Neira pikir Atlan bercanda saat mengajak dirinya untuk datang ke pertandingan futsal cowok itu. Awalnya Neira masih menganggap bahwa tindakan Atlan di kantin dua hari lalu hanya untuk pamer kepada semua orang tentang kedekatan mereka. Tapi, saat hari yang dijanjikan itu tiba, Neira akhirnya sadar bahwa Atlan serius dengan ucapannya.
Jujur saja Neira tidak begitu menyukai pertandingan yang berhubungan dengan olahraga. Dibanding harus berdiri diantara kerumunan orang sambil berteriak memberi semangat, Neira lebih nyaman menepi di kamar sambil membaca buku atau menonton drama. Alasannya tidak pernah berbeda, karena Neira tidak suka keramaian.
Lalu entah apa yang merasuki pikiran Neira ketika ia setuju menemani Atlan ke gedung futsal di mana pertandingan akan diadakan dengan mengingkari janji dinner yang sudah direncanakan bersama teman satu kelasnya.
Sudah lima belas menit lamanya Neira menduduki kursi yang tersedia di pinggir lapangan. Ketika orang-orang menonton
Neira sempat berpikir bahwa Wawa akan marah lalu mendiaminya seharian, ketika ia tiba-tiba membatalkan janji dinner yang sudah direncanakan teman satu kelasnya demi menemani Atlan ke pertandingan futsal.Namun rupanya jangankan marah, Wawa bahkan tidak pernah membicarakan masalah itu lagi sejak pagi sebelum Neira yang mengungkitnya lebih dulu."Lo beneran gak marah kan, Wa?" Sudah tidak terhitung berapa kali Neira menanyakan hal itu. "Gue bener-bener gak maksud buat batalin. Kalo perlu kita bisa dinner lagi berdua. Gue traktir, deh. Tapi kalo mau ajak yang lain bayar sendiri-sendiri."Wawa yang sedang mengaduk baksonya hingga tercampur dengan kecap dan saus mendongak. Untuk pertama kalinya ia merasa terganggu dengan Neira yang terus meminta maaf."Lama-lama gue kenyang bukan karna makan bakso, tapi karna denger permintaan maaf Lo." Wawa menjeda ucapannya untuk mencicipi rasa baksonya yang sudah tercampur rata. "Lagian kenapa gue harus mara
Mobil yang mengantar Neira berhenti di depan gedung perpustakaan kota. Sesaat setelah turun dan mobil itu melaju pergi, ponselnya berbunyi. Karena posisinya masih di pinggir jalan, ia pun harus menepi ke tempat yang tidak dilalui kendaraan.Neira mengeluarkan ponselnya dari tas kemudian mendapati satu panggilan tidak terjawab dari Atlan. Tak lama setelahnya, Atlan kembali memanggil. Kali ini Neira langsung mengangkatnya.Digesernya icon telepon ke atas sebelum menyapa Atlan. "Halo.""Lo di mana?" tanya Atlan tanpa mengucap salam terlebih dahulu.Terdengar jelas suara tarikan napas Atlan yang terengah. "Perpustakaan kota. Baru aja sampai. Kenapa?""Kenapa gak bilang mau pergi ke sana. Siapa yang nganter?"Neira memicingkan matanya karena tersorot sinar matahari. Ia juga memundurkan posisinya agar bisa berlindung dibalik pagar. "Diantar Pak Kasman. Lo kan tadi latihan futsal. Mana mungkin gue minta dianterin."Kembali terdengar helaan n
Jam lima sore, Neira sudah diizinkan pulang oleh dokter. Namun karena tangannya cedera cukup parah, ia dianjurkan untuk tidak banyak bergerak.Frida sendiri sudah mewanti-wanti agar Neira tidak datang ke sekolah selama tiga hari. Atau setidaknya sampai gips yang membungkus tangannya dilepas.Sesampainya di rumah, Neira langsung dibawa ke kamar. Segala keperluannya disiapkan, seperti air minum, camilan, dan obat agar ia tidak perlu mengambilnya sendiri di bawah.Neira juga sudah menghubungi Elvina menggunakan ponsel milik Atlan. Meski awalnya ia ragu karena takut wanita itu khawatir, tapi akan lebih baik jika ia memberitahunya sekarang karena suatu saat mamanya juga tetap akan tahu.Mendengar berita kecelakaan Neira, Elvina sontak bersedih. Ia merasa tidak berguna karena tidak bisa mendampingi sang putri. Tapi selanjutnya Neira berjanji untuk kedepannya akan menjaga diri lebih baik lagi. Barulah setelahnya Elvina bisa merasa sedikit lebih tenang.Ob
Surat izin yang dikirim Frida kepada Ibu Rika selaku wali kelas dua belas IPA 3 bertuliskan tiga hari istirahat. Tapi Neira sudah datang ke sekolah di hari kedua. Alasannya karena gadis itu sudah tidak betah hanya berdiam diri di kamar dan khawatir dengan tugas yang menumpuk jika ia absen ke sekolah terlalu lama.Meski sempat ditentang oleh Frida, Neira akhirnya berhasil meyakinkan mertuanya itu dengan berjanji tidak akan banyak melakukan aktivitas dan hanya akan beristirahat di kelas.Walaupun Neira sudah berjanji untuk menjaga dirinya, Frida tetap menitipkan pesan kepada Atlan agar mengawasi Neira. Hanya dengan begitu ia bisa merasa tenang membiarkan Neira kembali ke sekolah meski dengan kondisi tangan yang masih dibungkus gips dan perban di dahi.Dua hari tidak datang ke sekolah membuat Neira menjadi begitu rindu dengan kursinya, dengan perpustakaan, dan tentu saja sangat merindukan Wawa.Kehilangan ponsel membuat Neira juga kehilangan akses untuk berk
Setelah membuat kehebohan dengan membawakan makanan untuk Neira saat jam istirahat tadi, Atlan kembali membuat heboh semua orang karena ketika jam pulang sekolah, ia sudah berdiri di depan pintu kelas dua belas IPA 3 menunggu Neira keluar.Keberadaan Atlan di sana sempat membuat Ibu Rika yang mengajar jam terakhir di kelas itu terkejut."Sedang apa kamu di sini?" tanya wali kelas dua belas IPA 3 tersebut.Dengan entengnya Atlan menjawab. "Nunggu Neira, Bu."Mungkin jika sebelumnya gosip antara Atlan dan Neira tidak tersebar sampai ke telinga guru, Ibu Rika akan banyak bertanya. Tapi, karena ia pun sudah tahu bahwa salah satu siswi di kelasnya dekat dengan siswa paling pintar di sekolah itu, guru yang mengajar pelajaran biologi tersebut pergi setelah melempar godaan kepada Atlan.Tapi, sebelum Ibu Rika, tentu saja orang yang paling antusias melempar godaan kepada Atlan dan Neira adalah Wawa. Rasanya telinga Neira sudah panas mendengar godaan dari sa
Jam pelajaran olahraga di kelas dua belas IPA 3 masih tersisa sepuluh menit lagi, tapi Pak Tirta menyudahi pertemuannya untuk memberi lebih banyak waktu istirahat.Setelah membubarkan diri dari lapangan, di antara mereka ada yang memilih berganti pakaian lebih dulu, dan ada pula yang langsung ke kantin untuk makan.Jika Wawa memutuskan untuk makan dulu kemudian mandi, Neira justru memilih mandi terlebih dahulu karena sudah merasa begitu gerah dan berkeringat.Untung saja fasilitas di SMA Pelita Husada terbilang lengkap. Termasuk tersedianya kamar mandi yang bisa digunakan siswa-siswi untuk membersihkan diri dari keringat setelah mengikuti pelajaran olahraga.Setelah mengambil seragam di kelas, Neira berjalan seorang diri menuju kamar mandi cewek karena kebanyakan temannya memilih untuk makan lebih dulu.Tapi, ketika sampai di depan kamar mandi ia bertemu dengan Dwi yang tiba lebih dulu darinya."Kayaknya di dalam kosong, yuk masuk," ajak Dwi
Tadi pagi saat mendapati Neira pingsan di depan kamar mandi, Atlan begitu panik. Yang ia ingat hanya bagaimana caranya bisa membawa gadis itu sampai di rumah sakit segera. Sampai ia lupa membawa tasnya ikut serta kemudian terpaksa meminta tolong kepada Aydin untuk mengambilnya.Awalnya Atlan ingin mengambil tasnya di rumah Aydin, tapi ternyata cowok itu sudah mengembalikannya ke rumah.Setelah berganti pakaian, Atlan kembali ke rumah sakit menggantikan Frida yang tadi menjaga Neira. Karena Frida mengatakan bahwa Neira masih tidur, Atlan pun memilih menepi di sofa sambil mengecek ponselnya.Rupanya begitu banyak notifikasi pesan yang masuk. Ada pesan dari Aydin, Wawa, dan beberapa anak Pelita Husada lain yang semuanya menanyakan kondisi Neira.Tidak ada niat sedikit pun Atlan untuk membalas pesan-pesan itu dan membiarkan mereka semua penasaran.Atlan memilih membuka aplikasi game bola yang beberapa hari ini ia anggurkan. Satu pencapaian rekor karena
Neira termasuk orang yang sangat memperhatikan kesehatan. Mulai dari menjaga pola makan sampai olahraga rutin sehingga jarang terserang penyakit dan berurusan dengan rumah sakit.Mungkin selama tujuh belas tahun Neira hidup, bisa dihitung jari berapa kali dirinya berobat di rumah sakit. Itupun tidak pernah menginap. Karena biasanya, ia tidak pernah betah berlama-lama di sana dan memilih berobat jalan.Namun, untuk pertama kalinya Neira merasa tidak keberatan tinggal di rumah sakit lebih lama, selama ada Atlan yang menemaninya. Dan cowok itu seperti paham dengan keinginan Neira, sehingga tidak pernah meninggalkan gadis itu dalam waktu yang lama.Pagi ini setelah diperiksa oleh dokter dan dinyatakan sudah dalam kondisi yang lebih baik, Neira sedang sarapan bersama Atlan. Neira sedang makan bubur yang disediakan oleh rumah sakit, sedangkan Atlan menikmati nasi goreng yang dibelinya di kantin.Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi saat mereka menyelesaikan s
Kabar kelulusan Atlan dan Neira sudah sampai di telinga orang tua mereka. Di hari itu juga Haidar langsung merencanakan pesta kecil-kecilan. Namun, karena waktunya mendadak, mereka pun memutuskan untuk mengadakan pesta barbeque.Di halaman belakang kediaman Prayoga kini sudah diatur menjadi area untuk makan malam. Ada meja panjang dengan beberapa kursi juga yang tertata rapi di tengah halaman.Jika tahun lalu mereka selalu merayakan kenaikan kelas Atlan hanya bertiga, kini rumah itu menjadi begitu ramai. Bukan hanya karena kehadiran Neira, Elvina, dan Yasmin, tapi Wawa serta Aydin turut diundang.Jam delapan malam mereka sudah memulai. Atlan dan Aydin lah yang bertugas untuk memanggang daging sedangkan Neira dan Wawa menyiapkan nasi di meja. Lalu untuk para orang tua hanya tinggal menikmati."Ini apinya gak bisa dibesarin lagi apa? Udah ngiler banget gue," kata Aydin tak sabar melihat daging yang sudah matang menyeruakkan bau sedap."Kalo mau hangu
Neira yang awalnya ingin ke dapur terpaksa harus membelokkan langkahnya ketika mendengar suara bel berbunyi. Saat membuka pintu ia terkejut dengan kehadiran dua orang yang berdiri di hadapannya sambil memasang cengiran. Kening Neira mengkerut. "Kalian datang berdua?" "Enggak seperti yang Lo pikir." Wawa langsung mengelak atas apapun yang mungkin Neira pikirkan ketika melihatnya datang bersama Aydin. "Dia yang ngikutin gue." "Kepedean Lo. Gue ke sini buat ketemu Atlan. Nei, Atlan ada, kan?" tanya Aydin kepada Neira. Neira yang masih berusaha mengerti situasi hanya bisa mengangguk. "Ya kenapa Lo mau ketemu Atlan pas banget gue datang ke sini. Kan Lo bisa datang besok atau lusa gitu." "Suka-suka gue, lah. Yang punya rumah juga gak permasalahin gue mau datang kapan." Aydin langsung bergegas masuk ketika melihat Wawa membuka mulutnya. "Gak sopan main nyelonong masuk tanpa izin," teriak Wawa yang berhasil terpancing emosi oleh Aydin.
Mobil Atlan berhenti di depan teras rumah disusul mobil yang membawa Frida dan Elvina selanjutnya.Atlan buru-buru melepas safety belt-nya, lalu keluar dari mobil. Ia berputar menuju pintu bagian penumpang lalu menuntun Neira turun dari kursinya.Frida serta Elvina yang juga sudah turun dari mobil menunggu keduanya di teras dan akan bersama-sama masuk ke dalam rumah. Tapi, belum sempat mereka melewati pintu tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang dari belakang."Berhenti!"Semua orang sontak berbalik lalu terkejut mendapati keberadaan Jelita di sana."Jelita, sedang apa kamu di sini?" tanya Elvina heran.Pikiran Frida penuh akan pertanyaan tentang siapa gadis yang berdiri di depan mereka saat ini, dan pertanyaan itu langsung terjawab ketika Jelita angkat bicara."Kenapa Tante penjarain papa Jelita?" Suara Jelita tinggi sarat akan kemarahan. "Apa belum cukup, dengan kepergian Mama, sampai Tante juga mau pisahin Papa dari aku?"
Elvina mengakhiri pembicaraannya bersama Frida di telepon. Baru saja besannya itu memberikan informasi bahwa Bagaskara sudah ditangkap dan kini berada di kantor polisi.Seketika ia tidak tahu bagaimana perasaannya, antara ingin senang atau sedih.Bagaskara memang sudah dilaporkan atas dua tuduhan. Yaitu sengaja mencelakai Ferdinand serta melakukan penipuan atas pembelian saham perusahaan pria itu.Namun, yang melaporkannya adalah Haidar dan Frida. Sebab, Elvina merasa tidak tega melawan kakak iparnya sendiri di pengadilan nanti.Sekarang ia pun kebingungan mencari cara untuk mengatakan kepada Neira, sebab gadis itu sama sekali tidak tahu rencana pelaporan omnya tersebut.Saat ini Neira sedang menemani Yasmin bermain di ruang keluarga. Dan ia pun terpaksa harus mengganggu aktivitas kedua putrinya.Ketika membuka pintu, Elvina mendapati Yasmin duduk melantai bersama beberapa boneka barbie-nya. Sedangkan Neira berada di sofa sambi
Atlan sudah rapi dengan pakaiannya, kini ia sedang menunggu Neira di ruang tamu. Hari ini mereka akan mendatangi book shop untuk membeli beberapa buku persiapan ujian. Meski mereka di skors dan tidak menerima pelajaran dari sekolah, keduanya tetap bisa belajar dari rumah.Sebenarnya perasaan Neira masih belum membaik setelah kejadian kemarin, tapi Atlan berusaha menghibur gadis itu dengan cara mengajaknya jalan-jalan. Dan, ide brilian Atlan yang tidak mungkin ditolak oleh Neira adalah dengan membeli buku. Sebab, gadis itu selalu menyukai hal yang berhubungan dengan buku.Tak seberapa lama kemudian Neira datang dengan setelah dress selututnya. Hal yang sempat membuat Atlan terdiam beberapa saat karena terkesima. Atlan tidak bisa mengelak bahwa penampilan Neira saat ini sangat cantik."Duh, cantiknya menantu bunda. Mau ke mana, jalan-jalan, yah?" Frida yang datang dari arah taman samping menghampiri keduanya."Kami mau beli buku, Bunda," jawab Neira sedikit
Setelah kepergian Bagas, mereka kembali ke ruang kerja Ferdinand. Tapi, hanya Neira, Elvina, dan Frida karena Haidar sudah pulang lebih dulu untuk pergi menemui kliennya.Sejak tadi Neira sudah menahan rasa penasarannya. Baik Elvina maupun Frida menyadari hal itu tapi tetap berpura-pura tidak tahu. Sampai akhirnya Neira pun menuntut penjelasan, dan keduanya tidak bisa mengelak lagi."Aku ngerasa Mama sama Bunda lagi nutupin sesuatu." Neira memandang Elvina dan Frida secara bergantian. Di mana kedua wanita itu pergi ke tempat berbeda. Jika Frida kembali ke sofa untuk duduk, Elvina sendiri menghampiri meja kerja Ferdinand untuk melakukan panggilan kepada Nimas."Apa yang kalian sembunyiin? Dan kenapa aku gak dikasih tau?" tanyanya."Neira, duduk sini. Kamu gak capek berdiri terus?" panggil Frida. Ia mengambil salah satu cangkir kopi susu yang tadi dibawa OB. Meski sudah tidak sehangat tadi, ia tetap meminumnya.Neira menurut tanpa banya
Atlan memarkirkan mobilnya di depan gerbang Pelita Husada. Namun, jika biasanya ia datang untuk belajar, kali ini ia hanya datang untuk menemui Aydin setelah mengatur janji temu di jam istirahat.Arloji Atlan sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang tiga menit, di mana tandanya sebentar lagi jam pelajaran kedua akan berakhir.Atlan keluar dari mobil saat melihat Pak Joko sudah duduk di depan gerbang. Biasanya ketika hampir istirahat, security Pelita Husada itu memang selalu siaga menjaga gerbang dari siswa-siswi yang berniat bolos.Pak Joko yang melihat kehadiran Atlan mengapa lebih dulu. "Hari ini gak sekolah, Nak?" tanyanya ketika melihat Atlan hanya mengenakan pakaian biasa.Atlan tersenyum. "Lagi di skors, Pak," ucapnya terdengar santai padahal itu tandanya ia tidak akan menerima pelajaran di sekolah, dan artinya ia akan ketinggalan materi."Oalah. Nak Atlan mau masuk? Biar bapak bukakan gerbang?" Pak Joko memegang gembok gerbang, s
Meja makan mewah di kediaman Prayoga yang biasanya hanya diisi empat orang kini bertambah menjadi enam orang karena kehadiran Elvina dan Yasmin yang sedang melakukan sarapan.Hari ini adalah hari pertama Neira dan Atlan di skors sehingga mereka tidak bisa datang ke sekolah. Tapi, keduanya tetap berpakaian rapi karena akan mengunjungi suatu tempat."Kalau sudah selesai sarapan langsung bergegas. Takut di jalan macet dan kita akan kesiangan," ujar Haidar. Seperti biasa ia selalu menjadi orang pertama yang menyelesaikan sarapannya.Pria itu keluar dari ruang makan meninggalkan Frida, Elvina, Neira, Atlan, dan Yasmin yang masih belum menghabiskan makanan mereka. Terlebih Elvina yang belum makan apapun karena Yasmin tiba-tiba merengek ingin disuapi."Neira sudah selesai, Ma. Biar Neira yang suapin Yasmin. Lalu Mama makan," kata Neira usai menenggak sisa susu hangatnya."Tidak usah. Sebaiknya kamu langsung bersiap. Nanggung makanan Yasmin t
Elvina keluar dari kamar tamu di kediaman Prayoga usai membersihkan diri. Untuk sementara waktu ia dan Yasmin akan menginap di sana karena akan mengurus beberapa hal bersama Haidar dan Frida. Wanita itu juga tidak akan kembali lagi ke Beijing sebab urusannya di sana sudah selesai.Saat ini Elvina tengah berjalan menuju ruang kerja Haidar ketika Yasmin datang menghampirinya."Mama, temenin Yasmin main boneka," rengek gadis itu. Sejak tadi ia hanya berkeliling mencari orang yang bisa menemaninya bermain.Karena Haidar dan Frida sudah menunggu, tentu saja Elvina tidak bisa menuruti permintaan putrinya itu."Mama lagi ada pekerjaan, Sayang. Main sama yang lain aja, yah?" Kebetulan Sekar lewat dan wanita itu langsung memanggilnya. "Sekar, apa kamu sibuk?"Perempuan itu mendekat. "Tidak, Nyonya. Hanya ingin membawa ini ke dapur," jawabnya."Kalau begitu saya minta tolong kamu temani Yasmin bermain yah, saya ada pekerjaan," ujar Elvina.Seka