Share

Bab 72. Peristirahatan Terakhir

"Pah, ada apa ini? Jangan buat aku penasaran," timpalku dengan tangan bergetar.

"Eyang meninggal dunia, Nilam," jawab papa membuatku lemas seketika. Memang eyang sudah tua, sering sakit-sakitan, tapi aku belum sempat jenguk semenjak papa ke sana.

Air mata tak terasa berlinang, teringat pesannya sewaktu aku kecil dulu. "Nilam, kalau kamu nanti hidup berumah tangga, jangan lupa bersosialisasi dengan tetangga, kalau ada yang sakit kamu jenguk. Kita hidup di tengah-tengah lingkungan mereka, harus tahu jika ada salah seorang yang sakit bahkan meninggal," kata eyang seperti itu.

"Nilam," panggil papa membuyarkan lamunanku.

"Ya, Pah," sahutku.

"Arlan gimana? Apa kamu bisa terbang ke sini untuk antar Eyang ke peristirahatan terakhirnya?" tanya papa.

Aku nggak mungkin melewatkan hal ini, jadi memang harus izin pada Mas Arlan untuk terbang ke Kalimantan.

"Iya, Pah. Aku ke sana, Om Farhan gimana?" tanyaku lagi.

"Kamu sudah dibelikan tiket oleh Farhan, nanti dia jemput di rumah sakit, set
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status