Mobil yang mengantar Neira berhenti di depan gedung perpustakaan kota. Sesaat setelah turun dan mobil itu melaju pergi, ponselnya berbunyi. Karena posisinya masih di pinggir jalan, ia pun harus menepi ke tempat yang tidak dilalui kendaraan.
Neira mengeluarkan ponselnya dari tas kemudian mendapati satu panggilan tidak terjawab dari Atlan. Tak lama setelahnya, Atlan kembali memanggil. Kali ini Neira langsung mengangkatnya.
Digesernya icon telepon ke atas sebelum menyapa Atlan. "Halo."
"Lo di mana?" tanya Atlan tanpa mengucap salam terlebih dahulu.
Terdengar jelas suara tarikan napas Atlan yang terengah. "Perpustakaan kota. Baru aja sampai. Kenapa?"
"Kenapa gak bilang mau pergi ke sana. Siapa yang nganter?"
Neira memicingkan matanya karena tersorot sinar matahari. Ia juga memundurkan posisinya agar bisa berlindung dibalik pagar. "Diantar Pak Kasman. Lo kan tadi latihan futsal. Mana mungkin gue minta dianterin."
Kembali terdengar helaan n
Jam lima sore, Neira sudah diizinkan pulang oleh dokter. Namun karena tangannya cedera cukup parah, ia dianjurkan untuk tidak banyak bergerak.Frida sendiri sudah mewanti-wanti agar Neira tidak datang ke sekolah selama tiga hari. Atau setidaknya sampai gips yang membungkus tangannya dilepas.Sesampainya di rumah, Neira langsung dibawa ke kamar. Segala keperluannya disiapkan, seperti air minum, camilan, dan obat agar ia tidak perlu mengambilnya sendiri di bawah.Neira juga sudah menghubungi Elvina menggunakan ponsel milik Atlan. Meski awalnya ia ragu karena takut wanita itu khawatir, tapi akan lebih baik jika ia memberitahunya sekarang karena suatu saat mamanya juga tetap akan tahu.Mendengar berita kecelakaan Neira, Elvina sontak bersedih. Ia merasa tidak berguna karena tidak bisa mendampingi sang putri. Tapi selanjutnya Neira berjanji untuk kedepannya akan menjaga diri lebih baik lagi. Barulah setelahnya Elvina bisa merasa sedikit lebih tenang.Ob
Surat izin yang dikirim Frida kepada Ibu Rika selaku wali kelas dua belas IPA 3 bertuliskan tiga hari istirahat. Tapi Neira sudah datang ke sekolah di hari kedua. Alasannya karena gadis itu sudah tidak betah hanya berdiam diri di kamar dan khawatir dengan tugas yang menumpuk jika ia absen ke sekolah terlalu lama.Meski sempat ditentang oleh Frida, Neira akhirnya berhasil meyakinkan mertuanya itu dengan berjanji tidak akan banyak melakukan aktivitas dan hanya akan beristirahat di kelas.Walaupun Neira sudah berjanji untuk menjaga dirinya, Frida tetap menitipkan pesan kepada Atlan agar mengawasi Neira. Hanya dengan begitu ia bisa merasa tenang membiarkan Neira kembali ke sekolah meski dengan kondisi tangan yang masih dibungkus gips dan perban di dahi.Dua hari tidak datang ke sekolah membuat Neira menjadi begitu rindu dengan kursinya, dengan perpustakaan, dan tentu saja sangat merindukan Wawa.Kehilangan ponsel membuat Neira juga kehilangan akses untuk berk
Setelah membuat kehebohan dengan membawakan makanan untuk Neira saat jam istirahat tadi, Atlan kembali membuat heboh semua orang karena ketika jam pulang sekolah, ia sudah berdiri di depan pintu kelas dua belas IPA 3 menunggu Neira keluar.Keberadaan Atlan di sana sempat membuat Ibu Rika yang mengajar jam terakhir di kelas itu terkejut."Sedang apa kamu di sini?" tanya wali kelas dua belas IPA 3 tersebut.Dengan entengnya Atlan menjawab. "Nunggu Neira, Bu."Mungkin jika sebelumnya gosip antara Atlan dan Neira tidak tersebar sampai ke telinga guru, Ibu Rika akan banyak bertanya. Tapi, karena ia pun sudah tahu bahwa salah satu siswi di kelasnya dekat dengan siswa paling pintar di sekolah itu, guru yang mengajar pelajaran biologi tersebut pergi setelah melempar godaan kepada Atlan.Tapi, sebelum Ibu Rika, tentu saja orang yang paling antusias melempar godaan kepada Atlan dan Neira adalah Wawa. Rasanya telinga Neira sudah panas mendengar godaan dari sa
Jam pelajaran olahraga di kelas dua belas IPA 3 masih tersisa sepuluh menit lagi, tapi Pak Tirta menyudahi pertemuannya untuk memberi lebih banyak waktu istirahat.Setelah membubarkan diri dari lapangan, di antara mereka ada yang memilih berganti pakaian lebih dulu, dan ada pula yang langsung ke kantin untuk makan.Jika Wawa memutuskan untuk makan dulu kemudian mandi, Neira justru memilih mandi terlebih dahulu karena sudah merasa begitu gerah dan berkeringat.Untung saja fasilitas di SMA Pelita Husada terbilang lengkap. Termasuk tersedianya kamar mandi yang bisa digunakan siswa-siswi untuk membersihkan diri dari keringat setelah mengikuti pelajaran olahraga.Setelah mengambil seragam di kelas, Neira berjalan seorang diri menuju kamar mandi cewek karena kebanyakan temannya memilih untuk makan lebih dulu.Tapi, ketika sampai di depan kamar mandi ia bertemu dengan Dwi yang tiba lebih dulu darinya."Kayaknya di dalam kosong, yuk masuk," ajak Dwi
Tadi pagi saat mendapati Neira pingsan di depan kamar mandi, Atlan begitu panik. Yang ia ingat hanya bagaimana caranya bisa membawa gadis itu sampai di rumah sakit segera. Sampai ia lupa membawa tasnya ikut serta kemudian terpaksa meminta tolong kepada Aydin untuk mengambilnya.Awalnya Atlan ingin mengambil tasnya di rumah Aydin, tapi ternyata cowok itu sudah mengembalikannya ke rumah.Setelah berganti pakaian, Atlan kembali ke rumah sakit menggantikan Frida yang tadi menjaga Neira. Karena Frida mengatakan bahwa Neira masih tidur, Atlan pun memilih menepi di sofa sambil mengecek ponselnya.Rupanya begitu banyak notifikasi pesan yang masuk. Ada pesan dari Aydin, Wawa, dan beberapa anak Pelita Husada lain yang semuanya menanyakan kondisi Neira.Tidak ada niat sedikit pun Atlan untuk membalas pesan-pesan itu dan membiarkan mereka semua penasaran.Atlan memilih membuka aplikasi game bola yang beberapa hari ini ia anggurkan. Satu pencapaian rekor karena
Neira termasuk orang yang sangat memperhatikan kesehatan. Mulai dari menjaga pola makan sampai olahraga rutin sehingga jarang terserang penyakit dan berurusan dengan rumah sakit.Mungkin selama tujuh belas tahun Neira hidup, bisa dihitung jari berapa kali dirinya berobat di rumah sakit. Itupun tidak pernah menginap. Karena biasanya, ia tidak pernah betah berlama-lama di sana dan memilih berobat jalan.Namun, untuk pertama kalinya Neira merasa tidak keberatan tinggal di rumah sakit lebih lama, selama ada Atlan yang menemaninya. Dan cowok itu seperti paham dengan keinginan Neira, sehingga tidak pernah meninggalkan gadis itu dalam waktu yang lama.Pagi ini setelah diperiksa oleh dokter dan dinyatakan sudah dalam kondisi yang lebih baik, Neira sedang sarapan bersama Atlan. Neira sedang makan bubur yang disediakan oleh rumah sakit, sedangkan Atlan menikmati nasi goreng yang dibelinya di kantin.Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi saat mereka menyelesaikan s
Meski kesehariannya lebih banyak dihabiskan dengan belajar dibanding bersenang-senang bersama teman, bukan berarti Neira kudet.Selain aplikasi untuk membaca novel, tentu saja Neira memiliki beberapa aplikasi sosial media di ponselnya. Namun, memang terbilang jarang ia gunakan.Ketika membukanya, Neira lebih sering hanya melihat-lihat video yang kebetulan lewat di berandanya. Untuk chatting-an sendiri ia hanya menggunakan satu aplikasi tertentu.Lantas disaat ponselnya baru saja dikembalikan oleh Atlan, lalu melihat begitu banyak notifikasi dari beberapa aplikasi yang jarang ia gunakan tentu saja membuat Neira heran kemudian terkejut ketika melihat isinya berisi hujatan.Sebelum mengembalikan ponsel itu kepada Neira, tentu saja Atlan sudah mencoba untuk menghapus semua pesan-pesan berisi hujatan untuk gadis itu. Tapi, tindakannya terkesan percuma sebab pesan lain seolah tidak ada hentinya masuk.Awalnya Neira memang terkejut, tapi dugaan Atlan di m
Karena Aydin memaksa, Atlan pun membiarkan cowok itu menemaninya ke ruang kepala sekolah, di mana di depan pintu ternyata sudah ada Neira dan Wawa."Nei." Neira yang sedang mengobrol dengan Wawa menoleh ketika mendengar suara Atlan."Kamu dipanggil juga?" tanya Neira ketika melihat kedatangan Atlan dan Aydin.Tanpa keduanya sadari, Wawa dan Aydin diam-diam saling pandang usai mendengar panggilan Neira untuk Atlan yang menggunakan kata kamu."Iya. Kita barengan aja masuknya," ujar Atlan.Neira setuju. Sebelum masuk ia lebih dulu berpamitan kepada Wawa. "Gue masuk dulu, yah."Wawa menggenggam tangan Neira. "Lo gak usah khawatir. Gue ada di sini kalo terjadi sesuatu.""Bro, hati-hati," kata Aydin sebelum Atlan dan Neira berjalan menuju ruang kepala sekolah.Atlan menarik handle pintu kemudian membiarkan Neira masuk lebih dulu, setelahnya ia menyusul dan menutup pintunya.Di dalam ruangan itu sudah ada Pak Arif selaku kepala