Share

6. Penyihir Api

Penulis: cyllachan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-16 16:25:59

"Evelina! Evelina!" Duke Gidean von Monrad yang gemuk tergopoh. Ia langsung jatuh berlutut dan meraih Evelina dari pelukan Ditrian.

"Panggil dokter!" perintah Ditrian.

"Yang Mulia! Apa yang terjadi dengan putriku?!" tatap Duke Gidean pilu, ia mulai menangis. Wajah pria gemuk itu histeris, panik. Ia terisak dan wajahnya jadi basah air mata. Ia memanggil nama Evelina berkali-kali. Sesekali menggoyahkan putrinya agar bangun.

Grand Duke Everon berusaha menenangkannya. Tak lama, beberapa dokter istana datang.

Ditrian bangkit dan membiarkan dokter-dokter itu mengambil alih. Mereka menyentuh nadi dan leher Lady Evelina.

Wajah Ditrian memucat. Seorang tamu, putri Duke pula! Keracunan di pestanya. Bahkan ia juga hampir meminum anggur yang sama. Dia merasakan sebuah keanehan. Seharusnya, bagi dirinya seorang Direwolf akan sangat mudah untuk mencium racun di anggur itu. Bahkan bisa dibilang, Ditrian sudah pernah membaui segala macam racun di benua ini.

Tetapi kali ini, Grand Duke Everon, Lady Evelina, bahkan dirinya, tiga orang Direwolf tak merasakan kejanggalan apapun dalam anggur itu. Dalam kepala Ditrian, hanya ada satu orang yang dia pikir menjadi penyebabnya.

"Everon, tolong urus yang disini," ucapnya pada sepupunya itu. Ia lalu bergegas lari meninggalkan aula pesta.

"Kau mau kemana?!" seru Everon panik. Percuma.

Ditrian tak mengacuhkan. Ruang pesta menjadi heboh. Tamu-tamu jadi mengerumuni Lady Evelina yang terkapar. Leher-leher mereka menjulur hanya menoleh pada Ditrian sejenak, lalu kembali menatap Duke Gidean menangis dan putrinya yang pingsan tidak wajar.

Ditrian menyusuri koridor istana yang remang. Beberapa obor masih setia menyala terpaku pada dinding batu kastil. Kakinya sudah menapak ke bagian istana ratu. Ditrian masih ingat ruangan yang mana. Paling ujung.

Ia berlari ke sana. Kakinya menendang kasar, mendobrak paksa pintu kayu pohon ek yang tinggi. Benturannya terdengar keras.

"Apa yang telah kau lakukan pada Evelina?!" pekiknya. Sheira yang dari tadi berdiri menatap jendela, seketika kaget dan berbalik menatap pintu. Ia terpaku masih mengenakan gaun pesta malam itu.

Langkah kaki Ditrian secepat kilat menghampirinya. Pria itu berang. Dengan semena-mena, ditariknya pedang dari sarung. Suara gesekan logamnya membuat Sheira bergidik.

Sebilah pedang tajam telah teracung di depan hidungnya. "Kau meracuni Evelina!" tuduhnya.

"Apa maksudmu?! Aku tidak meracuninya!"

"Lantas, mengapa kau bisa tahu bahwa ada sesuatu di anggur itu?!"

"Memang ada sesuatu di sana!" tukas Putri Sheira. Ditrian mengernyit bingung. "Bukan racun. Tapi ramuan sihir!"

"Ramuan ... sihir ...?"

Tiba-tiba dentuman besar terdengar. Seperti ledakan. Kemudian suara terompet tanda darurat berbunyi. Mereka semua yang berada di wilayah istana bisa mendengar. Samar-samar terdengar teriakan orang-orang. Sepertinya dari ruang pesta.

Ditrian menerawang dengan telinga anjingnya. "Kau tetap di sini!" perintahnya. Ia lalu berbalik dan berlari keluar dari kamar.

"Tunggu!" sergah Sheira. Pria itu abai meninggalkannya.

Ditrian berlari secepatnya menyusuri koridor itu lagi. Derap kaki para prajurit terdengar dari barat. Mereka berlarian menuju ke arah ruang pesta. Sebentar saja, gemuruh kaki mereka sudah tidak terdengar. Hanya dirinya yang berada di istana ratu yang sunyi.

Bulu di tubuh Ditrian berdiri. Ada yang memperhatikannya. Insting Direwolf-nya mengatakan, ada orang lain di sini.

Ia berhenti.

"Siapapun kau ... tunjukkan dirimu dan hadapi aku!" suaranya menggema. Namun hanya dirinya, dinding batu kastil dan beberapa obor di sana.

Lengang. Seolah ia sedang bicara sendiri. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri dengan siaga.

Tidak ada angin, namun api-api di obor menari-nari dengan tidak wajar. Ditrian memperhatikannya. Ia menunggu.

Dengan hanya sepersekian detik, ia merasakan ada sesuatu dari arah punggungnya. Pedangnya terayun dengan cepat. Ia menangkis sebuah bola api yang tiba-tiba menyerangnya dari belakang. Kedua tangannya kini erat memegang gagang pedang.

Ada mata-mata? Pembunuh bayangan?

Mata Direwolf-nya bisa melihat dengan cukup baik meski di kegelapan. Seharusnya, jika ada manusia atau Direwolf lain, ia akan bisa melihat sosok mereka.

Tetapi ... tidak ada siapa-siapa.

Api di obor kembali menari dengan aneh. Perlahan membesar, lalu seperti aliran air, api itu menjalar ke bawah. Merayap ke dinding batu istana ratu hingga ke lantai koridor.

Ditrian memutar tubuhnya. Obor di belakangnya juga sama. Apinya mengalir ke lantai. Api itu membesar, lalu mulai membentuk sesosok tubuh manusia.

Dirinya tengah di kelilingi oleh kobaran api yang aneh.

"Raja Ditrian ... kau harus mati!" ucap sosok berapi itu dengan suara mendesis.

Ditrian mengayunkan pedangnya lagi. Mencoba menebas api itu. Tembus.

"Hahaha!" sosok api itu pun tertawa kering. Ia bisa melihat ada rongga di bagian kepala yang seperti mulut sedang menganga. "Kau pikir bisa menyentuhku?!"

Ia lalu menarik semua api miliknya hingga membentuk sebuah jubah api berwarna merah. Sosok itu pun melayang di udara koridor. Membuat Ditrian mendongak.

Suhu mulai naik. Dada Ditrian berdegup sangat kencang pada sosok yang menyala-nyala itu. Dia tahu mahluk apa itu.

Penyihir api!

Tangan berapinya terangkat.

"Matilah!" pekiknya. Dari tangannya itu, ia menembakkan bola-bola api. Dengan kecepatan tinggi. Dengan membabi buta.

Ditrian dengan tangkas menangkisnya. Pedang itu beradu dengan bola api hingga memercik.

Sang penyihir bertubi-tubi menyerangnya dengan bola api. Entah sudah berapa ratus kali serangan itu terjadi dengan kecepatan tinggi. Ditrian belum kehabisan nafas. Serangan penyihir itu melambat.

Hingga ia menghitung ritmenya dan menemukan sebuah celah dimana ia bisa menyerang.

"HAAAA!" Ditrian melompat. Sekali lagi pedang itu berusaha menebas penyihir. Namun tembus. Percuma. Malah itu membuat sang penyihir semakin geram.

Ia terbang lebih tinggi lagi. Hingga Ditrian tak mungkin bisa menggapainya. Kedua tangan berapi itu terangkat ke atas tinggi. Lalu dari udara kosong itu tercipta sebuah pusaran api yang sangat besar.

Ia menyala di seluruh koridor. Seperti matahari siang di langit-langit lorong istana ratu. Obor-obor yang lain pun ikut membara. Seluruh koridor sudah seperti tungku. Ditrian terkepung.

"Awas!" seru seseorang.

Pusaran itu mengeluarkan api seperti air terjun. Menyembur ke bawah. Tepat di atas kepalanya.

Dia akan mati kali ini. Itu yang Ditrian pikir.

Namun sebuah perisai tercipta di udara. Perisai tembus pandang berbentuk cakram yang menyerap semua api. Ada seseorang yang menengadahkan tangannya ke atas, seolah dialah yang mengendalikan perisai itu.

Kejadian itu sangat cepat. Mungkin hanya sepersekian detik. Jika perisai itu tak muncul, Ditrian sudah matang sekarang.

Setelah api berhenti menyembur, ia menggerakkan kedua tangannya. Terciptalah tulisan-tulisan aneh bercahaya di awang-awang. Lalu muncul perisai cakram lain yang baru. Berwarna ungu.

Perisai ungu di atas kepala mereka mengeluarkan api juga. Kali ini mengarah pada sang penyihir. Semburannya tepat mengenainya.

"Aaaaakkkkhh!" penyihir itu berteriak kesakitan. Api-apinya perlahan padam. Termasuk beberapa obor di koridor dekat mereka.

Ia terjatuh di lantai dan berguling-guling hingga api di seluruh tubuhnya mati. Teriakan pilunya hening. Hanya ada jelaga dan abu di sana. Di lantai marmer istana ratu. Lalu debu-debu itu lenyap begitu saja. Seolah mahluk itu tidak pernah ada. Seolah serangan-serangan itu tak pernah terjadi.

Ditrian melihatnya dengan ngeri. Penyihir api itu telah mati. Ia bisa mendengar nafas wanita di sampingnya terengah.

Gaun ini ... tidak asing.

"Kan sudah kubilang 'tunggu'!" pekiknya kesal. Suara ini ... tidak asing.

Ditrian mendongak. Dia pikir ... dia tahu ... tetapi ....

"Kau ... siapa?" tanyanya.

Cahaya di koridor itu memang remang. Namun, mata Direwolf-nya bisa melihat dengan jelas.

Wajah ini begitu asing.

"Apa maksudmu kau siapa?! Aku ini Shei-," wanita itu terbelalak. Dia terlihat lebih terkejut dari Ditrian. Kedua tangannya langsung memegangi wajah. "Oh tidak ... tidak mungkin!" Ia meraba-raba wajahnya dengan kasar. "Ini tidak mungkin terjadi! Wajahku!"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Enicha Shaoran
kan dah q kira nie FL mank sengaja sembunyiin wajah ny, mgkn Dy bosan ma penilaian org lain or ad tujuan tertentu yg mo Dy lakukan ?? ( ꈍᴗꈍ)
goodnovel comment avatar
Aerina No 7
hayoh, nanti pas udah camtek Sheira-nya, malah pada jatuh cinta. kira-kira si Grand Duke bakal terpikat juga gak ya nanti?
goodnovel comment avatar
Kikiw
nahh kan, kutukan?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KINGMAKER (Indonesia)   7. Wanita Misterius

    "Sial!" umpatnya. Panik. Ia berdecak lalu memegangi dahinya. Sudah tak terkejut lagi, kini ia terlihat kesal. "Kau ini siapa?" tanya Ditrian lagi. Wanita itu kini menatapnya. "Aku ... Sheira!" Ditrian terpaku di sana. Baru pertama kali ia melihat wanita yang secantik ini seumur hidupnya. Wajahnya sangat unik. Hidungnya tinggi, pipinya merona seperti mawar. Bibirnya tipis mempesona. Seperti berasal dari negara lain. "Pasti Magi penyamaranku terlepas karena aku menggunakan Magi yang lain. Ah sial!" gerutunya. Ditrian tak mengerti apapun yang wanita itu ucapkan. Mata pria itu memicing. Ia lalu mengacungkan pedangnya lagi pada orang asing ini.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-20
  • KINGMAKER (Indonesia)   8. Pembuktian Sang Putri

    Baru saja Ditrian mendapatkan laporan kepala pengawal istana. Tidak ada tamu bangsawan yang terluka. Mereka bisa dievakuasi tepat waktu. Pagi itu ruang kerjanya sibuk. Dipenuhi beberapa dokumen dan laporan soal kejadian kemarin. Termasuk daftar benda yang terbakar dan perkiraan perawatan ruang pesta. Mungkin tidak akan bisa dipakai untuk acara selama beberapa minggu. "Yang Mulia. Lady Emma ingin bertemu dengan Anda," ucap pengawal. "Biarkan dia masuk," Ditrian duduk di kursi kerjanya. Dia hanya tidur sebentar semalam. Bekas kebakaran ruang pesta sedang diurus dan beberapa pegawai istana juga mondar-mandir ke ruangannya. Lady Emma masuk ke ruangan dengan terengah. Ia terlihat begitu tergesa. Wajahnya pucat dan panik. "Yang Mulia, m

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • KINGMAKER (Indonesia)   9. Raja Perkasa

    "Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan?" lirih Ditrian. Mata emas pria itu masih menggerayangi tubuh moleknya. Mencuri-curi pandang? Mungkin bisa dibilang begitu. Sheira mengernyit. Justru kini ia kebingungan. "Kau tahu 'kan? Sebenarnya di dunia ini kita semua sama. Kita adalah manusia yang sama. Tetapi dewa menurunkan mukjizat untuk setiap mahluk. Direwolf, Vampir, Elf ... kau bisa membedakan mereka dari telinga dan gigi-gigi mereka. Manusia setengah penyihir bisa mengendalikan elemen masing-masing seperti api, air, tanah, dan udara. Dan penyihir murni bisa menjadi elemen mereka seutuhnya, seperti yang kita hadapi waktu itu." Ditrian mengangguk kecil. Dia paham kalau hanya soal itu. "Lalu?" "Kita beruntung bisa mengalahkan y

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25
  • KINGMAKER (Indonesia)   10. Grand Duke Everon

    Lady Emma adalah wanita Direwolf paruh baya. Ia berasal dari keluarga bangsawan kecil di wilayah barat kerajaan. Ia telah melayani mendiang ratu, ibunda Raja Ditrian. Dari pertama kali menikah, hingga langit memanggilnya saat ia terbaring di ranjang untuk terakhir kali. Sudah bertahun-tahun lamanya, hingga Raja Ditrian menikahi seorang selir. Putri yang buruk rupa. Dayang istana, putri-putri bangsawan yang masih muda banyak mengeluh. Menggerutu. Mereka merasa kehormatannya diinjak karena harus melayani selir buruk rupa. Dari negeri jajahan pula. Lady Emma juga sedih. Tetapi ia hanya ingin melakukan yang terbaik di hari tuanya. Sebagai kepala dayang istana. Pagi ini seperti biasa

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • KINGMAKER (Indonesia)   11. Penawaran Duke dan Duchess

    "Sebetulnya dia ingin ikut bersama kami ke istana. Namun dokter belum mengijinkan," sambung Duchess Anna. Ditrian agak merasa canggung. Ia melirik Sheira yang diam mendengarkan. "Ah begitu. Bagus kalau Lady Evelina sudah lebih baik," ucapnya berusaha tenang. "Akan menjadi sebuah kehormatan jika kami bisa membalas kebaikan Yang Mulia. Kami akan memberikan apapun," Duke Gidean tersenyum di balik kumisnya yang tebal dan rapi. "Ah itu tidak perlu, Tuan Duke," jawab Ditrian. Ingin sekali ia mengalihkan topik tentang Evelina. "Tidak. Tidak Yang Mulia. Kami benar-benar ingin membalas kebaikan Yang Mulia. Evelina adalah anak kami satu-satunya. Dia adalah nyawa dan harapan dari keluarga

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-02
  • KINGMAKER (Indonesia)   12. Kaisar Bejat

    "Aku berada di sini, memang ingin menemui Tuan Duke dan Duchess. Sayangnya Lady Evelina tidak hadir," ucap Putri Sheira dengan tenang dan anggun. Di meja itu, sudah tidak ada lagi yang bisa bicara. "Aku ingin meminta maaf kepada Lady Evelina karena telah memukulnya saat di pesta. Dan pastinya membuat salah paham. Semata-mata kulakukan agar racunnya bisa dimuntahkan secepatnya. Oleh karena itu, aku atas nama pribadi dan keluarga kerajaan, dari lubuk hati yang paling dalam, meminta maaf pada keluarga Duke dan Duchess Monrad, terutama Lady Evelina." Putri Sheira dengan anggun membungkuk sedikit di kursinya. Wajahnya terlihat mengiba dan prihatin, menunjukkan sebuah penyesalan. Duke Gidean telah pasi, namun ia tetap balas membungkuk.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-04
  • KINGMAKER (Indonesia)   13. Ksatria Pulang

    "Apa yang sebenarnya terjadi, Peter?" Pangeran Alfons kini tengah berada di ruang baca. Ruangan itu disinari beberapa lampu minyak dan lilin. Peter, ajudan kaisar yang tadi membisik ada di sana. Ia berdiri kecut tertunduk. "Bagaimana penyihirku mati? Bagaimana bisa Aken dibunuh?" tanya Pangeran Alfons lagi. Ia masih mengenakan baju yang sama saat makan besar. Baju dari beludru berwarna hitam. Lebih mirip jas panjang yang menutupi hingga belakang lututnya. Ada sulaman-sulaman emas berbentuk sulur-sulur dedaunan di kerah pria itu. Pangeran Alfons menuang segelas air dari teko emas di meja. Peter melirik kesana kemari dengan gugup. Ia menelan ludah.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • KINGMAKER (Indonesia)   14. Hari Berkabung

    Detak jam meja yang lembut bisa terdengar jelas di ruang kerja raja. Entah sudah berapa menit. Teh yang dihidangkan pelayan juga pasti dingin. Cahaya yang menyusup dari jendela telah berwarna jingga. Hari sudah mulai sore. Namun Raja Ditrian dan Sir Kedrick belum bicara apapun. Meskipun Raja Ditrian telah meminta Sir Kedrick untuk beristirahat, tetapi di saat seperti ini pun, pria itu bertanggung jawab pada majikannya untuk melapor. Wajah Sir Kedrick tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Pria itu terlihat tak berdaya. Hanya duduk beku. Tatapannya kosong seperti melihat sumur yang tak terhingga dalamnya. Padahal saat perang melawan orang-orang Galdea dulu, dia yang paling gagah berani untuk menerima semua anak panah musuh. Hari

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09

Bab terbaru

  • KINGMAKER (Indonesia)   117. Wanita di Menara

    Ditrian meletakkan seikat bunga berwarna kuning keemasan. Ia tersenyum."Mirip kau," katanya.Empat puluh lima tahun berlalu. Empat puluh lima tahun lamanya pula Sheira terbaring di ranjang. Kini ia ditempatkan di sebuah menara tinggi. Setelah perang, raja-raja memantapkan Ditrian sebagai kaisar baru mereka. Kaisar Ditrian von Canideus. Setelah berabad-abad, akhirnya ada seorang kaisar yang adil dan bijaksana. Kekaisaran menjadi makmur. Semua makhluk hidup berdampingan dan beriringan. Bangsa Elf tak lagi begitu menutup diri mereka. Mereka membagi pengetahuan di bidang pengobatan dan sihir. Sementara para Dwarf terkadang menjual teknologi-teknologi yang mereka miliki seperti teknologi pembajak sawah otomatis dan kincir air yang bisa digunakan untuk menumbuk biji-bijian.Kekaisaran berangsur makmur semenjak pemerintahan Raja Ditrian.Meskipun rakyat kini bisa hidup damai dan bersuka cita, tidak dengan Raja Ditrian. Dia akan bersuka cita kelak, saat su

  • KINGMAKER (Indonesia)   116. Ambrosia

    Ditrian langsung menerobos ke dalam tenda. Ada beberapa orang di sana."Sheira! Sheira!" pekik Ditrian. Ia langsung menghampiri istrinya yang telah terbujur kaku di atas ranjang. Ditrian memeluk dan memegang tangannya. "Apa yang terjadi?! Sheira! Bangunlah! Aku disini, Sheira!"Ditrian tak bisa membendung kesedihannya. Ia menangis sambil memeluk jasad Sheira. Ia menangis begitu memilukan. Tidak pernah ada seorang pun yang melihat pria itu menangis. Tidak ada. Namun di hari itu ... Ditrian begitu merana. Ia membelai rambut emas Sheira, memanggil-manggil namanya begitu putus asa.Semua yang ada di ruangan itu sangat berduka."Apa yang telah terjadi p

  • KINGMAKER (Indonesia)   115. Kemenangan

    Keesokan harinya, setelah matahari terbit, semua orang telah bersiap di pos mereka masing-masing. Ditrian menggenggam tangan Sheira di atas bukit, raja-raja juga berada di sana. Mereka bisa memandangi keseluruhan medan perang."Kau sudah siap?"Sheira mengangguk. "Aku telah menunggu hari ini seumur hidupku. Aku akan membunuh mereka semua," kata Sheira mantap.Ditrian mengecup punggung tangannya. "Jangan terlalu memaksakan dirimu. Aku akan memenangkan peperangan ini untukmu, sayangku."Tak berapa lama kemudian, suara terompet dibunyikan. Raja Dwarf melihat dengan sebuah tongkat dari kuningan yang ditambahi sebuah kaca kecil di ujungnya. Katanya benda itu bernama teropong jarak jauh.

  • KINGMAKER (Indonesia)   114. Pemimpin Perang

    Ditrian membawa kembali Sheira ke ibukota. Sedangkan Everon, dengan berat hati ia patuh untuk tetap membangun wilayah Galdea Timur dan menetap di sana. Everon patah hati. Namun ... dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.Sementara itu, diantara kemelut dan tragedi meninggalnya Evelina von Monrad dan Duke Gidean von Monrad di dalam istana, pernikahan mereka tetap dilaksanakan. Sheira von Stallon telah dinobatkan menjadi ratu dari Kerajaan Canideus. Kemudian Fred yang telah dibebaskan menyelidiki penyebab tindakan bunuh diri dan dari mana Evelina mendapatkan racun itu. Setelah dilakukan penyelidikan, ditemukanlah bahwa ini ada campur tangan dengan Kaisar Alfons. Termasuk ketika anak dalam kandungan Sheira gugur. Duchess Anna yang telah kehilangan kewarasannya selalu mengatakan hal itu berulang-ulang, berkali-kali dengan sumpah serapah.

  • KINGMAKER (Indonesia)   113. Putus Asa

    Padang rumput di sini begitu luas dan tenang. Lebih indah daripada yang ada di kerajaan Canideus. Sepuluh orang ksatria Direwolf menyertai Raja Ditrian von Canideus.Raja yang telah dengan sengaja membatalkan pernikahannya sendiri. Mereka berangkat subuh-subuh, berangkat diam-diam dari istana tanpa membuat keributan, tanpa seorang pun tahu akan kepergian mereka. Meski pun begitu, Ditrian sudah meninggalkan surat perintah pembatalan pernikahannya. Mereka kini beristirahat di tengah perjalanan menuju ke Galdea Timur.Seorang di antara mereka menghampiri Ditrian. Ia menyerahkan sebuah surat."Yang Mulia ... ada pesan dari istana."Ditrian membuka gulungan surat itu. Pastilah burung merpati dari istana terbang menyusul

  • KINGMAKER (Indonesia)   112. Ramuan Pnigomia

    Para bangsawan sudah bersuka cita. Mereka telah membawa perasaan itu ketika berangkat dari rumah. Meskipun mendadak, kabar pernikahan Raja Ditrian dan Lady Evelina von Monrad, anak Duke Gidean von Monrad yang tersohor akan dilaksanakan. Kabar itu menyebar sangat cepat bagai lumbung gandum yang dilalap api. Mereka sudah bersiap dan duduk dengan khidmat di kursi aula. Dekorasi istana hari ini bernuansa biru tua dan emas. Juga bendera-bendera Kerajaan Canideus yang berlambang serigala menganga sudah dipasang.Di luar istana, rakyat juga tak kalah heboh. Nampaknya seluruh jalanan begitu ramai karena mereka pun ikut merayakannya. Festival-festival dan hiburan rakyat membuat hari ini kian riuh. Pontifex sudah bersiap di altar, hendak memberkati pernikahan mereka berdua.Termasuk Lady Evelina. Ia sudah cantik, mempesona luar biasa.

  • KINGMAKER (Indonesia)   111. Ratu Yang Baru

    Beberapa hari ini Evelina begitu bahagia. Setiap malam, setiap hari, ia selalu bisa melihat Ditrian. Evelina kian terbuai dengan kisah kasih bersama pujaan hatinya itu. Raja Ditrian von Canideus yang gagah perkasa dan rupawan. Ini semua bagaikan mimpi bagi Evelina. Dia tidak pernah mengira jika angan-angannya sejak dulu akhirnya terwujud. Apalagi, mereka selalu bercinta, hingga Ditrian menjanjikan jika suatu hari nanti mereka akan mempunya anak. Evelina pun yakin akan itu. Entah sudah berapa kali mereka melakukannya. Benih-benih dari Ditrian sudah berada di dalam tubuhnya.Setiap malam mereka memadu kasih. Begitu romantis, bergairah dan bernafsu. Ini yang membuatnya semakin tidak akan pernah melepaskan Ditrian. Namun ia juga sadar, jika ini hanyalah sebuah kepalsuan. Evelina paham betul, hal yang begitu hebat mengubah hati Ditrian adalah karena setetes ramuan ini. Ramuan cinta dar

  • KINGMAKER (Indonesia)   110. Sheira dan Everon

    Langit hari itu sangat cerah. Kepulan awan di atas sana yang berwarna putih begitu indah. Sudah beberapa hari berlalu sejak Everon meninggalkan ibukota. Sejak ia meninggalkan istana dan kemelut politik di kerajaan. Mungkin baru kali ini ia keluar dari huru-hara itu setelah sekian lama. Everon tak ingat kapan terakhir kali kepalanya merasa setenang ini, sehening ini.Di tanah lapang ini, pasukan dan para ksatria Direwolf telah mendirikan tenda-tenda berwarna putih. Ada bendera juga yang tertancap di tenda yang paling besar, tenda miliknya. Bendera itu berlambangkan simbol Kerajaan Canideus dengan latar biru tua dan kepala serigala berwarna emas tengah menganga menghadap kedepan.Everon memerhatikan kesibukan dan lalu-lalang prajurit dan ksatria Direwolf di sekitar perkemahan. Itu membuatnya sedikit lupa jika ia belum benar-ben

  • KINGMAKER (Indonesia)   109. Eksekusi

    Di dalam kamar yang hangat dan remang-remang, cahaya lilin bergetar lembut di dinding, menciptakan bayangan yang menari-nari seolah menyaksikan saat penuh asmara yang tengah berlangsung. Raja Ditrian duduk di tepi tempat tidur, wajahnya dipenuhi ketegasan dan kelembutan.Di bibir ranjang yang luas ini, mereka sudah duduk saling bersebelahan. Ditrian yang gagah itu hanya mengenakan jubah tidur. Sedari tadi ia mengamati Evelina dari ujung kaki hingga kepala, berbalutkan gaun tidur malam berwarna putih mutiara."Evelina," suara Ditrian dalam, penuh emosi, saat ia meraih tangan Evelina, menggenggamnya dengan lembut. "Setelah segalanya yang terjadi, terimakasih telah setia berada di sampingku. Setelah semua yang kulakukan padamu ... terimakasih kau masih ingin bersamaku. Maafkan aku atas sikap-sikapku dulu."

DMCA.com Protection Status