Share

LEMBAR KE-14

Author: DAVOBI
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Keesokan harinya Ziu mulai berkeliling di sekitar tempat tinggal barunya. Dia tampak berjalan-jalan bersama Khani. Namun, sebenarnya itu hanya sebuah kamuflase. Ziu sejatinya sedang mencari informasi mengenai keadaan di tempat itu. Hal ini sebagai salah satu cara untuk masuk ke dalam ruangan rahasia yang dibicarakan oleh Khani.

Banyak pelayan yang sedang sibuk melakukan tugasnya di pagi itu. Beberapa pelayan terlihat sedang menyapu halaman dan merapikan rumput ataupun tumbuhan. Ada juga yang sedang membersihkan sisi bangunan yang tampak kotor.

Di tempat terpisah, terdapat pelayan yang membersihkan kolam air. Mereka semua bekerja tanpa banyak bicara sehingga pekerjaannya tidak akan berlangsung lama. Vajra memang meminta mereka untuk fokus kepada kewajiban yang harus dilaksanakan terlebih dahulu. Hal itu akan melatih para pelayannya agar lebih tertib saat berperilaku.

Setelah beberapa saat Ziu berjalan memperhatikan keadaan di sekitar kediaman Vajra, dia berdiri m

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-15

    Ziu kemudian membalikkan badannya sehingga menghadap ke arah Khanti. Dia hendak menjelaskan sesuatu kepada gadis yang menatapnya dari bawah. Khanti penasaran dan sangat ingin tahu maksud dari ucapan majikannya tadi.“Sebelum berada di sini, aku adalah seorang kurator museum yang sangat dihormati oleh para karyawanku. Aku pernah terkunci di dalam museum seorang diri karena tertidur di kamar mandi. Aku terpaksa harus mencari jalan keluar dengan cara memanjat tembok dari taman. Saat itu pun aku bahkan melakukannya dengan menggunakan alas kaki yang tidak nyaman dan aku berhasil,” tutur Ziu dengan panjang lebar.Gadis nekat itu pun kembali melakukan usaha untuk memanjat dinding di hadapannya. Lagi-lagi Khani melarang dan menghalangi usaha majikannya itu. Dia terus memegangi kaki Ziu sehingga membuat nona mudanya semakin kesulitan memanjat dinding.Ziu menghentikan usahanya. Dia diam dan tampak berpikir sebentar. “Akan memakan waktu lama jika begini.

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-16

    Vajra yang mendengar teriakan perempuan berhenti dan tampak mencari sumber suaranya. Kemudian dia melihat seorang perempuan berada di atas dinding. Dia segera berjalan cepat dan mendekati perempuan tersebut. Wajah Vajra menunjukkan rasa heran ketika mengetahui identitas perempuan tersebut. Dia hanya terdiam melihat Ziu.Lagi-lagi Ziu hanya melihat dengan ekspresi wajah terpesona ketika Vajra melihatnya dari bawah tempatnya terjebak. Dia terdiam tanpa bisa mengeluarkan kata-kata dari mulutnya seperti biasa. Tapi hal itu tidak terjadi terlalu lama. Sesaat kemudian Ziu tersadar dari lamunannya.“Kakak laki-laki” panggil Ziu dengan suara yang dibuat-buat.Vajra mengangkat kedua alisnya secara bersamaan. Dia melakukan hal itu sebagai tanda bahwa sedang mendengarkan perempuan yang terjebak di atas dinding itu.“Kakak laki-laki, Nona kecil ini sedikit nakal karena dengan lancang menaiki dinding untuk menyaksikan pemandangan. Namun, sekarang malah tidak bisa turun. Kakak, bisakah kau meminjam

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-17

    “Ziu,” jawab Khani dengan sangat jelas. “Khani, akhir-akhir ini mengapa kau menjadi begitu ceroboh?” ujar Ziu dengan raut wajah yang sedih. “Kau bahkan tidak memiliki sedikit sopan satun dan etiket.” Khani memenjamkan mata sebentar sambil menggigit bibir bawahnya pelan. Dia tampaknya sadar jika sudah melakukan kesalahan. “Kau bahkan membiarkanku naik ke atas dinding sehingga terjatuh dengan keras. Seharusnya hal seperti itu tidak boleh terjadi,” lanjut Ziu. “Baik, Nona. Maafkan semua kesalahan hamba. Nona telah menegurku dengan baik. Hamba tidak akan berani lagi mulai sekarang. Hal ini akan hamba ingat terus,” jawab Khani dengan raut wajah penuh penyesalan. Seorang pelayan wanita masuk ke dalam ruangan Ziu. Dia langsung memberi hormat kepada Ziu yang sudah menjadi nona muda di dalam kediaman itu. “Maaf, Nona Muda, anda sedang ditunggu di ruang pertemuan. Tuan Muda menyuruh saya untuk menyampaikan hal ini kepada Nona,” ucap pelayan wanita tersebut dengan sopan. “Ditunggu? Siapa

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-18

    Gadis tersebut tidak langsung menjawa pertanyaan dari Pangeran Vajra. Dia terdiam selama beberapa saat. “Maafkan Yang Mulia, tapi Nona ini kekurangan pengetahuan. Tidak tahu istilah itu.”“Anda benar-benar tidak pernah mendengarnya?” tanya Pangeran Vajra sekali lagi.“Belum pernah mendengar sebelumnya,” jawab Nona Muda Ketiga sambil menggelengkan kepalanya perlahan.Pangeran Vajra menatap ke arah calon istirnya selama beberapa saat tanpa berkedip. Dari sorot matanya terlihat sangat waspada dan tidak mempercayai ucapan gadis yang sedang duduk di hadapannya itu.“Yang Mulia, lalu apakah arti dari istilah tersbeut?” tanya Pejabat Daka yang juga penasaran setelah mendenganya.Pangeran Vajra tersenyum kecil. “Jika aku tahu, aku tidak akan bertanya.”Pejabat Daka dan istrinya tersenyum kecut setelah mendengar jawaban dari Pangeran Vajra. Dia terlihat canggung menatap Pangeran Vajra.“Baiklah, aku telah melihat penampilan sejati Nona Muda selama beberapa saat ini. Besok aku akan mengirim ora

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-19

    Suara menggelegar dari seorang pelayan tersebut mengejutkan Khani dan Ziu. Suara tersebut mendakan bahwa istri dari pejabat Anmu Daka datang berkunjung ke kamar Ziu. Khani kemudian membantu Ziu berdiri untuk menyambut kedatangan wanita tersebut.Lira, istri Anmu Daka, sekaligus ibu tiri dari Ziu masuk dengan tiga orang pelayannya. Salah satu pelayan membawa sebuah tempat berbentuk layaknya baki ditutupi oleh kain merah. Ziu dan Khani mendekat dan memberi hormat kepada Nyonya Besar di rumah itu.“Ziu, berlututlah!” Ibu tiri Ziu langsung menyuruh Ziu dengan nada yang terdengar kesal dan penuh emosi. “Kau mempermalukan semua orang dengan memanjat dinding untuk melarikan diri. Apa kau tahu letak kesalahanmu?”Tanpa bicara, Ziu langsung menuruti perkataan ibu tirinya itu. Dia duduk berlutut di depan Nyonya Lira. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun. Khani yang tadinya berdiri tiba-tiba ikut berlutut.“Mohon Nyonya memaafkan

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-20

    Terdengar suara mengaduh yang keluar dari mulut Ziu. Dia akhirnya tersadar. Dengan badan yang terlihat agak lemah, dia bangun dengan dibantu oleh Khani.“Aakhh… mengapa seluruh tubuhku terasa sakit?” tanyanya sambil bangkit dari tempatnya tak sadarkan diri tadi.Ziu melihat Nyonya Lira yang sedang berdiri di hadapannya. Tatapan matanya menunjukkan bahwa dia belum pernah melihat wanita itu.“Apa yang sedang kau lakukan? Apakah kau yang membuat tubuhku terasa sakit semua?” tanyanya dengan suara yang kencang.Baik Khani dan Nyonya Lira benar-benar terkejut mendengar suara Ziu yang sangat kencang. Mereka tidak menyangka Ziu akan berbicara seperti itu. Seorang gadis bangsawan yang harusnya berperilaku penuh dengan etika tidak tampak dari sikap Ziu barusan. Dia tampak seperti orang lain ketika bangun.“Jangan pernah mengatakan jika kalian semua mengambil kesempatan untuk menggertakku saat aku sedang tidur. Kau benar-b

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-21

    “Aku sudah tidak tahan lagi. Aku perlu pergi ke kamar mandi,” teriak suara perempuan yang di tengah malam.Rupanya suara itu berasal dari mulut Ziu. Dia sedang berusaha untuk keluar dari ruangan tempatnya dikurung. Ziu benar-benar tidak tahan berada di dalam ruangan tersebut. Kotor, udaranya pekat, tidak terdapat cukup cahaya penerangan sehingga Ziu tidak dapat melihat terlalu jelas di dalam tempat tersebut.Tiba-tiba, pintu terbuka. Seorang pelayan melemparkan sebuah keranjang kecil. Benda-benda di dalam keranjang itu berceceran di lantai. Walau samar, Ziu dapat melihat kain, jarum, dan benang berserakan di dekat keranjang tersebut. Ziu mencoba menghentikan pintu yang buru-buru ditutup oleh pelayan tersebut.“Nyonya sudah memberi perintah bahwa Nona Muda harus menyelesaikan sulaman kantong dengan gambar sepasang bebek mandarin,” ucap pelayan tersebut sembari menirukan kata-kata Nyonya Lira tanpa kesalahan sedikitpun. “Saat anda sud

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-22

    “Aku pikir harta karun seperti ini hanya ada di dalam mitos dan cerita yang dibuat oleh pahlawan. Siapa yang menyangka jika itu benar-benar ada.”Ziu ternyata sudah berada di dekat benda bersinar yang ditemukannya. Di dalam hatinya seperti terdapat sebuah kembang api yang meledak dengan cerah. Dia benar-benar merasa senang telah menemukan benda itu.“Karena aku sudah menjadi Nona Muda Kedua, maka tidak akan dihitung sebagai kejahatan jika hanya melihatnya sebentar,” ujarnya sambil tersenyum nakal. “Mari kita lihat apakah pria tua Anmu ini punya sebuah rahasia.”Ziu kemudian mencoba untuk memegang benda bersinar di hadapannya itu. Namun, benda tersebut bersinar semakin terang ketika tangan Ziu menyentuhnya. Ziu yang merasa sangat silau menutupi kedua matanya menggunakan salah satu tangannya. Cahaya tersebut bersinar semakin terang hingga terlihat benderang dari luar ruangan.***_____***

Latest chapter

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-33

    Vajra berpaling dan pergi dari tempatnya berdiri tanpa mengatakan apa-apa lagi. Bahkan, dia tak bergeming ketika mendengar suara lantang dari Ziu. Vajra tetap berjalan meninggalkan Ziu yang masih berada di atas tembok dinding. Khani menghembuskan nafas panjang karena merasa lega melihat respon Vajra. Dia merasa bebas dari hukuman yang berat. Di dalam hati, Khani terus mengucap syukur atas hal baik yang baru saja dia alami. “Sial! Aku gagal lagi. Kalau begitu aku harus mencari cara lain lagi untuk melarikan diri sebelum kembali ke rumahku,” ucap Ziu yang tak punya pilihan lain. Wajah Khani menegang. “Nona Ziu, apa yang anda katakan? Anda tidak bisa pergi!” Ziu tidak mengindahkan perkataan Khani. Wajahnya tampak sudah dipenuhi tekad yang benar-benar kuat untuk pergi. “Nona, dengarkan aku! Tidakkah anda ingin menemukan buku kuno itu?” tanya Khani yang tiba-tiba membahas tentang benda yang dicari oleh majikannya. Perlahan Ziu mulai melihat mendengarkan. Usaha Khani untuk menarik per

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-32

    Pintu keluar tempat tinggal Ziu tergeser perlahan. Kepala Ziu keluar sedikit untuk memeriksa keadaan sekitar. Tidak tampak satu pun penjaga yang lalu-lalang di sekeliling ruangannya. Tanpa pikir panjang lagi Ziu kemudian bergegas keluar.“Nona! Nona!” Khani terus memanggil majikannya sambil berlari mengejar Ziu.Ziu yang sudah berniat berlari dengan kecepatan penuh tiba-tiba mengurangi laju langkah kakinya. Dia tidak ingin suara Khani sampai membuat para pelayan ataupun penjaga kediaman berkumpul.“Nona, anda benar-benar tidak boleh pergi dari sini,” cegah Khani sambil memegangi tangan Ziu. “Hamba mohon, Nona.”“Kau sudah mencari selama satu hari penuh tapi belum menemukannya sama sekali. Hal itu berarti benda yang kita cari tidak ada di tempat ini,” tutur Ziu menjelaskan alasannya ingin pergi dari kediaman. “Lalu, mengapa aku harus bertahan untuk tetap tinggal di sini? Kita pergi saja ke tempat lain.”Ziu melepaskan genggaman tangan Khani. Dia segera melangkahkan kakinya lagi menyusu

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-31

    Ziu diam saja mendengar pertanyaan Khani. Di satu sisi dia tidak ingin bertemu dengan orang menyebalkan itu lagi. Namun, di sisi lain kata-kata pelayannya itu terasa masuk akal. Ziu merasa bingung dengan hal yang harus dipilihnya.“Nona, kita harus meninggalkan kesan yang baik padanya. Di masa depan, dia akan memperlakukanmu lebih baik karena hal itu. sejak malam pernikahan kemarin, anda belum pernah sekalipun mengunjungi dia,” ucap Khani memberikan pendapatnya.“Aku tidak akan melakukan hal itu!” Putri mulai meninggikan suaranya sambil menarik kaki yang tengah dipijat oleh pelayannya itu. Wajahnya menunjukkan keengganan untuk melakukan saran dari Khani.“Dia lebih baik mengabaikan aku saja. Bagaimanapun, cepat atau lambat akuakan pergi dari sini. Mengapa aku harus berusaha untuk mengambil hatinya?” protes Ziu secara terus terang. “Pangeran Ketiga memang terlihat tampan. Namun, dia juga mempunya banyak wanita simpanan ya

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-30

    Selir Sinaksa dan Selir Yurian tertawa geli melihat Ziu terjatuh begitu keras. Mereka segera menyembunyikan rasa senangnya karena tidak ingin terlihat sengaja melakukannya. Mereka berdua melakukan hal itu hanya demi kesenangan semata.Ziu terbangun setelah beberapa saat tidakbergerak di lantai. Dari raut wajahnya bisa terlihat bahwa dirinya merasa kesakitan. Khani masih merasa khawatir walaupun Nonanya sudah sadar.“Nona, apa kau baik-baik saja?” tanya Khani sambil membantu Ziu duduk di lantai.“Ouch! Bagaimana aku tadi bisa jatuh? Rasanya sangat menyakitkan,” keluh Ziu yang akhirnya bisa duduk. Dia melihat bagian tubuhnya yang terasa sakit.Khani juga ikut memeriksa tubuh majikannya. Dia melihat wajah Ziu dengan seksama. Seusai melihat wajah Nona Mudanya, Khani menunjukkan ekspresi terkejut, tetapi juga senang secara bersamaan. Wanita yang kini dihadapannya bukan Ziu yang lemah lembut lagi.“Nona Ziu,” panggil K

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-29

    Di dalam Istana Wula, tempat tinggal Anmu Ziu sebagai Putri Permaisuri Ketiga telah kedatangan dua wanita yang tidak dikenal oleh Ziu. Seorang wanita mengenakan pakaian berwarna kuning berdiri dengan sangat tenang. Sedangkan di belakangnya perempuan berpakaian warna ungu menunggu dengan wajah masam.Mereka berdua sedang menunggu Ziu yang tengah bersiap-siap terlebih dahulu. Keduanya ingin bertemu dengan perempuan yang telah dipilih langsung oleh Pangeran Ketiga sebagai permaisuri. Khani berdiri dengan tenang namun penasaran ketika melihat kedua orang asing tersebut.Setelah beberapa saat menunggu, Ziu yang sudah berganti pakaian keluar. Busana berwarna biru langit membalut tubuhnya seolah-olah mengeluarkan auranya sebagai seorang permaisuri. Hiasan di kepalaZiu cukup sederhana tapi terasa sangat cocok dengan wajah cantiknya.“Selir Sinaksa memberi salam kepada Putri Permaisuri Ketiga,” ujar perempuan berbaju ungu sambil memberi hormat. Ziu dapat meli

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-28

    Khani tersenyu mendengar Nona Mudanya bicara dengan terbata-bata. “Tadi malam, Pangeran Ketiga datang melihat Nona. Beliau hanya masuk sebentar, lalu pergi. Anda dan Pangeran Ketiga tidak melakukan malam pertama”Ziu menghela nafas panjang dan tersenyum lega. Dia merasa nyaman karena tidak terjadi apa-apa dengannya tadi malam. Ziu tidak akan canggung atau malu bertemu jika setelah ini bertemu dengan Pangeran Kedua.“Lalu, apakah Pangeran Kedua datang?” tanya Ziu dengan wajah penasarannya.“Pangeran Kedua memang datang. Tapi anda memanggil Pangeran Ketiga dengan kata-kata itu tepat ketika Pangeran Kedua berada di luar ruangan ini. Dia marah dan pergi begitu saja,” cerita Khani mengenang kejadian semalam.Wajah Ziu yang mulanya terlihat ceria kini berubah bingung. “Bagaimana aku memanggil Pangeran Ketiga?”“Suamiku… cepatlah masuk! Aku tak bisa menunggu lagi,” ujar Khani menirukan Ziu ketika memanggil Pangeran Ketiga. “Nona, waktu itu anda memanggilnya seperti itu.”Ziu benar-benar tida

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-27

    Air yang tercurah dari atas langung mengguyur sekujur tubuh Ziu. Rasa dingin menyerang kepalanya dan langsung menyebar ke seluruh pori-pori di tubuhnya. Ziu tidak dapat menghindar sedikitpun dari senjata yang disiapkannya sendiri. Dia menerima air itu dengan pasrah dan tenang.Kemalangan yang dialami oleh Ziu tidak berakhir di situ. Sebuah balok kayu berukuran cukup besar jatuh dan mengenai punggungnya dengan keras. Ziu sampai terjatuh menerima hantaman benda tersebut. Dia tak sadarkan diri di lantai kamarnya.Keesokan harinya, di pagi yang sangat cerah, Khani sudah selesai menyiapkan keperluan untuk membersihkan diri setelah majikannya terbangun. Kemudian dia melirik Nona Mudanya yang masih tertidur dengan tenang.“Semuanya sudah selesai. Nanti, tidak peduli Nona mana yang bangun, aku akan siap,” gumam Khani dengan suara pelan sembari tersenyum senang.Tidak berapa lama setelahnya, Ziu perlahan membuka mata. Dia sudah terjaga dari tidurnya. Z

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-26

    Pangeran Vajra kini berada di depan pintu kamar pengantin. Dia tidak langsung masuk ke dalam ruangan itu. Pangeran Vajra diam sebentar seperti sedang membulatkan tekadnya. Setelah dirasa cukup, dia membuka pintu kamar pengantin miliknya. Ziu buru-buru menutup kembali wajahnya.Khani memberi hormat kepada Pangeran Kedua Kerajaan Burumun yang ada di hadapannya. Namun, Pangeran Kedua memberi isyarat kepadanya agar tetap diam. Suami Nona Mudanya juga menggunakan jari telunjuknya untuk menyuruh Khani keluar dari ruangan itu. dengan berat hati, Khani melakukan perintah laki-laki yang kini menjadi tuannya itu.Khani berjalan menjauh dari Ziu dengan sangat perlahan agar tidak menimbulkan suara sedikitpun. Sesampainya di dekat pintu, Khani memberi hormat sekali lagi kepada Pangeran Vajra. Dia pun keluar dari ruangan itu. Ziu yang tidak tahu jika kini dia sendiri, tetap duduk dengan tenang seperti tidak terjadi apapun.Khani sebenarnya tidak tega meninggalkan Ziu sendiria

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-25

    Semua orang sedang menikmati suasana pesta pernikahan Pangeran Ketiga. Namun, hanya satu orang yang tidak bisa mengendalikan dirinya. Seorang laki-laki berjalan ke arah kamar Ziu pada malam itu. Dia melangkahkan kaki dengan sangat mantap tanpa rasa ragu sedikitpun. Hanya ada rasa dingin yang sangat kuat di sorot matanya. Jubah kebesaran tanda anggota kerajaan melambai ketika angin menyentuhnya.Pangeran Kedua berdiri terdiam di depan kamar pengantin. Hatinya terasa dingin karena setelah malam ini, perempuan yang dicintainya akan menjadi istri dari pria lain. Dia merasa tidak mampu mengatasi kesedihan yang kini dirasakannya. Rasa tidak rela memenuhi seluruh bagian perasaannya.Di dalam kamar pengantin, Ziu tersenyum bahagia. Dia sudah menyelesaikan senjatanya untuk menghadapi Pangeran Ketiga. Sekarang hatinya sudah merasa agak nyaman ketika membayangkan air jatuh membasahi tubuh suaminya ketika nekat mendekatinya.“Nona Ziu, Pangeran Ketiga pasti sang

DMCA.com Protection Status