Sebuah pintu tua tertutup rapat di menara bagian bawah. Pintu itu cukup tinggi, dilapisi akar-akar tanaman yang kering.
Ditrian dan Sheira, keduanya sudah berada di depan pintu.
Sheira menarik akar-akar tanaman. Pasukan lainnya juga ikut membantu, tak terkecuali Ditrian. Sementara di angkasa, mahluk-mahluk kelelawar aneh dan menyeramkan masih mengamuk, berusaha melampaui perisai dari Sheira.
"Sepertinya pintu ini terkunci," gumam Ditrian.
Lalu pria itu berusaha menarik pegangan dari besi berbentuk cincin yang tersambung pada pintu, sudah lapuk. Nihil. Seperti tidak bergeser seinci pun. Ditrian dan pasukannya juga bersama-sama mendorong pintu. Sama saja.
"Hah. T
"Aku sudah jatuh cinta padamu, Sheira.""Lalu? Apa yang kau inginkan? Bukankah aku juga sudah menjadi istrimu? Apa itu tidak cukup?"Ditrian mengulum bibirnya. Ia beralih, kini tubuhnya sudah berada di atas Sheira, hanya lengannya saja yang menopang. Pemandangan malam itu terhalang oleh Ditrian dan mata emasnya."Aku belum mendapatkanmu seluruhnya. Kau mungkin akan mengira aku adalah pria yang egois. Itu memang benar. Aku ingin memilikimu seutuhnya hanya untuk diriku sendiri, Sheira.""Kau tidak mengerti.""Kalau begitu buat aku mengerti! Apa yang kau inginkan dariku? Bagaimana membuatmu jatuh cinta padaku?! Bagaimana agar aku bisa memikatmu?! Buat aku mengerti
Ditrian tak mengira ... ruang di balik pintu besar itu sangat besar. Lebih besar dari aula pesta istananya. Ada stalaktit yang menggantung di atap-atap ruang ini.Yang paling mencengangkan, ia bisa melihat gunungan emas dan permata di lantai ruangan. Membumbung tinggi sekali seperti persediaan gandum untuk musim dingin di lumbung. Koin-koin emas, perhiasan, tiara, mahkota, tongkat emas, emas batangan, semuanya ada di sana. Semua jenis benda yang bisa dicetak memakai emas, ada di sana. Bahkan ada kereta kuda dari emas dan permata juga.Ia dan Sheira ternganga. Cahayanya terpantul terang oleh emas itu. Di salah satu sudut ruangan, ada ratusan gaun yang berjejer digantungan pakaian. Tapi mereka seperti sudah lapuk dimakan rayap. Kain-kainnya telah hancur dan ditutupi debu tebal.
Ditrian tidak menyangka... hari itu dia akan berpisah dengan wanitanya. Kalau dia tahu, dia tidak akan pernah menginjakkan kakinya kemari.Sudah sebulan lamanya Ditrian menunggu pintu itu terbuka. Ia berada di ruang kosong yang hanya terhubung dengan lorong. Ujung ke ujungnya sudah terkunci. Dia terjebak di sini. Tidak makan, tidak minum selama sebulan.Ia menebas-nebas pintu dengan Pedang Orion, dan menggigit dengan taring serigalanya pun percuma. Cuma menyisakan sayatan-sayatan tak berarti pada pintu besar itu. Dia dikunci oleh Magi seekor naga bernama Aragon.Ia telah melepas zirahnya. Luka yang tidak terlalu parah itu, kini membusuk. Mereka menggerogoti tubuh Ditrian.Dia juga sudah tidak tahu apa yang akan terj
"Si brengsek!" geram Ditrian. Tangannya mengerat pada pegangan Pedang Orion.Ini adalah hari yang paling buruk baginya. Si brengsek Alfons datang. Putra Mahkota Kekaisaran Revendel yang paling picik. Dia jauh lebih buruk dari Kaisar Julius. Hal-hal merugikan terjadi semenjak si ceking itu dinobatkan sebagai Putra Mahkota sekaligus mendapat porsi kekuasaan sebagai tangan kanan kaisar."Panggil Tuan Putri kemari!" perintah Raja Ditrian dari atas kursi makannya.Mata 'hantu' Ditrian beralih pada dirinya di meja itu. Hatinya mencelos.'Ini gara-gara aku," batinnya.Tak berapa lama kemudian, selir Raja Ditrian hadir di ruang makan. Wajahnya pucat seperti tiang puala
"Raja telah mangkat! Raja telah mangkat!" seru suara di koridor.Mata perak Sheira terbuka, ia terjaga dari tidur nyenyaknya. Tubuhnya bangkit terduduk, telinganya berusaha memastikan kalau itu bukanlah mimpi buruk."Raja telah mangkat!" seru orang-orang di luar sekali lagi. Gemuruh langkah kaki dan seruan orang-orang di istana, samar terdengar.Sheira langsung melompat dari kasur. Ia meraih selendang di kursi untuk menutupi tubuhnya yang cuma memakai gaun tidur. Rambutnya acak-acakan. Kakinya setengah berlari menuju pintu.Saat ia membuka pintu itu, para pelayan, dayang, ajudan, serta beberapa pengawal berlarian menuju ke arah yang sama. Tanpa ragu, Sheira juga ikut. Ia tahu kemana mereka pergi, wajahnya cemas.
Dada Ditrian berat, seperti ada yang menindih. Ia sudah tak bisa berbuat apa-apa selain menatap Sheira. Tubuhnya lemah, sekarat, terkapar di lantai gua.Mata emasnya cuma bisa memandang wanita itu, yang berjarak semeter dari tempatnya terbaring. Tangan Ditrian berusaha meraihnya."Shei ...," ucapnya lemah. Air matanya menetes.Sedang Sheira, ia memandang langit-langit dengan sepasang mata perak jernih. Tubuhnya kering dan kurus sekali. Kulitnya menghitam dan keriput. Rambutnya telah menguban semua. Ia tua.Mendengar suara pria itu memanggil, bola matanya melirik. Ia nampak terkejut, kemudian sepasang mata perak itu memandangnya pedih dan menangis. Tangan mereka berusaha meraih satu sama lain dengan begitu sukar.
Telinga anjing kecilnya mengedik. Ia bisa mendengar kicauan burung pagi gitu. Saat matanya terbuka, cahaya masuk ke ruangan yang asing baginya."Yang Mulia ... Anda sudah sadar?"Mata emas Ditrian melirik ke kanan. Seseorang yang ia kenal perawakannya. Elf tinggi berambut hitam terikat, dengan telinga runcing dan hidung panjang yang bengkok. Master Ikiles, sang penyihir terkuat dan ahli alkimia di Kerajaan Canideus."S-Sheira ... dimana dia?" cemas Ditrian. Ia berusaha duduk, tapi dadanya yang dibalut perban tidak mengijinkan. Ikiles membantunya bangkit dan duduk bersandar, lalu menata bantal agar Ditrian nyaman."Anda tidak perlu khawatir pada Tuan Putri."
"Huek! Uhuk ...."Darah keluar dari mulut, tumpah ruah di sekitar bibir dan menetes-netes. Gadis itu tersengal-sengal. Ia meratapi lantai dengan sebuah genangan cairan merah gelap."Bi-Bisakah kita beristirahat sejenak?" pinta sang gadis seraya mendongak. Mata peraknya tengah memohon pada pria botak yang terbalut jubah usang."Hhh," desahnya sambil menggeleng sungkan. "Tuan Putri, kalau Anda tidak berkonsentrasi, maka Anda bisa melukai diri sendiri. Dan jika Anda meminta istirahat tiap satu mantra, Anda tidak akan bisa menguasai Magi. Sebaiknya ... Anda pulang saja."Dengan kedua tangan yang telah terkait di belakang punggung, pria itu berbalik dengan kecewa.S
Ditrian meletakkan seikat bunga berwarna kuning keemasan. Ia tersenyum."Mirip kau," katanya.Empat puluh lima tahun berlalu. Empat puluh lima tahun lamanya pula Sheira terbaring di ranjang. Kini ia ditempatkan di sebuah menara tinggi. Setelah perang, raja-raja memantapkan Ditrian sebagai kaisar baru mereka. Kaisar Ditrian von Canideus. Setelah berabad-abad, akhirnya ada seorang kaisar yang adil dan bijaksana. Kekaisaran menjadi makmur. Semua makhluk hidup berdampingan dan beriringan. Bangsa Elf tak lagi begitu menutup diri mereka. Mereka membagi pengetahuan di bidang pengobatan dan sihir. Sementara para Dwarf terkadang menjual teknologi-teknologi yang mereka miliki seperti teknologi pembajak sawah otomatis dan kincir air yang bisa digunakan untuk menumbuk biji-bijian.Kekaisaran berangsur makmur semenjak pemerintahan Raja Ditrian.Meskipun rakyat kini bisa hidup damai dan bersuka cita, tidak dengan Raja Ditrian. Dia akan bersuka cita kelak, saat su
Ditrian langsung menerobos ke dalam tenda. Ada beberapa orang di sana."Sheira! Sheira!" pekik Ditrian. Ia langsung menghampiri istrinya yang telah terbujur kaku di atas ranjang. Ditrian memeluk dan memegang tangannya. "Apa yang terjadi?! Sheira! Bangunlah! Aku disini, Sheira!"Ditrian tak bisa membendung kesedihannya. Ia menangis sambil memeluk jasad Sheira. Ia menangis begitu memilukan. Tidak pernah ada seorang pun yang melihat pria itu menangis. Tidak ada. Namun di hari itu ... Ditrian begitu merana. Ia membelai rambut emas Sheira, memanggil-manggil namanya begitu putus asa.Semua yang ada di ruangan itu sangat berduka."Apa yang telah terjadi p
Keesokan harinya, setelah matahari terbit, semua orang telah bersiap di pos mereka masing-masing. Ditrian menggenggam tangan Sheira di atas bukit, raja-raja juga berada di sana. Mereka bisa memandangi keseluruhan medan perang."Kau sudah siap?"Sheira mengangguk. "Aku telah menunggu hari ini seumur hidupku. Aku akan membunuh mereka semua," kata Sheira mantap.Ditrian mengecup punggung tangannya. "Jangan terlalu memaksakan dirimu. Aku akan memenangkan peperangan ini untukmu, sayangku."Tak berapa lama kemudian, suara terompet dibunyikan. Raja Dwarf melihat dengan sebuah tongkat dari kuningan yang ditambahi sebuah kaca kecil di ujungnya. Katanya benda itu bernama teropong jarak jauh.
Ditrian membawa kembali Sheira ke ibukota. Sedangkan Everon, dengan berat hati ia patuh untuk tetap membangun wilayah Galdea Timur dan menetap di sana. Everon patah hati. Namun ... dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.Sementara itu, diantara kemelut dan tragedi meninggalnya Evelina von Monrad dan Duke Gidean von Monrad di dalam istana, pernikahan mereka tetap dilaksanakan. Sheira von Stallon telah dinobatkan menjadi ratu dari Kerajaan Canideus. Kemudian Fred yang telah dibebaskan menyelidiki penyebab tindakan bunuh diri dan dari mana Evelina mendapatkan racun itu. Setelah dilakukan penyelidikan, ditemukanlah bahwa ini ada campur tangan dengan Kaisar Alfons. Termasuk ketika anak dalam kandungan Sheira gugur. Duchess Anna yang telah kehilangan kewarasannya selalu mengatakan hal itu berulang-ulang, berkali-kali dengan sumpah serapah.
Padang rumput di sini begitu luas dan tenang. Lebih indah daripada yang ada di kerajaan Canideus. Sepuluh orang ksatria Direwolf menyertai Raja Ditrian von Canideus.Raja yang telah dengan sengaja membatalkan pernikahannya sendiri. Mereka berangkat subuh-subuh, berangkat diam-diam dari istana tanpa membuat keributan, tanpa seorang pun tahu akan kepergian mereka. Meski pun begitu, Ditrian sudah meninggalkan surat perintah pembatalan pernikahannya. Mereka kini beristirahat di tengah perjalanan menuju ke Galdea Timur.Seorang di antara mereka menghampiri Ditrian. Ia menyerahkan sebuah surat."Yang Mulia ... ada pesan dari istana."Ditrian membuka gulungan surat itu. Pastilah burung merpati dari istana terbang menyusul
Para bangsawan sudah bersuka cita. Mereka telah membawa perasaan itu ketika berangkat dari rumah. Meskipun mendadak, kabar pernikahan Raja Ditrian dan Lady Evelina von Monrad, anak Duke Gidean von Monrad yang tersohor akan dilaksanakan. Kabar itu menyebar sangat cepat bagai lumbung gandum yang dilalap api. Mereka sudah bersiap dan duduk dengan khidmat di kursi aula. Dekorasi istana hari ini bernuansa biru tua dan emas. Juga bendera-bendera Kerajaan Canideus yang berlambang serigala menganga sudah dipasang.Di luar istana, rakyat juga tak kalah heboh. Nampaknya seluruh jalanan begitu ramai karena mereka pun ikut merayakannya. Festival-festival dan hiburan rakyat membuat hari ini kian riuh. Pontifex sudah bersiap di altar, hendak memberkati pernikahan mereka berdua.Termasuk Lady Evelina. Ia sudah cantik, mempesona luar biasa.
Beberapa hari ini Evelina begitu bahagia. Setiap malam, setiap hari, ia selalu bisa melihat Ditrian. Evelina kian terbuai dengan kisah kasih bersama pujaan hatinya itu. Raja Ditrian von Canideus yang gagah perkasa dan rupawan. Ini semua bagaikan mimpi bagi Evelina. Dia tidak pernah mengira jika angan-angannya sejak dulu akhirnya terwujud. Apalagi, mereka selalu bercinta, hingga Ditrian menjanjikan jika suatu hari nanti mereka akan mempunya anak. Evelina pun yakin akan itu. Entah sudah berapa kali mereka melakukannya. Benih-benih dari Ditrian sudah berada di dalam tubuhnya.Setiap malam mereka memadu kasih. Begitu romantis, bergairah dan bernafsu. Ini yang membuatnya semakin tidak akan pernah melepaskan Ditrian. Namun ia juga sadar, jika ini hanyalah sebuah kepalsuan. Evelina paham betul, hal yang begitu hebat mengubah hati Ditrian adalah karena setetes ramuan ini. Ramuan cinta dar
Langit hari itu sangat cerah. Kepulan awan di atas sana yang berwarna putih begitu indah. Sudah beberapa hari berlalu sejak Everon meninggalkan ibukota. Sejak ia meninggalkan istana dan kemelut politik di kerajaan. Mungkin baru kali ini ia keluar dari huru-hara itu setelah sekian lama. Everon tak ingat kapan terakhir kali kepalanya merasa setenang ini, sehening ini.Di tanah lapang ini, pasukan dan para ksatria Direwolf telah mendirikan tenda-tenda berwarna putih. Ada bendera juga yang tertancap di tenda yang paling besar, tenda miliknya. Bendera itu berlambangkan simbol Kerajaan Canideus dengan latar biru tua dan kepala serigala berwarna emas tengah menganga menghadap kedepan.Everon memerhatikan kesibukan dan lalu-lalang prajurit dan ksatria Direwolf di sekitar perkemahan. Itu membuatnya sedikit lupa jika ia belum benar-ben
Di dalam kamar yang hangat dan remang-remang, cahaya lilin bergetar lembut di dinding, menciptakan bayangan yang menari-nari seolah menyaksikan saat penuh asmara yang tengah berlangsung. Raja Ditrian duduk di tepi tempat tidur, wajahnya dipenuhi ketegasan dan kelembutan.Di bibir ranjang yang luas ini, mereka sudah duduk saling bersebelahan. Ditrian yang gagah itu hanya mengenakan jubah tidur. Sedari tadi ia mengamati Evelina dari ujung kaki hingga kepala, berbalutkan gaun tidur malam berwarna putih mutiara."Evelina," suara Ditrian dalam, penuh emosi, saat ia meraih tangan Evelina, menggenggamnya dengan lembut. "Setelah segalanya yang terjadi, terimakasih telah setia berada di sampingku. Setelah semua yang kulakukan padamu ... terimakasih kau masih ingin bersamaku. Maafkan aku atas sikap-sikapku dulu."