopi dengan jelly. Aku pun meneguknya sambil sesekali memperhatikan ke arah pintu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 16

    “Assalamu’alaikum!” Suara bariton seorang lelaki membuat aku yang masih bengong terkesiap dan lekas melepaskan pegangan tangan pada gagang kain pel. Aku dan Kenzo bersama-sama menoleh, ternyata yang datang adalah Mas Iqbal. Dia menatapku dan Kenzo bergantian dengan sorot penuh pertanyaan. “W--Waa’alaikumsalam ….” Aku lengah ketika mengucap salam sehingga gagang kain pel yang tadi sama-sama kami pegang sudah beralih ke tangan Kenzo. Dia mulai membersihkan tumpahan dari botol green tea yang tercecer. Mas Iqbal masuk tanpa bertanya apa-apa. Dia langsung mendudukkan tubuhnya pada salah satu sofa yang ada. “M--Mas, tadi saya ke sini nganter skincare punya Ibu. Ini sudah saya titip Kenzo. Pamit pulang, ya.” Rasanya aku malah kikuk ketika dia gak bertanya. Akhirnya aku menjelaskan sendiri tanpa diminta. Mas Iqbal mengangguk dan tersenyum. “Ahm, iya, Va. Makasih, ya!” Setelahnya aku langsung melarikan diri, apalagi makin tak nyaman melihat muka Kenzo yang ditekuk-tekuk menyebalkan. Mung

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-28
  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 17

    “K--Kenzo?” Aku melongo. Kok bisa-bisanya makhluk menyebalkan itu malah ikut dan bergabung bareng kami. “Lo duduk di belakang!” Kenzo berucap tanpa melirik. Wajahnya tampak masih ditekuk dan posisinya tak berubah sama sekali.Aku melirik pada Mas Iqbal yang mengedik, tetapi tampak sebuah anggukan pelan dari kepalanya. Aku pun lekas pindah ke kursi belakang. Mas Iqbal langsung melajukan mobil yang kami tumpangi menuju kediaman Nur Laela. Mobil berhenti dan aku lekas memanggil nomor sahabatku itu. Kenzo tampak menatap Nur Laela tetapi tak ada sapaan apapun terlontar padanya.“Va, kok ada Kenzo?” Nurlaela yang kaget melihat kehadiran Kenzo, berbisik. Aku hanya mengedik. Namun, sepertinya suara Nur laela yang berbisik agak kencang itu terdengar oleh orang yang duduk di depan. “Kenapa, masalah kalau gue ikut?” Kenzo bicara ketus tanpa menoleh. Nurlaela melirik ke arahku, lengannya menyenggol lenganku. “Dia dengar,” kekehnya tanpa suara. Aku hanya tersenyum dan menutup bibir dengan te

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-29
  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 18

    Sejak pertengkaranku dengan Mas Imam. Aku semakin menjaga jarak dengannya. Hanya saja sebaliknya, dia semakin sering ke rumah. Alasannya pasti siapa lagi kalau bukan Putri. “Bu, Putri minta dibawakan sambel buatan Ibu.” “Bu, Putri katanya minta sayur asem buatan Ibu.” “Bu, Putri katanya minta kue pukis buatan Ibu.” Ibu, Ibu dan Ibu terus menjadi alasan Mas Imam. Aku semakin hilang respect padanya. Bahkan berulang kali kutegaskan jika aku minta dia panggil, Mbak. Namun, dia tak acuh dan selalu saja mencuri kesempatan. Hubunganku dengan Mas Iqbal semakin baik. Dia bahkan kini lebih banyak waktu untuk sekedar meluangkan chat di sela-sela kesibukanku. Hanya saja, semenjak malam itu kami nonton bersama. Tepatnya aku, Mas Iqbal dan Nurlaela, Kenzo semakin sering nongkrong di tempat kerja.“Pagi Bu Anne! Kok ruangannya diberesin,Bu?” Aku menatap Bu Anne yang tengah sibuk merapikan dokumennya dan memindahkan beberapa barang ke bawah dibantu Intan. “Hay, Pagi Diva! Iya, pindah ruangan!”

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30
  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 19

    Setelah mengalami pergulatan panjang di dalam benakku. Akhirnya kuputuskan untuk mendekat. Berulang kali logika menolak, tetapi entah kenapa nurani mengarahkan berbeda. Sudah sejak tiga hari lalu aku menginformasikan pada Bu Anne kalau aku akan mulai aktif di setiap kantor cabang. Padahal, biasanya aku lebih senang bekerja di rumah dan memantau semuanya secara virtual. Namun, pesona Diva tak bisa terelakkan. Aku sengaja meminta Bu Anne untuk tak bercerita dulu pada staff yang ada di sana. Entah kenapa, ingin sekali lihat ekspresi Diva ketika melihatku berada di sana secara tiba-tiba. Kelebat senyuman dan kerlingannya ketika bersama Bang Iqbal, jujur buat dadaku panas. Otakku menolak dan meminta untuk berontak. Aku gak suka mereka dekat. Sedikit kecewa ketika melihat raut wajahnya yang hanya memunculkan ekspresi kaget ketika aku membukakan ruangan yang hanya dibatasi dinding kaca ini. Padahal dah ngarep kalau dia senyum senang atau excited gitu. Hanya saja, mau gak mau aku harus kece

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31

Bab terbaru

  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 66 - SELESAI

    Pov DivaSuasana pagi di sari ater terasa sejuk. Aku masih bergelung di balik selimut. Usai shalat shubuh tadi, kembali memejamkan mata. Rasa lelah cukup terasa kerana perjalanan panjang kemarin siang. Derit pintu terbuka, menampilkan sosok lelaki dengan hidung bangir dan rambutnya yang tampak masih basah. Satu gelas susu hangat tersaji dalam nampan bersama potongan roti bakar. “Pagi, Adek … Papa bawain sarapan buat Adek.” Mas Iqbal menyimpan nampan berisi sarapan itu di atas meja. Lalu dia mendekat dan mengecup keningku lama. “Duh, Mommy-nya kecapekan, ya?” Dia membelai rambutku yang tergerai ke atas bantal. Aku hanya tersenyum, rasanya kenapa dia makin hari, makin membuatku merasa jadi orang spesial. Perlakuannya tadi malam juga manis banget dan membuat terus terbayang-bayang. Lengan kokoh itu beralih pada betisku, lantas dia pijit perlahan. “Mas, sebelah sini ….” Aku tersenyum malu-malu dari balik selimut, tetapi kuulurkan kaki yang lain agar dipijitnya. Berulang kali dia mi

  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 65

    Liburan, itulah kata yang disepakati Iqbal dan Kenzo pada makan malam terakhir keluarga. Meskipun Kenzo awalnya enggan, tetapi Iqbal meminta sebagai syarat perpisahan mereka sebelum Kenzo pergi ke Surabaya. “Pergilah, Kenz. Kalian juga belum bulan madu ‘kan? Biar sekalian bulan madu saja.” Itulah kalimat yang dilontarkan Bu Faridah ketika mendengar usulan Iqbal terkait liburan. Begitupun dengan Adzkya yang tampak sekali bersemangat, akhirnya Kenzo luluh dan ikut saja.Dia tengah duduk di depan meja kerjanya di dalam kamar ketika Adzkya sibuk packing pakaian. “Mas mau bawa baju mana saja?” Suara itu tak mengalihkan pikiran Kenzo. Sejak tadi dia hanya duduk menatap layar laptop dengan fokus sekali. “Mas!” Sebuah tepukan pada akhirnya mengalihkan dunianya. “Ahm, apa?” Kenzo menatap Kya. “Mau bawa baju mana saja?” Adzkya memasang senyum dan menatap Kenzo lekat. “Pilihkan saja. Gak usah terlalu banyak.” Hanya itu. Dia menoleh malas. Rasanya enggan sebetulnya untuk pergi liburan. Seb

  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 64

    Pov KenzoMataku mengerjap rasa nyari terasa pada bagian perut yang tertusuk masih terasa. Samar aku membuka mata. “Adz—Adzkya?” Kepala terasa berat dan kedua mataku terasa sulit untuk terbuka. Perempuan dengan wajah yang tampak masih pucat itu mengangguk dan menggenggam jemariku ketika lirih kusebut namanya. “K--Kamu baik-baik saja, Kya? Syukurlah ...." Suaraku bergetar antara rasa haru dan lega. Perlahan tangan ini bergerak mengusap pipi tirusnya. Ya, Adzkya memang tampak cantik dengan pipinya yang tirus. Meskipun pucat dan tampak letih, tetapi dia tetap cantik. “Aku baik-baik saja, Mas. Syukurlah kamu sudah sadar.” Adzkya menyeka air matanya yang jatuh. Aku mengangguk. Rasa lega yang kini hadir memenuhi rongga dada terasa ketika melihatnya baik-baik saja. Hanya saja gimana bisa tiba-tiba dia ada di sini? Seingatku malam itu, aku dibopong warga dan tak sadarkan diri. Lalu ketika aku sadar, aku ada di klinik. Hanya setelahnya, aku kembali tak ingat apa-apa lagi. Hanya terdenga

  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 63

    “Pak, boleh tanya. Apa Bapak ada lihat perempuan ini?” Kenzo menunjukkan foto Adzkya. Lelaki itu menautkan alis dan tampak mengingat-ingat. Beberapa detik kemudian wajahnya sumringah.“Ah iya, tadi dia keluar dari masjid sini juga, Mas. Terus dia jalan ke arah sana!” Kedua bola mata Kenzo membulat seketika. Ada secercah harapan dan rasa bahagia. Berarti Adzkya baik-baik saja. “Makasih, Pak.” Kenzo mengangguk, lantas menarik gas dan segera melaju meninggalkan area masjid jami di mana tadi Kenzo berisitrahat. Hati harap-harap cemas karena hari sudah mulai gelap. Ada rasa bersalah menelusup hingga ke dalam dada. Andai dia tak lengah dan becus menjaga Adzkya, pasti istrinya itu tak akan hilang jadinya. Tak berapa lama setelah Kenzo melajukan sepeda motor, ada sebuah masjid yang agak besar di tepian jalan. Lekas Kenzo menepi. Berharap jika Kya singgah di sini. Namun, ternyata tak ada. Bahkan Kenzo sempat bertanya pada beberapa orang dan menunjukkan fotonya, tak ada yang mengenalinya.

  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 62

    Pov 3“Hey, Bung! Berhenti disitu! Gue bakal tuntut lo karena sudah berani mengganggu privasi gue dan masuk ke rumah gue tanpa persetujuan!” bentak Marcello. Namun Kenzo tak menggubrisnya dan terus berteriak memanggil Adzkya dan menyusuri kamar-kamar yang ada di lantai dua. Marcello baru hendak berjalan tergesa mengejar Kenzo yang berada di lantai dua ketika terdengar suara sirine polisi mendekat. Wajahnya tampak ditekuk dan melirik Arpan dan Ardan bergantian.“Paman! Cemen banget ternyata nyali kalian! Urusan kayak gini doang, bawa-bawa polisi?” “Kami hanya butuh surat tugas mereka untuk membantu menggeledah rumah ini, Marcel. Kami tahu, kamu pemain drama yang baik dan dengan dukungan kekuasaan orang tua kamu, bisa melakukan hal-hal abnormal. Jadi, sudah biasa ‘kan? Gak perlu panik.” Ardan berucap santai. Marcello belum lagi menjawab ketika daun terdengar bell dipijitnya. Dia langsung berjalan menuju ke depan untuk membukakan pintu. Sementara itu, Iqbal menelpon Kenzo agar segera

  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 61

    Kenzo berlari gesit melewati jarak-jarak yang tercipta di antara mobil yang terparkir bersama di sepanjang tol. Rambut sebahunya yang ikatannya lepas, bergerak-gerak tak beraturan, sesekali dia menyibak helai yang menutup wajah. Keringat membasahi kaos yang dikenakannya. Kedua kakinya dengan lincah melompat melewati pembatas tepian tol yang tingginya kurang lebih 1 meteran.“Bang, lo di mana?” Ditempelkannya gawai itu ke bibirnya. Kenzo mengirim pesan suara pada Iqbal yang akan menjemputnya keluar dari jalur tol. Namun, sampai dia menurunkan ponsel, urung mendapat jawaban. Tak ada pesan balasan. Kenzo terus berjalan keluar, menyusuri hamparan rumput yang tumbuh subur di tepian tol. Tak lama dari itu, dia harus bertemu tembok setinggi dua meteran yang menjadi pembatas pemukiman dengan jalan raya. Kenzo mendarat dengan selamat di sebuah kebun di belakang rumah warga. Dia pun berlari kecil mencari jalan agak yang terhubung ke jalan raya agar Iqbal bisa menemukannya lebih mudah. Baru sa

  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 60

    Komandan security dengan name tag bernama Rahmat itu mempersilakan duduk. Dia menarik dua kursi dan mempersilakan juga lelaki berpakaian formal yang aku tak diketahui siapa namanya itu. “Silakan Pak Muhyi! Pak Kenzo!” Kenzo dan lelaki berpakaian formal yang disebutnya Pak Muhyi itu pun duduk. Sementara itu, dia sendiri lebih memilih berdiri.Layar komputer mulai terhubung ketika jemari Pak Muhyi mengetikkan sebuah IP adress, lalu dua memasukkan username dan password pada layar. Ada banyak sekali kamera cctv yang terpasang di sana. Dia yang sudah hapal letaknya memilih kamera nomor 25 yang ternyata berada menyorot lebih banyak ke area toilet dan mushola. Mereka menunggu beberapa detik, hingga akhirnya Kenzo melihat sosok Adzkya yang berjalan tergesa masuk ke dalam toilet. Lalu, sekitar sepuluh menit berlalu, di antara lalu lalang orang-orang, terlihat Adzkya keluar. Namun melihat ekspresinya membuatnya yakin, ada hal yang tak baik-baik saja. Hingga sosok tinggi tegap yang hanya te

  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 59

    Pov Kenzo “Terima kasih sudah berbelanja di sini. Silakan datang kembali.” Kasir tersebut menangkup tangan di depan dada dan tersenyum dengan ramah. Dua plastik berisi belanjaan sudah kutenteng. Namun, entah kenapa, Adzkya belum juga kembali. Akhirnya kuputuskan untuk mencarinya ke depan toilet. Aku duduk pada kursi tempat menunggu yang bersisian dengan mushola. Beberapa orang pun tampak ada yang tengah duduk juga. Lima menit berlalu, tetapi Adzkya tak juga keluar dari dalam toilet perempuan itu. Gegas kuambil gawai dan kucari nomornya. [Masih lama?] Aku mengirimkannya pesan. Hanya checklist satu. Aku menautkan alis. Tiba-tiba merasa ada yang janggal. Masa cuma ke toilet saja harus mematikan gawai. “Mohon perhatian! Mohon perhatian! Telah ditemukan sebuah ponsel di depan toilet perempuan! Bagi yang merasa kehilangan, silakan datang ke bagian informasi.” Pengumuman itu diulang sebanyak dua kali. Lalu segera kuhubungi lagi nomor Adzkya setelah suara pengumuman itu terhenti. Kali i

  • KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU   Bab 58

    Pov Adzkya Aku menatap wajah tampan yang tengah terpejam di sampingku. Kunaikkan selimut yang tertarik untuk menutup tubuh polosnya. Kuabaikan rasa perih yang mendominasi pada inti tubuhku. Bayangan semalam sekilas melintas dan membuatku tersipu. Akhirnya aku mampu mengalahkan ketakutanku sendiri disentuh oleh lelaki. Aku menekan rasa trauma itu demi menghapus jejak perempuan masa lalu dari hati suamiku. Meskipun, sempat aku gemetar dan berkeringat karena ketakutan yang luar biasa itu muncul lagi. Namun, ternyata aku bisa melawan dan mengalahkannya. Aku beringsut bangun, lalu berjalan menuju kamar mandi. Malam ini sudah kami lewati dengan menunaikan kewajiban masing-masing. Menjadikanku miliknya dan menjadikannya milikku. Meski aku tahu, menyingkirkan masa lalu di hatinya tak semudah itu. Namun, ini harus diperjuangkan. Terlebih ketika kemarin aku mengobrol dengan Mbak Diva dan memancingnya. Sepertinya dia tak tahu menahu tentang perasaan suamiku padanya. Bahkan dia bercerita jika

DMCA.com Protection Status