84. Bertemu dengan Mas Alif (Bagian B)"Cha, Cha. Selalu saja kamu seperti itu. Terlalu keras kepala dan ya, masih saja berusaha untuk mandiri. Nggak berubah banyak! Udah, biar aku antar saja nanti. Nggak papa, aku masih punya banyak waktu luang sebelum ke Rumah Sakit!" kata Mas Alif dengan senyum ramah.Aku menimbang-nimbang, apakah sebaiknya aku mengiyakan saja tawarannya?Asyik memikirkan jawaban, tiba-tiba saja tim petugas yang ku mintai bantuan pun sudah datang. Mereka segera membantuku, meminta nomor telepon, alamat dan juga kartu identitas lainnya. Setelahnya, mereka juga menawarkan, apa aku ikut dengan mereka, atau mereka yang akan mengantarkan mobilku nanti ke rumah setelah selesai? Ah, inilah bangganya aku tinggal di kota ini. Semuanya terasa mudah dan diperlakukan istimewa dengan pelayanan pusat yang ada."Cha, gimana? Mending aku antar lah daripada kamu naik mobil box dengan plat merah begitu?" tunjuk Mas Alif pada kendaraan roda empat yang terparkir tak jauh dari pandang
85. Bertemu dengan Mas Alif (Bagian C)"Nggak kok, Mas. Aku nggak papa, hanya biasalah, terkait pekerjaan menjadi dosen!" Aku hanya menyahuti dengan datar, terpaksa aku harus berbohong lagi. Aku tidak terbiasa membagi keluh kesah dan juga beban hidupku kepada orang lain, sekalipun aku pernah mengenal orang itu dengan baik dan dalam kurasi yang tak sebentar pula. Aku lebih menjaga privasi ku sendiri tentunya. Mengumbar masalah pribadi, apalagi keluarga dan percekcokan dengan suami, sama sekali bukan prinsip ku."Oh, oke, baiklah. Ini aku cari jalan putar ya, memang sedikit lebih jauh daripada jalan utama. Tapi, aku yakin, di jam-jam seperti ini pasti akan macet, apalagi di tengah kota nanti, jantungnya jalan. Pasti akan memakan waktu lebih lambat jika kita tetap memaksa lewat sana. Katanya kamu nggak mau temanmu menunggu lama. Jadi, aku harus membawamu lewat jalan pintas!" ujar Mas Alif menjelaskan. Padahal, saking seriusnya aku melamun, aku sampai tak memperhatikan jalanan sama seka
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU86. Memberi Risa Pelajaran (Bagian A)"Kamu? Ngapain kamu ke sini? Kamu sengaja membuntutiku? Atau mungkin memata-mataiku?" tanya Risa dengan tingkat percaya diri yang tinggi.Dia membalikkan tubuhnya, menatapku dengan sengit. Tak lupa juga dia memperhatikan penampilanku dari atas ke bawah. Lalu tersenyum sinis. Wajahnya melengos seketika."Kamu nggak nawarin aku duduk gitu?" tanyaku dengan santai, aku masih menyilangkan kedua tangan di depan dada. Dia hanya menghela nafas panjang lalu menjawab perkataanku dengan sengit."Ngapain aku menyuruhmu duduk? Kamu kan tamu tak diundang! Aku harap, pertemuan kali ini hanya sebuah kebetulan!" ujarnya seraya mengibaskan rambut panjangnya ke belakang."Oh, gitu? Tumben, nih, nggak ada dayang-dayang? Tuan putri hari ini sendirian?" tanyaku sembari mengedarkan pandangan ke penjuru arah. Risa memang datang sendiri, eh, nggak tahu lagi jika dayang-dayangnya sengaja memantau dari kejauhan. Mengingat, wanita di depank
87. Memberi Risa Pelajaran (Bagian B)"Seharus–""Tunggu, aku belum selesai bicara!" potong Risa dengan cepat. Dia semakin memajukan tubuhnya ke arahku. Sehingga tatapan kami kini semakin terasa lebih intens."Jadi gini, ya, aku akan jelasin sama kamu. Kenapa kamu terus-terusan bertahan dengan lelaki yang mempunyai selingan? Dan asal kamu tahu, nggak cuma hatinya saja yang sudah dia bagi! Tapi, pikiran, tenaga, hati, bahkan urusan ranjang sekalipun. Aku rasa dia memberikannya dengan adil untuk kita, sama jumlahnya antara yang satu dengan yang lain! Aku yang nggak habis pikir, kok bisa gitu, loh, kamu masih aja mempertahankan, padahal suamimu saja sudah sebegitunya mengkhianati kamu! Kalau aku jadi kamu, wah, sudah lama loh, aku akan meminta cerai, menggugat dan hidup sendiri dengan lebih bahagia! Daripada harga diri harus terinjak karena diperlakukan seperti itu oleh suami sendiri! Dan satu lagi, ya, Mbak Keysa yang terhormat! For your information, awalnya juga dia yang lebih dulu men
88. Memberi Risa Pelajaran (Bagian C)"Kamu pikir, setelah aku bercerai dengannya nanti, kamu akan bisa hidup bahagia, happy ever after, literally? Hahaha, apa kamu bisa membayangkan sebelumnya? Walaupun sudah cerai nanti, aku juga nggak akan bisa sepenuhnya hilang loh, dari bayangannya. Aku masih akan terus bertemu dengan Ibunya, saudaranya, sepupu-sepupunya. Aku tahu, kamu pasti juga sudah paham sekali bukan? Sedekat apa aku dengan keluarga Mas Rengga? Jadi, kalau menurut kamu, perceraianku nantinya sebagai jalan termudah untukmu hidup bahagia dengan suamiku, coba kamu pikir-pikir lagi. Aku dulu menikah dengan Mas Rengga, disetujui oleh kedua belah pihak, didukung oleh seluruh anggota kantor, disaksikan langsung oleh Sang Pencipta, diketahui juga oleh keluarga besar. Dianggap dan dihormati sebagai bagian keluarga keraton dan tentu saja diketahui oleh khalayak ramai seluruh netizen di Indonesia. Terus dengan mudahnya kamu nanti bisa menggantikan posisi ku dengan jalan ninja? Lucu, si
89. Memberi Risa Pelajaran (Bagian D)"Kalau kamu mau, silakan saja ambil suami ku. Jadi, semua harapan kamu bisa menua dengannya akan sepenuhnya terkabul sebentar lagi. Cuma kamu harus ingat, apa saja poin-poin penting yang sudah aku ucapkan tadi. Kita bekerja sama lah dengan baik! Aku juga paham, sebuah perselingkuhan pasti terjadi karena kedua belah pihak. Aku juga nggak sepenuhnya menyalahkan kamu, walaupun aku tahu sih, kamu juga bersalah sekali dalam kasus ini. Tapi, sudahlah, kamu juga tidak menyangkal bukan?" Aku masih berusaha untuk bersikap datar, setelah tadi mengeluarkan berbagai kalimat tajam padanya.Seorang pramusaji mengantarkan makanan pesananku, aku tertawa riang. Dan kulihat, Risa juga sempat melirik sekilas ke arah makanan."Kemana-mana masih sembunyi-sembunyi, ketahuan orang pun cuma dapat malu yang ada. Eh, lupa! Kan kamu udah nggak punya malu, canda, deng!" Aku tertawa, sehingga aku mulai bisa mendengar rupanya ada beberapa pasang mata dan telinga yang sedari ta
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU90. Masuk Lambe Julid (Bagian A)Aku langsung saja mencegat taksi offline yang suka sekali berkeliaran di wilayah ini. Hatiku rasanya puas, menikmati adegan tadi. Bahkan selama di perjalanan pulang pun aku hanya senyum-senyum sendiri jika mengingat ekspresi wajah Risa yang lucu tadi.Setelah membayar taksi, aku turun dan langsung masuk ke dalam rumah. Cukup lama ternyata aku keluar, memakan waktu hampir tiga jam. Padahal aku rasa, belum ada satu jam tadi bertemu dan mengobrol dengan Risa. Mungkin karena lokasi yang lumayan jauh dari rumah, sehingga membutuhkan waktu satu jam lebih hanya untuk pulang pergi. Belum lagi drama mobil yang kempes di pinggir jalan tadi. Ya sudahlah, aku juga belum mendapatkan kabar tentang kondisi mobilku. Apa aku salah memberikan nomor telepon pada mereka? Sialnya aku juga nggak tahu, di mana mobilku dibetulkan. Biarlah, nanti aku akan mencoba menghubungi call center lagi, untuk sekedar memastikan.Setidaknya, aku merasa
91. Masuk Lambe Julid (Bagian B)Aku langsung saja masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan tubuh lalu mengganti pakaian. Saat keluar dari kamar mandi, aku lihat Ibu sudah keluar dari kamar. Mungkin dia beristirahat.Aku berjalan menghampiri Mas Rengga yang sedang tertidur pulas. Aku menatap wajahnya, sembari berpikir.Apa mungkin, suamiku ini betul sudah mengkhianati ku di belakang? Apa alasannya kira-kira?Pikiran menari-nari di kepala. Tak bisa mencerna dengan jernih. Setelah tersadar, aku buru-buru mengembalikan ponsel Mas Rengga. Setelah menghapus seluruh percakapan bersama dengan Risa tadi, dan tak lupa memblokir nomor barunya serta. Jadi, setelah ini urusan Risa menjadi denganku, bukan dengan Mas Rengga lagi.Aku segera turun ke bawah, bersiap makan. Ku lihat Ibu ternyata masih berada di sofa sembari menikmati sepiring ubi rebus. "Bu, kenapa nggak istirahat aja? Ibu makan? Ini Keysa mau makan dulu, ya!" pamit ku yang langsung saja duduk di meja makan."Wes makan o dulu, Ibu ma
"Jangan berbelit, sebaiknya katakan saja semuanya! Apa saja yang ingin kamu sampaikan, maka sampaikanlah! Aku udah nggak peduli lagi kok. Andai saja proses perceraian dengan abdi negara mudah untuk dilakukan, tentu saja aku sudah melakukannya sejak lama!" tantang Keysa tanpa gentar. "A-apa? Nggak! Keysa, kamu nggak boleh bilang seperti itu, karena kita nggak akan pernah pisah, kita nggak akan pernah cerai, aku bersumpah!" ujar Rengga sungguh-sungguh. Hal itu tentu saja membuat Risa semakin marah, wajah wanita dengan dress berwarna peach itu pun memerah. Tangannya mengepal dengan kuat. "Bagaimana jika kesepakatan yang pernah kau berikan padaku, akan ku sanggupi secepatnya? Bagaimana jika tawaran yang pernah kau ucapkan padaku, sanggup untuk aku penuhi sekarang juga? Apa kau akan tetap bersedia memberikan Mas Rengga untukku? Aku tahu kau seorang wanita cerdas, berpendidikan tinggi dan mempunyai popularitas yang cukup diagungkan di seluruh sosial media. Jadi, aku harap semua tantanganm
Bab 48 ENDINGPov Author"Alhamdulillah, akhirnya konferensi pers berjalan dengan lancar. Kita nggak harus buka aib ataupun masalah baru lagi. Beruntungnya juga mereka percaya kalau kejadian waktu itu di Restoran memang diperlukan untuk adegan syuting suatu serial nanti. Padahal, nggak tahu juga itu serial akan tayang kapan dan dimana juga, ya, Mas?" Keysa menghela napas lega. Dia beberapa kali mengusap dadanya dengan lembut. Keduanya saat ini sedang berada di gedung, tepatnya di belakang ruangan yang digunakan untuk jumpa pers tadi."Iya, Sayang. Alhamdulillah! Aku nggak nyangka juga, tanpa briefing pun Keysa bisa dan tahu kapan dia harus buka suara atau tidaknya. Tapi, aku butuh angin segar ini, Sayang. Tadi di dalam udah berasa sidang KPK. Bikin grogi banget, aku sampai mau napas aja susah, loh!" tanggap Rengga kini memandang ke wajah istrinya."Halo, apa kabar kalian? Gimana-gimana acaranya tadi? Lancar kan? Harusnya kalian sih, berterima kasih denganku, ya! Sebab, bibirku yang se
122. Rencana Keysa (Bagian C)Sontak, aku menoleh, ternyata dia tak benar-benar menutup pintu kamar mandi hanya karena ingin melihat aksiku di belakangnya. Ah, suamiku memang unik!"Udah, deh, Mas, jangan bercanda terus! Ayo, buruan! Nggak enak kalau kita nanti terlambat," kataku yang akhirnya memilih untuk tak menggubris candaannya lagi."Key, kamu cantik deh, serius!" ujar Mas Rengga saat aku mulai mengenakan pakaian. Kemeja modern berwarna peach, dipadu dengan celana kulot putih susu. Senada pula dengan hem berwarna peach dan celana kain berwarna putih yang akan dipakai oleh Mas Rengga nanti. "Serius, kita pakai baju couple yang itu, Key? Itu kan warnanya peach gitu. Masak iya aku pakai pink sih, Key?" tanya Mas Rengga masih setia di balik pintu kamar mandi. Dengan melongokkan setengah kepalanya, dia menggeleng seakan keberatan dengan outfit yang kupilih saat ini."Nggak papa, ini bagus banget tahu Mas! Ini kan peach, bukan pink! Siapa pula yang mencetuskan pertama kali, bahwa le
121. Rencana Keysa (Bagian B)"Iya, siap! Aku mengerti, Key, aku paham dengan semua rencana ini. Semoga berhasil, lebih cepat lebih baik, Key! Terima kasih banyak, kamu selalu menolong dan membantu ku hingga begini!" kata Mas Rengga seraya memelukku."Udah, ya, pelukannya!" ujarku berusaha untuk menghindar. Aku hanya menyunggingkan seulas senyum tipis padanya. "Yuk, kita bersiap berangkat! Aku akan mengatakan padanya bahwa kita sudah siap berangkat sebentar lagi. Aku akan menunjukkan padanya, di hadapan media dan semua orang yang sudah hadir untuk menonton, aku akan memamerkan ke seluruh dunia, siapa pemilik mu yang sebenarnya!" seruku dengan mata yang berbinar. Mas Rengga mengangguk antusias. Sementara aku, langsung saja mandi dan bersiap."Key, plakat dan id card serta surat ini sementara akan ku letakkan di dalam brankas kita saja, ya? Boleh?" tanya Mas Rengga sebelum aku benar-benar beranjak dari tempat."Oke, terserah! Letakkan di tempat paling aman yang kamu rasa bisa dijadika
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU122. Rencana Keysa (Bagian A)"Ini maksudnya apa, sih, Mas? Kan hanya sebuah id card, terus ini apa? Plakat? Maksudnya apa, sih? Aku bingung deh," tanyaku seraya mengerutkan kening. Mas Rengga hanya menggertakkan giginya, hingga bunyi gemeretak terdengar jelas di telinga."Ini id card, hanya 'pemain' ulung yang bisa mendapatkannya. Untuk mendapatkan id card ini, tidak semua orang bisa mencapainya, Key. Apa, ya, aku susah sekali mau jelasin sama kamu. Intinya, ini bisa disebut sebagai penghargaan, Key. Dalam permainan slot judi online, akan ada plakat dan id card yang dikirim, biasanya ditujukan untuk 'pemain' setia yang sudah mencapai level, serta syarat dan ketentuan dari mereka. Ini yang paling tertinggi, ini juga seharusnya rahasia. Jangan sampai ada orang yang tahu, aku punya ini, Key! Ini bisa dijadikan bukti kuat bahwa aku terjebak dalam permainan judi online secara sadar! Kenapa bisa Risa yang memperolehnya? Apa dia yang sudah mengirimkan plaka
121. Paket Misterius (Bagian C)Rupanya, wanita yang berusaha untuk menggeser posisiku adalah lawan yang cukup tangguh dan juga kuat."Iya, aku tidak sedetail itu, Key. Waktu Yono dan rekan lain memperkenalkan kami, aku juga tidak paham dia siapa. Apa pekerjaannya dan juga statusnya. Aku baru tahu setelah lumayan dekat. Barulah aku mengerti bahwa dia seorang selebgram yang sering diundang sebagai inspirator wanita muda. Cukup menarik!" ujar Mas Rengga."Apanya yang menarik?" tanyaku dengan mata membulat."Eh, nggak! Profilnya, menarik! Iya, hanya itu. Karena wanita bisa mendapatkan kekayaan seperti pengusaha yang sudah bergelut menjalankan bisnis selama puluhan tahun. Tapi, Risa? Hanya dalam hitungan jari saja tahunnya, sudah bisa mendapatkan banyak properti. Banyak investor berlomba-lomba ingin bekerja sama dengannya. Mungkin saja dia pintar berbisnis. Sehingga membuahkan hasil besar!" kata Mas Rengga. Dia menopang dagu nya kembali.Kali ini pandangannya lurus ke arah depan."Halah,
120. Paket Misterius (Bagian B)Pantas sedari tadi dia hanya menunduk, tidak berani menatap kedua bola mataku. Rupanya, Mas Rengga sedang menangis. Bahkan, air matanya ada yang menetes mengenai tanganku."Mas, kamu menangis?" tanyaku seraya mencoba untuk mengangkat dagunya secara perlahan."Keysa, ih. Nggak, ini aku cuma kelilipan," jawabnya dengan nada tegas. Aku tertawa. Rupanya, hanya dengan melihat Mas Rengga seperti itu saja sudah sanggup membuatku tersenyum."Ngapain menangis? Sudah lah, Mas. Santai aja. Kita jalani saja dulu. Yang pasti tugas pertama kita sekarang, mencari tahu keinginan Risa dan apa tujuannya melakukan ini semua. Lalu, kita tinggal mencari tahu siapa dalang di balik surat kaleng yang ditujukan untuk Romo." Aku hanya menenangkan dia apa adanya. Bukannya aku tidak luluh, hanya saja aku malas jika harus berdrama tangis menangis di tempat umum seperti ini. Bisa jadi jika ada yang mem videonya, kami pasti bakal viral lagi. Dan aku nggak mau menambah masalah lagi!
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU119. Paket Misterius (Bagian A)"Ini, Mas!" Mataku masih menatap layar ponsel milik Mas Rengga. Namun sayang, panggilan yang terdengar dari speaker mau tak mau harus merubah kedua ponsel ini menjadi mode pesawat. Namun, Mas Rengga selalu saja menyarankan untuk menonaktifkan nya saja. Entahlah, apa alasannya. "Jangan lupa untuk mematikan ponselnya, Key!" ujar Mas Rengga. Sepertinya dia melihat saat aku hanya mengubah sinyal ponsel menjadi mode pesawat. "Ini udah sama aja kali, Mas!" sahutku seraya mengacungkan dua ponsel ke arahnya dalam posisi mode pesawat."Jangan, Key! Lebih baik nonaktifkan saja! Sini!" pinta Mas Rengga mengulurkan tangannya padaku. "Iya, iya! Biar aku saja yang menggantinya," balasku sembari menekan tombol power hingga kedua ponsel dalam tanganku menggelap, dan kemudian mati."Sudah!" Aku mengangguk lalu memasukkannya ke dalam tas pinggang yang dipakai oleh Mas Rengga."Apa Risa mengirimkan pesan lagi padamu?" tanya Mas Rengg
118. Mungkinkah? (Bagian D)"Terserah. Kita pastikan saja nanti, Mas. Aku juga pusing. Masalah kita belum juga selesai, sekarang harus ditambah lagi masalah surat kaleng yang dikirim pada Romo. Setelah kamu bercerita padaku semuanya, setelah itu juga keluargamu akan tahu, Mas. Terutama Romo dan juga Ibu. Mari kita sebaiknya memikirkan bagaimana cara menyelamatkan nama baik keluarga terlebih dahulu!" ujarku penuh penekanan.Mas Rengga menatapku penasaran, dia seolah ingin tahu, apa maksud dari ucapanku."Maksud kamu bagaimana? Apa hubungannya surat kaleng Romo dengan masalah yang kita hadapi saat ini, Keysa? Kamu jangan membuatku semakin bingung dan merasa tak karuan seperti ini!" kata Mas Rengga dengan tegas. Dia berkali-kali terdengar menghembuskan napas kasar. Dadanya naik turun dengan cepat."Kamu belum tahu kan apa isi surat kaleng itu?" tanyaku padanya."Apa memangnya?" tanya Mas Rengga malah menatapku dengan intens."Di dalam surat kaleng itu mengatakan bahwa kamu terlibat besar