Angin musim timur sudah mulai bertiup, membawa hujan semakin menjauh. Musim penghujan rupanya segera berakhir, meski sesekali masih turun membasahi bumi. Proyek perumahan yang Dirham kerjakan dan timnya, tinggal finishing saja. Alhamdulillah, meski dulu Lili sempat mengacaukan pengiriman bahan bangunan proyek itu namun pengerjaannya sudah hampir selesai, bahkan sebelum waktunya.Beberapa pemilik rumah nampak datang silih berganti, tentu untuk mengecekan kesiapan bangunan mereka, sudah bisa di tinggali atau belum.Dirham masih akan sesekali datang melihat proyek perumahan ini, sebab diriya juga sedang disibukkan dengan proyek pengaspalan jalan yang menghubungkan dua kabupaten. Proyek yang cukup besar feenya, dan tanggung jawab yang besar juga tentunya.Rezeki anak perempuannya ini, karna Dirham menduga setelah proyek perumahan kemarin selesai, mungkin pak Ronald memintanya akan stand by di kantor saja, namun nyatanya ia diminta lagi untuk turun tangan mengurus proyek baru ini. tentu bo
Memang sakitlah rasanya bila dikhianati oleh pasangan. Kumala sendiri pernah merasakannya, namun dia memilih pergi dalam diam, menahan sakit hatinya kala itu. Tak bisa dibayangkan bila dulu juga ia mengamuk dan menghajar Fiona.Ah, alam bekerja begitu adilnya. Dulu juga Kumala rasanya ingin menghajar perempuan itu, namun rasa malunya lebih tinggi. Dan hari ini, di hadapan suaminya dan dihadapan banyak orang, Fiona di pukuli dan dipermalukan oleh istri dari pria selingkuhannya. Rasa sakit hati Kumala pada perempuan itu sudah terbalas lewat tangan istri pak Adam.Sejenak Fiona menatap Kumala yang juga memandang datar kearahnya. Namun sedetik kemudian perempuan itu kembali tertunduk malu dan menahan sakit. Kali ini anak perempuan pak Adam yang menghajarnya habis-habisan, sebelum dua orang security datang melerai mereka dan mengamankan Fiona dari amuakn istri dan anak pak Adam.Mungkin sakit yang Fiona rasa bisa hilang dalam beberapa hari, namun malunya karna dihajar oleh istri dari kekas
Dirham bukan main paniknya, saat Kumala tak henti meringis, menahan sakit di perut. Kejadian yang tak sengaja mereka lihat tadi, justru membuat Kumala harus berakhir di rumah sakit, sebab selain rasa sakit akibat perutnya yang menegang, juga keluarnya darah dari jalan yang tiba-tiba saja mengalir di sela pahanya, saat perjalanan kembali ke rumah sakit.“Tidak apa-apa, tenang ya, mungkin dedeknya mau lahir duluan.” ucap dokter Dina menenangkan pasiennya. Kumala tak panik, hanya merasa sakit. namun Dirhamlah yang panik luar biasa. Bahkan rasa lapar yang atdi melilit perutnya, hilang entah kemana. Sepuluh bungkus ayam bakar yang dipesan tadi masih utuh di dalam mobil.“Sayang, gimana?” Dirham sudah berkeringat, bajunya sedikit basah, mungkin karna panik melanda membuat bulir air asin itu keluar bergerombol dari pori-pori kulitnya.“Sakit, Mas, tolong telepon ibu.” Pinta Kumala lemah. Di tangannya sudah terpasang jarum infus yang terhubung ke cairan infus dalam botol yang digantung pada t
Dirham tak henti mengecup pucuk Kepala Kumala yang tertutup hijab coklat. Istrinya belum pulih betul, ini hari kedua mereka di rumah sakit. tadi pagi Kumala sudah bisa duduk, masih terasa nyeri di bekas operasi dibawah perutnya. Keinginannya untuk melihat bayi perempuannya ditahan dulu.“Mas,” suara Kumala serak memanggil suaminya. “Kamu nggak tidur?” tanya Kumala, sebab dirasa bibir Dirham tak henti mengecupinya.“Maafkan, Mas,Sayang.” ucap Dirham, ada haru dalam nada suaranya. Kumala memeluk lengan besar lelakinya itu. Beribu penyesalan ia ungkapkan pada Kumala sejak kejadian lalu. Dan Kumala sudah memaafkan suaminya.“Jangan diingat lagi.” Kumala berkata bijak. Namun membuat Dirham semakin terharu. Dua kali sudah Kumala bertaruh nyawa di meja operasi, dengan tubuh yang tak utuh lagi, melahirkan dengan cara operasi seperti ini, memiliki resiko sendiri. Gampang lelah, sering tiba-tiba menggigil dan mungkin haid yang tak teratur. Belum lagi nyeri di perut tak akan sembuh total.“Mas c
“Terima kasih, Sayang sudah kembali lagi sama mas. maaf mas pernah menyakitimu.” Pak Cipto mengecup pucuk kepala bu Mutia lalu mendekap wanitanya itu dengan erat. Pelukan yang mendapat sambutan dari wanitanya, yang sedang mendongak menatap wajah bercambang tipis yang sebagian sudah memutih. “Mas cinta sama, Kamu.” ucapan yang membuat bu Mutia bahagia, setelah dulu terluka oleh orang yang sama, yang mengucap kata cinta padanya.Bu Mutia tak membalas, hanya pelukan yang semakin mengerat ia berikan. Netranya berkaca, tak menyangka di hari tuanya, akan kembali melewati hidup bersama, hidup yang indah bersama pria yang pertama kali mencuri hatinya.Pernah dikecewakan, namun bu Mutia tak membalas, ia memilih menepi, menenangkan diri, ia biarkan lelakinya hanyut, bukan tak ingin menolong, hanya saja, perasaan prianya dulu sudah terbagi. Bu Mutia tak ingin menyakiti dirinya dengan berbagi suami bersama perempuan lain.Siapa yang sangka, di hari tuanya, mereka kembali bersatu, meski aral melin
Kumala berlari kecil mengejar Ersya yang sedang berlari menuju Dirham yang baru memasuki rumah, tanpa Kumala sadari. Dikiranya anak itu akan berlari keluar rumah menuju kolam ikan kecil seperti biasa.“Kenapa lari-lari?” suara Dirham melegakan Fiona. Nampak suaminya yang semakin tampan di usia yang semakin dewasa itu menggendong Ersya dan ada Davin mengikutinya dari belakang.“Aku kira Er, mau lari ke kolam ikan lagi, Mas.” jawab Kumala, dengan wajah berpeluh. Bukan berpeluh karn alari-lari, karna dia sedang belajar bikin kue bolu gulung, yang selalu gagal tergulung di tangan Kumala.“Dia lihat, mas, Sayang.” Dirham mendekat mengecupi wajah berpeluh istrinya. Wangi kue jelas tercium dari daster biru yang digunakan.Lalu perhatian Kumala teralih pada si sulung yang nampak baru pulang sekolah. Seragam warna jum’at masih melekat di badannya. Rupanya suaminya sengaja menjemput Davin. Malam sabtu dan minggu jatahnya Kumala menemani putranya itu tidur. Meski kadang-kadang Davin menolak, sud
Bu Mutia tersenyum haru, melihat pertumbuhan cucunya yang semakin menggemaskan, meski ia harus kehilangan ibunya. Ya Nek ijak meninggal tepat dua bulan setelah pernikahan Lili dan Herdi. Ada yang pergi ada yang datang.Sebulan yang lalu bu Mutia dan pak Cipto baru pulang melaksanakan umroh. Satu lagi impian bu Mutia yang terwujud. Umroh bersama suami tercinta. Impian yang nyaris kandas saat perpisahan terjadi antara dirinya dan pak Cipto beberapa tahun lalu.Namun sebulan yang lalu, setelah rujuknya, diam-diam pak Cipto menguruskan keberangkatan umroh untuk mereka berdua, sebagai hadiah ulang tahun pernikahan mereka. entah mau dihitung yang ketiga dua, atau yang kedua tahun namun mereka masih dengan orang yang sama.“Rewel, nggak?” pak Cipto mendekat, melihat dari dekat cucu lelaki yang berhidung bangir seperti dirinya dan putrinya Lili.“Anteng, Mas. dia pintar, tahu kalau mamanya lagi sakit. dititip sama nenek deh.” Keduanya sedang bermalam di rumah peninggalan nek Ijah. Sebisa mung
"Ibu kan, sudah bilang biar kamu pasang KB dulu, suntik atau susuk juga bisa itu, Li." bu Mutia hanya geleng-geleng kepala saat Lili memberitahu bila dirinya sudah hamil lagi. Bukan apa-apa, putra pertama Lili saja masih empat bulan. Bu Mutia juga sedikit khawatir dengan kesehatan putrinya. "Rencana minggu depan kalau ke kota baru mau ke dokter kandungan, Bu. Lili baru mau konsultasi dulu, KB apa yang cocok untuk Lili, ternyata Lili sudah hamil." timpal Lili sedikit lemas. sementara Herdi yang melihat istrinya lemas, jadi kasihan juga. Ingin rasanya ia beranjak dari duduknya, namun ayah mertuanya sedang mengajaknya berbicara tentang usaha yang bagus untuk dijalankan di desa agar menantu dan anaknya ada penghasilan tambahan. "Untung nggak asi anakmu, kalau asi, repot bener kamu. Ngidammu ini lho, Li. kaya lebih lemas kamu dari waktu hamil Altaf." Bu Mutia kembali mencecar putrinya. Bukan marah, hanya karna rasa sayang saja sebagai seorang ibu. Untung mereka sekarang sering sambnag ke
Ada rasa canggung yang menyeruak. Begitu jelas antara Shella dan Arzan. Semakin canggung sebab di ruangan ini Shella harus bertemu dengan mantan ibu mertuanya. Dulu Shella selalu tak mengannggap Arzan dan ibunya. Kurang menghargai dan menghormati.Andai ingin menuruti sakit hati yang dulu, mungkin mantan mertuanya ini tak menyambutnya dengan hangat.“Shella,” mama Atifa yang duluan maju, menyambut mantan menantunya dan mengangguk ramah pada Anton. laki-laki yang menjadi suami Shella sekarang.“Ma,” Shella mendekat, menjabat dan mencium tangan amma Atifa dengan takzim. “Aku minta maaf, Ma. Aku banyak slaah sama mama.”“Sudah, sudah. Jangan diingat lagi.” Mama Atifa menepuk pelan, pundak Shella lalu menyambut pelukan perempuan yang rambutnya tak lagi diwarnai.Sementara Arzan ikut mendekati Anton dan menyambut dengan baik. Tentu setelah ia memberi kode pada Yasmin yang masih terbaring.Hal memalukan pernah terjadi diantara mereka. Bagaimana dulu awal keduanya bertemu saat Arzan memergok
Baru Yasmin akan mencandai Arzan lagi namun mbak Mia sudah masuk membawa sekantong obat dengan wajah berkerut nampak marah. Membuat Yasmin dan Arzan menjadi heran.Dan keheranan keduanya berubah menjadi rasa terkejut saat dari belakang muncul mama Atifa dan juga Rita bersama suaminya. Anak om Aryo yang menikah kemarin.“Yas, ini Rita yang kemarin nikah. Yasmin mau lahiran Rit, jadi nggak bisa datang kemarin.” Mama Atifa yang memulai pembicaraan karna ia juga paham bila menantunya belum terlalu mengenal istri dari putranya. Kemudian Yasmin mengangguk ramah pada Rita dan suaminya.Nampak sesekali Rita mencuri pandang pada mbak Mia yang tak menggubris kedatangannya sejak tadi. Mbak Mia malah sibuk merapikan lemari yang digunakan Arzan untuk menaruh makanan, air minum dan obat-obatan.Kamar kelas satu yang dipilih Arzan untuk perawatan melahirkan Yasmin cukup lengkap. Ada lemari pakaian, kulkas mini, dan juga lemarin makanan, juga sudah disediakan dispenser air minum yang bisa panas dan d
“Kamu jahat banget, Mas. kamu sudah tipu aku.” Raung Shella di ruang tamu rumah sederhana itu. kepergian Anton yang tanpa kabar hampir sebulan, buat Shella dalam masalah dan dilema. Dan hari ini Anton sudah kembali tanpa memberi kabar juga pada istrinya.Shella terisak, menahan sakit. bukan hanya sakit namun juga merasa malu. Sebab dulu ia tega berzina di belakang Arzan. Ia lebih memilih kembali pada Anton, pria yang dulu menghamilinya tanpa tanggung jawab, dan hingga mereka menikah, Anton juga tak memberi nafkah yang layak pada Shella.Anton membuang pandang, tak tega melihat wajah istri sirinya yang bersimbah air mata. Kepulangannya kemarin adalah untuk mengunjungi istri sahnya di luar pulau secara diam-diam. Namun sungguh kejutan luar biasa yang Anton dapatkan. Apa yang dulu ia lakukan bersama Shella di depan Arzan. Seperti itu pula yang istrinya bersama pria lain tepat di depan mata Anton. Rumah mereka yang agak sepi dari penduduk, buat istrinya bebas memasukkan laki-laki kedalam
“Mbak Yasmin, nggak ada masalah ya, rahimnya bersih, sel telurnya juga bagus, mungkin dari waktu saja, harus lebih rajin lagi bikinnya nih, biar ceoat ada dedek bayi juga. Tapi saran saya, mbak Yasmin boleh datang lagi nanti sama suami kesini, untuk kita periksa kesehatan suaminya juga.” Tutur dokter Dini dengan ramah pada kedua wanita yang sama-sama mengarapkan keturunan dihadapannya ini.“Insya Allah dokter, berikutnya saya ajak suami kesini.” ucap Yasmin, sedikit rasa lega di hatinya, sebab ia tak ada masalah sama sekali, tinggal memeriksa kesehatan Arzan nanti, bagaimanapun hasilnya nanti, mereka aka terus mengusahan pengobatan.“Untuk mbak Nurlita, tetap rajin diminum obatnya, jangan lupa kurangi karbohidrat dan makanan instan, tadi ukuran kistanya sudah semakin mengecil.” terang dokter Dini lagi, sambil menuliskan resep obat untuk keduanya.__"Enggak usah pulang aja sekalian, Mas!" Yasmin melempar jaket hitam milik Arzan kearah pria yang setengah mati dirinduinya itu. Namun
Shella gelisah dan bingung sendiri, Anton yang dua minggu lalu pamit padanya akan ke luar kota selama tiga hari, nyatanya sudah dua minggu ini, pria yang menikahinya secara siri itu belum juga pulang, bahkan tak ada kabar sama sekali. Bukan hanya kabar yang tak ada, namun juga uang bulanan yang Antin berikan sudah hampir habis, tersisa seratus ribu saja, sementara lusa Shella harus membayar cicilan pada koperasi simpan pinjam. Shella nekat meminjam uang pada renteiner yang berkedok koperasi itu, sebab keinginannya untuk membeli baju dan makanan yang enak-enak, tak dapat ia bendung. Sementara uang yang Anton berikan sangat terbatas. Bila dulu saat menjadi istri Arzan, semua akan Shella dapatkan dengan mudah, sebab jatah bulanan dari Arzan untuknya lebih dari cukup. Lelaki yang bertanggungjawab dalam hidupnya, meski tak adAduh bagaimana ini, besok pagi pasti penagih dari koperasi itu datang lagi. Ingin rasanya menemui mantan suaminya untuk minta tolong, namun mengingat aib yang menjadi
Sebenarnya bukan cuma mama Atifa yang mengharapkan Yasmin segera hamil, namun mbak Mia dan mbak Nurlita juga demikian. Kedua kakak ipar Yasmin ini memiliki masalah pada kesburan mereka. Sebab itu mereka mengharap Yasmin yang hamil, dan mereka yang akan merawat anak-anak Yasmin.“Pokoknya kamu hamil dan melahirkan saja, mbak dan abang kamu yang akan ngurus.” Seloroh mbak Nurlita saat bercengkrama dengan Yasmin sore itu di rumah peninggalan orang tua Yasmin, sebelum di kontrakkan. Ya setelah berdiskusi dengan bang Sofyan dan mbak Nurlita, Yasmin memutuskan untuk menyewakan rumah peninggalan orang tua mereka, sebab Arzan juga langsung memboyong Yasmin ke rumahnya setelah di renovasi. Meski tak mewah, namun Yasmin merasa betah tinggal di rumah suaminya.Beberapa kali Arzan membawa Yasmin mengunjungi kantornya, penampilan Yasmin yang tinggi langsing dengan dress panjang, buat karyawan Arzan yang perempuan meminta untuk berfoto bersama Yasmin.“Ibu cantik banget.” Celetuk salah satu karyaw
Semakin hari Nurlita semakin jengah dengan kelakuan Sofyan yang doyan main judi. Sementara keuangan perusahaan suaminya sedang tak sehat. Nurlita sendiri dulunya adalah karyawan di perusahaan itu, posisinya sebagai staf acounting, sebelum dekat dengan Sofyan kemudian menikah. Sebenarnya Nurlita sudah resign sejak menikah dengan Sofyan, namun tetap membantu suaminya memantau keuangan perusahaan. Nurlita pun tak tahu mengapa Sofyan melarang Yasmin bekerja di perusahaan orang tua mereka, padahal adik iparnya itu sarjana administrasi kalau tak salah.Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, namun batang hidung suaminya belum juga nampak, buat Nurlita ingin marah saja dan berprasangka yang tidak-tidak.Sementara Sofyan masih terpekur di depan meja kerjanya, kemana ia harus mencari pinjaman lima ratus juta, selain untuk membayar utangnya di meja judi, juga untuk ia gunakan sebagai suntikan modal usahanya yang hampir bangkrut. Bulan depan ada tender minyak sawit yang baru, dia berusaha betul m
“Maaf, Mbak kami duluan.” Yasmin yang mengambil alih ketegangan kecil di antara mantan ipar ini. Ia tarik lengan suaminya dengan pelan, agar kemarahan yang mulai keluar di wajah pria berhidung bangir itu, tidak berlanjut. “Ayo, Mas kita bayar baru pulang, aku sudah capek.” Bujuk Yasmin pelan, sebab tak ingin mereka jadi tontanan pengunjung yang lain.“Iya, Sayang.” Arzan berikan tatapan tajam dan amarah pada Leli yang masih berdiri seperti orang kebingungan di tempatnya. Lalu Arzan manut dengan mengikuti langkah kaki istrinya menuju kasir untuk membayar belanjaan mereka.Sebenarnya yang Leli tadi lakukan itu adalah, ia ingin menunjukka perasaannya pada Arzan, bukan setelah berpisah dengan kakaknya saja, perasaan suka itu timbul di hati gadis ini. Saat masih menjadi iparnya dulu pun, Leli sudah ada rasa pada Arzan, ditambah dengan perselingkuhan Shella yang leli tahu, semakin berharaplah dia bila Arzan suatu saat akan memilih dirinya sebagai pengganti kakaknya. Bahkan dulu leli sebena
Rasa bahagia meliputi perasaan kedua pengantin baru ini. Jemari Yasmin dan Arzan terlihat saling erta menggennggam. Masih ada waktu satu hari untuk Arzan libur dari pekerjaannya untuk berbulan madu bersama istrinya.Namun bulan madu mereka tak melulu dihabiskan dengan kegiatan seks yang membara di kamar Yasmin. Kemarin sore sehabis kegiatan panas yang mereka lakukan di subuh hari, Arzan mengajak Yasmin mengunjungi rumah mama Atifa. Mertua Yasmin itu menyambut anak dan menantunya dengan rasa bahagia dan syukur luar biasa, sebab putranya mendapatkan seorang perawan yang terjaga etika dan adabnya. Meski dulu Yasmin pernah berpacaran dengan proia lain, namun itu hanyalah masa lalu, mma Atifa dengan kebijaksanaannya menerima dan menyayangi Yasmin dengan tulus.Sebenarnya gadis inilah yang dulu mama Atifa Inginkan menjadi menantu beliau. Namun Arzan dan Yasmin belum ada jodoh waktu itu. Beginilah jalan jodoh mereka, berliku dan saling menanti bertahun-tahun, bertemu orang lain dulu. Baru t