Andrian menatap tajam Cassandra yang menunjukkan sikap tak peduli. Wanita itu justru menyodorkan map snelhecter tersebut lebih dekat ke arah Andrian."Bapak lupa, saya ke sini ingin meminta tanda tangan." Cassandra kembali berucap seramah mungkin.Telapak tangan Andrian terkepal di atas meja. Bukannya menandatangani berkas tersebut, Andrian justru bangkit dan berkacak pinggang sembari menatap mantan istrinya itu."Kamu cemburu pada Fiona? Apa kamu sadar kalah bersaing dengannya sehingga kamu berkata begitu?" sindirnya sarkas.Bukannya tersinggung, Cassandra justru menyunggingkan senyum sambil mengorek telinganya dengan jari kelingking. Hal itu benar-benar membuat Andrian ingin menerkam wanita itu tanpa ampun."Saya tidak cemburu. Dia bukanlah sekelas Monica Bellucci yang anggun. Kenapa harus cemburu, Pak?" tanya Cassandra balik. "Cassanova!" sentak Andrian gemas."Cassandra Lusette, Pak Andrian Petruzzelli. Oh, ya, kenapa Anda tidak mencari pengganti saya wanita berkelas, minimal sep
"Ap-apa, maksudnya, kamar jenazah?" tanya Cassandra bingung.Suster itu merangkul bahu Cassandra dan mengangguk samar pada Bella yang kebetulan keluar dari lift dengan terburu-buru. Cassandra mengikuti arah pandangan suster itu."Maafkan kami. Pihak rumah sakit harus mengatakan jika ayah Anda, Tuan Carollo meninggal dunia!"Cassandra mematung di tempat. Bibir wanita itu bergetar menahan tangis. Dia hanya menurut ketika suster itu membawanya menuju ke kamar jenazah.Ternyata, kedatangan Cassandra sudah ditunggu oleh dua orang polisi.Menurut penjelasan mereka, Carollo meninggal karena bunuh diri. Tubuh ringkih laki-laki tua itu ditemukan tergeletak di balkon lantai tujuh. Diduga Carollo mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari jendela.Bella langsung memeluk tubuh sahabatnya itu. Cassandra terisak di pundak Bella. Entah kesialan apa lagi yang akan diterimanya hari ini. "Aku harus melakukan sesuatu, Bella. Maukah kamu menemaniku lagi?" tanyanya parau."Apa kamu akan mengacaukan pe
"Cassandra tertembak? Dia mengandung anakku?" Kata-kata itu membuat Andrian seperti orang linglung. Andrian mengusap dahinya gusar. Seketika, pandangan Andrian tertuju pada kemeja Antonio yang terdapat noda darah di bagian perut."Tidak ada waktu, Andrian. Kamu pilih Cassandra atau Fiona!" ucap Antonio tegas.Andrian memejamkan mata sejenak, lalu menatap Fiona tidak enak hati. Fiona masih mematung sembari menatap kedua laki-laki itu bergantian. Andrian bergerak mendekati Fiona dan menatap gadis yang belum genap dua jam menjadi tunangannya itu."Maafkan aku, Fiona. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Cassandra dan anakku lebih membutuhkan kehadiranku. Maaf!" ucap Andrian kemudian melirik pada seorang pengawal. "Tolong kamu urus semuanya, saya harus ke rumah sakit sekarang!" ucapnya kemudian bergegas pergi.Fiona termangu. Dia menunduk menatap cincin yang melingkari jari manisnya. Lalu, Fiona berlari mengejar Andrian dan Antonio sampai ke tempat parkir."Andrian! Kamu tidak bisa m
"Tunggu, maksud kamu Cassandra Lusette, Lussete?" ulang Jemmy dengan nada melirih.Fiona mengangguk samar dan mencengkeram gelas kecil itu, kemudian beralih menatap Jemmy. Jemmy mengusap-usap dagunya yang ditumbuhi cambang tipis. "Lussete ...." Jemmy kembali menggaungkan nama itu.Nama tidak asing di telinga Jemmy. Melihat sikap aneh sang kekasih, kening Fiona mengernyit. Fiona mendengus kasar, yang memancing Jemmy kembali menatapnya."Kenapa kamu jadi aneh mendengar nama Cassandra? Bukankah nama itu sangat familiar di deretan nama orang-orang miskin?" selidik Fiona sinis. "Jangan-jangan seleramu juga perempuan miskin seperti Andrian!" ejeknya kemudian.Jemmy segera mengambil handphone. Dia tidak menghiraukan ejekan sang kekasih. Laki-laki itu membuka aplikasi pencarian Mbah Gogol dan mengetik nama La Stampa Group.Beberapa foto Gennaro dan Andrian berada di daftar teratas artikel itu. Jemmy tidak heran karena kebesaran La Stampa Group sudah diakui seluruh penduduk Italia.Tunggu! Di
Andrian mengulurkan tangan pada Cassandra dan membawa ke penciumannya. Andrian mencium mesra jemari tangan Cassandra yang telah terselip kembali cincin pernikahan. Di antara mereka, Gennaro tersenyum bahagia melihat Andrian dan Cassandra kembali bersatu.Ya, setelah terus menerus meyakinkan Cassandra, akhirnya laki-laki itu berhasil membawa wanita itu ke altar lagi. Meskipun acara kali ini hanya sederhana saja, tetapi lebih bermakna bagi Andrian dan Cassandra karena tidak kurang dari dua bulan lagi, Andrian Junior lahir ke dunia.Sekali lagi, Andrian menyunggingkan senyum. Berbeda dengan pernikahan pertama mereka yang penuh kepura-puraan dan drama, kali ini terselip rasa nyaman di hati keduanya."Melihat kalian bersatu lagi, Kakek tidak akan menyesal jika nanti Tuhan memanggil Kakek. Ah, tidak! Masih ada dua tugas Kakek yang belum selesai. Pertama, Kakek ingin mengajak jalan-jalan anakmu. Kedua, Kakek ingin menunjukkan sebuah rahasia pada kalian," ucap Gennaro setelah acara pemberkata
"Andrian, pelan-pelan," bisik Cassandra manja di antara deru napasnya.Andrian kembali mencium bibir sang istri dan memagutnya lembut. Suara desahan lirih di kamar besar itu, mengiringi setiap penyatuan keduanya. Berkali-kali, Cassandra dibuat tak berdaya oleh keganasan sang suami.Meskipun Andrian membawanya ke puncak kenikmatan berkali-kali, laki-laki itu melakukannya dengan hati-hati mengingat di dalam sana ada calon buah hati mereka. "Andrian, aku lelah," ucap Cassandra ketika Andrian merebahkan diri di sampingnya.Lengan laki-laki itu mengusap-usap perut lembab Cassandra, disusul ciuman lembut di situ. Bibir Cassandra menyunggingkan senyum bahagia, berharap kebahagiaan ini tidak akan pernah pergi dari kehidupan rumah tangga mereka."Ternyata, lingerie itu seperti membawa magic," gumam Andrian dengan mata mulai terpejam.Sekali lagi, Cassandra menyunggingkan senyum. Dia menatap wajah polos Andrian yang mulai terbuai ke dalam mimpi. Cassandra menyingkirkan pelan lengan Andrian dar
Andrian berkali-kali mendengus kecewa. Laki-laki itu berkacak pinggang, lalu mengusap wajahnya kasar. Cassandra memegang tangan sang suami, meminta waktu pada laki-laki itu untuk mendengarkan penjelasannya.Namun, Andrian telah keburu kecewa dengan sikap seenaknya Cassandra. Andrian berasumsi, beberapa jam lalu, Cassandra membuat peraturan, sekarang justru dirinya sendiri yang melanggarnya. Andrian tidak suka itu.Di ambang pintu dapur, Fiona tersenyum licik mendengar perdebatan keduanya. Rasanya sangat menyenangkan melihat mereka kembali ribut.Gadis itu berdiri di situ sambil menyandarkan punggung di kusen pintu. "Sudah, aku pasti pergi tanpa kalian usir. Kalaupun aku berlutut padamu, juga tidak ada gunanya, Amore. Di hatimu hanya ada nama Cassandra. Bahkan di saat kita berhubungan badan saja, kamu selalu memanggilnya. Apa yang kuharapkan lagi?" Raut wajah Fiona mendadak murung."Jangan bahas itu lagi, Fiona!" sergah Andrian tidak suka.Fiona mengangguk lemah. "Iya, kamu benar, Andri
"Terima kasih, kalian masih ingat Kakek yang sendirian ini." Gennaro memasang muka memelas.Di depannya, Andrian menggaruk pelipis sembari melirik pada Cassandra yang tersenyum malu-malu. Laki-laki itu meraih tangan Cassandra lalu menciumnya lembut. Melihat hal itu, Gennaro ikut tersenyum bahagia. Dia bisa merasakan semenjak Andrian kembali bersama Cassandra, cucunya itu berubah seperti layaknya laki-laki yang tengah jatuh cinta. Meskipun mereka sama-sama tidak pernah mengungkapkan perasaan masing-masing."Apa Kakek pikir kami akan melupakanmu?" tanya Andrian kemudian mengangkat gelas berisi sedikit wine.Gennaro terkekeh. "Tentu saja, Kakek takut kalian tidak ada waktu datang kemari. Kita perlu banyak waktu berkumpul seperti ini, Andrian, Cassandra," pintanya.Pasangan pengantin baru itu saling pandang, kemudian tersenyum. Cassandra merasa prihatin pada Gennaro. Kakek Tua yang hidup sendirian selama bertahun-tahun. Cassandra pernah mendengar cerita dari Andrian, Gennaro memutuskan ti