Tadi pagi saat mendapati Neira pingsan di depan kamar mandi, Atlan begitu panik. Yang ia ingat hanya bagaimana caranya bisa membawa gadis itu sampai di rumah sakit segera. Sampai ia lupa membawa tasnya ikut serta kemudian terpaksa meminta tolong kepada Aydin untuk mengambilnya.
Awalnya Atlan ingin mengambil tasnya di rumah Aydin, tapi ternyata cowok itu sudah mengembalikannya ke rumah.
Setelah berganti pakaian, Atlan kembali ke rumah sakit menggantikan Frida yang tadi menjaga Neira. Karena Frida mengatakan bahwa Neira masih tidur, Atlan pun memilih menepi di sofa sambil mengecek ponselnya.
Rupanya begitu banyak notifikasi pesan yang masuk. Ada pesan dari Aydin, Wawa, dan beberapa anak Pelita Husada lain yang semuanya menanyakan kondisi Neira.
Tidak ada niat sedikit pun Atlan untuk membalas pesan-pesan itu dan membiarkan mereka semua penasaran.
Atlan memilih membuka aplikasi game bola yang beberapa hari ini ia anggurkan. Satu pencapaian rekor karena
Neira termasuk orang yang sangat memperhatikan kesehatan. Mulai dari menjaga pola makan sampai olahraga rutin sehingga jarang terserang penyakit dan berurusan dengan rumah sakit.Mungkin selama tujuh belas tahun Neira hidup, bisa dihitung jari berapa kali dirinya berobat di rumah sakit. Itupun tidak pernah menginap. Karena biasanya, ia tidak pernah betah berlama-lama di sana dan memilih berobat jalan.Namun, untuk pertama kalinya Neira merasa tidak keberatan tinggal di rumah sakit lebih lama, selama ada Atlan yang menemaninya. Dan cowok itu seperti paham dengan keinginan Neira, sehingga tidak pernah meninggalkan gadis itu dalam waktu yang lama.Pagi ini setelah diperiksa oleh dokter dan dinyatakan sudah dalam kondisi yang lebih baik, Neira sedang sarapan bersama Atlan. Neira sedang makan bubur yang disediakan oleh rumah sakit, sedangkan Atlan menikmati nasi goreng yang dibelinya di kantin.Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi saat mereka menyelesaikan s
Meski kesehariannya lebih banyak dihabiskan dengan belajar dibanding bersenang-senang bersama teman, bukan berarti Neira kudet.Selain aplikasi untuk membaca novel, tentu saja Neira memiliki beberapa aplikasi sosial media di ponselnya. Namun, memang terbilang jarang ia gunakan.Ketika membukanya, Neira lebih sering hanya melihat-lihat video yang kebetulan lewat di berandanya. Untuk chatting-an sendiri ia hanya menggunakan satu aplikasi tertentu.Lantas disaat ponselnya baru saja dikembalikan oleh Atlan, lalu melihat begitu banyak notifikasi dari beberapa aplikasi yang jarang ia gunakan tentu saja membuat Neira heran kemudian terkejut ketika melihat isinya berisi hujatan.Sebelum mengembalikan ponsel itu kepada Neira, tentu saja Atlan sudah mencoba untuk menghapus semua pesan-pesan berisi hujatan untuk gadis itu. Tapi, tindakannya terkesan percuma sebab pesan lain seolah tidak ada hentinya masuk.Awalnya Neira memang terkejut, tapi dugaan Atlan di m
Karena Aydin memaksa, Atlan pun membiarkan cowok itu menemaninya ke ruang kepala sekolah, di mana di depan pintu ternyata sudah ada Neira dan Wawa."Nei." Neira yang sedang mengobrol dengan Wawa menoleh ketika mendengar suara Atlan."Kamu dipanggil juga?" tanya Neira ketika melihat kedatangan Atlan dan Aydin.Tanpa keduanya sadari, Wawa dan Aydin diam-diam saling pandang usai mendengar panggilan Neira untuk Atlan yang menggunakan kata kamu."Iya. Kita barengan aja masuknya," ujar Atlan.Neira setuju. Sebelum masuk ia lebih dulu berpamitan kepada Wawa. "Gue masuk dulu, yah."Wawa menggenggam tangan Neira. "Lo gak usah khawatir. Gue ada di sini kalo terjadi sesuatu.""Bro, hati-hati," kata Aydin sebelum Atlan dan Neira berjalan menuju ruang kepala sekolah.Atlan menarik handle pintu kemudian membiarkan Neira masuk lebih dulu, setelahnya ia menyusul dan menutup pintunya.Di dalam ruangan itu sudah ada Pak Arif selaku kepala
Setelah memberikan klarifikasi di depan semua orang, Atlan dan Neira kembali dipanggil menghadap ke ruangan kepala sekolah. Pak Arif memberikan surat panggilan kepada orang tua mereka untuk datang ke sekolah keesokan harinya.Itulah sebabnya Haidar, Frida, dan Elvina datang bertandang ke sekolah jam sembilan pagi.Sebagai salah satu donatur Pelita Husada yang beberapa kali datang ke sekolah itu, Haidar tentu sudah tahu di mana ruang kepala sekolah berada dan langsung menuntun istri beserta besannya menuju tempat itu.Rupanya di ruang kepala sekolah tersebut tidak hanya ada Pak Arif seorang diri, melainkan Ibu Rika dan Ibu Tiwi juga berada di sana."Selamat datang Pak Haidar." Pak Arif menyalami Haidar kemudian beralih kepada Frida dan Elvina. "Bu Frida." Karena baru pertama kali bertemu Elvina, Pak Arif hanya tersenyum ke arah wanita itu."Mari, silakan duduk." Pak Arif menuntun ketiganya menuju sofa yang memang dikhususkan untuk tamu.Sofa
Elvina keluar dari kamar tamu di kediaman Prayoga usai membersihkan diri. Untuk sementara waktu ia dan Yasmin akan menginap di sana karena akan mengurus beberapa hal bersama Haidar dan Frida. Wanita itu juga tidak akan kembali lagi ke Beijing sebab urusannya di sana sudah selesai.Saat ini Elvina tengah berjalan menuju ruang kerja Haidar ketika Yasmin datang menghampirinya."Mama, temenin Yasmin main boneka," rengek gadis itu. Sejak tadi ia hanya berkeliling mencari orang yang bisa menemaninya bermain.Karena Haidar dan Frida sudah menunggu, tentu saja Elvina tidak bisa menuruti permintaan putrinya itu."Mama lagi ada pekerjaan, Sayang. Main sama yang lain aja, yah?" Kebetulan Sekar lewat dan wanita itu langsung memanggilnya. "Sekar, apa kamu sibuk?"Perempuan itu mendekat. "Tidak, Nyonya. Hanya ingin membawa ini ke dapur," jawabnya."Kalau begitu saya minta tolong kamu temani Yasmin bermain yah, saya ada pekerjaan," ujar Elvina.Seka
Meja makan mewah di kediaman Prayoga yang biasanya hanya diisi empat orang kini bertambah menjadi enam orang karena kehadiran Elvina dan Yasmin yang sedang melakukan sarapan.Hari ini adalah hari pertama Neira dan Atlan di skors sehingga mereka tidak bisa datang ke sekolah. Tapi, keduanya tetap berpakaian rapi karena akan mengunjungi suatu tempat."Kalau sudah selesai sarapan langsung bergegas. Takut di jalan macet dan kita akan kesiangan," ujar Haidar. Seperti biasa ia selalu menjadi orang pertama yang menyelesaikan sarapannya.Pria itu keluar dari ruang makan meninggalkan Frida, Elvina, Neira, Atlan, dan Yasmin yang masih belum menghabiskan makanan mereka. Terlebih Elvina yang belum makan apapun karena Yasmin tiba-tiba merengek ingin disuapi."Neira sudah selesai, Ma. Biar Neira yang suapin Yasmin. Lalu Mama makan," kata Neira usai menenggak sisa susu hangatnya."Tidak usah. Sebaiknya kamu langsung bersiap. Nanggung makanan Yasmin t
Atlan memarkirkan mobilnya di depan gerbang Pelita Husada. Namun, jika biasanya ia datang untuk belajar, kali ini ia hanya datang untuk menemui Aydin setelah mengatur janji temu di jam istirahat.Arloji Atlan sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang tiga menit, di mana tandanya sebentar lagi jam pelajaran kedua akan berakhir.Atlan keluar dari mobil saat melihat Pak Joko sudah duduk di depan gerbang. Biasanya ketika hampir istirahat, security Pelita Husada itu memang selalu siaga menjaga gerbang dari siswa-siswi yang berniat bolos.Pak Joko yang melihat kehadiran Atlan mengapa lebih dulu. "Hari ini gak sekolah, Nak?" tanyanya ketika melihat Atlan hanya mengenakan pakaian biasa.Atlan tersenyum. "Lagi di skors, Pak," ucapnya terdengar santai padahal itu tandanya ia tidak akan menerima pelajaran di sekolah, dan artinya ia akan ketinggalan materi."Oalah. Nak Atlan mau masuk? Biar bapak bukakan gerbang?" Pak Joko memegang gembok gerbang, s
Setelah kepergian Bagas, mereka kembali ke ruang kerja Ferdinand. Tapi, hanya Neira, Elvina, dan Frida karena Haidar sudah pulang lebih dulu untuk pergi menemui kliennya.Sejak tadi Neira sudah menahan rasa penasarannya. Baik Elvina maupun Frida menyadari hal itu tapi tetap berpura-pura tidak tahu. Sampai akhirnya Neira pun menuntut penjelasan, dan keduanya tidak bisa mengelak lagi."Aku ngerasa Mama sama Bunda lagi nutupin sesuatu." Neira memandang Elvina dan Frida secara bergantian. Di mana kedua wanita itu pergi ke tempat berbeda. Jika Frida kembali ke sofa untuk duduk, Elvina sendiri menghampiri meja kerja Ferdinand untuk melakukan panggilan kepada Nimas."Apa yang kalian sembunyiin? Dan kenapa aku gak dikasih tau?" tanyanya."Neira, duduk sini. Kamu gak capek berdiri terus?" panggil Frida. Ia mengambil salah satu cangkir kopi susu yang tadi dibawa OB. Meski sudah tidak sehangat tadi, ia tetap meminumnya.Neira menurut tanpa banya