MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 17Malam itu, entah kenapa hati Kinar begitu gelisah. Matanya seakan enggan untuk diajak terpejam. Padahal esok dia masih harus mengurus begitu banyak pekerjaan, yang pasti akan menguras pikiran juga hatinya. Entah kejutan apa lagi yang akan dia dapati esok hari.Kinar menyingkap selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Perlahan duduk, lalu menurunkan kakinya. Tangannya berpegang pada sisi kanan dan kiri tepi ranjang. Menatap kosong ke depan. Suasana kamar yang temaram, karena hanya lampu tidur di meja samping ranjang yang dinyalakan. Hatinya gelisah, tapi hendak turun pun juga ragu.Padangannya lalu tertuju pada gelas yang ada di atas meja, kosong. Tadi dia tak sempat meminta Bi Sumi untuk mengganti dengan yang baru karena hatinya keburu emosi dengan tingkah sang suami. Setelah mengumpulkan segenap niat, akhirnya Kinar menyambar gelas itu. Berniat turun ke bawah, mengisinya kembali di dapur. Karena kerongkongannya
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 18"Mas." Kinar tersentak kaget dengan apa yang di lihatnya."Sedang apa kamu?" tanya Kinar dengan alis bertaut. Lemari pakaian berantakan, laci meja samping ranjang juga terbuka semua.Reza terperanjat, lalu menoleh. Dia gelagapan tidak tau harus menjawab apa. Kinar tiba-tiba saja muncul dan mengagetkannya."Ehh ... emm, i-ini Ma, aku lagi nyari berkas. Iya berkas. Ketinggalan di rumah," jawabnya gelagapan, tangannya menggaruk leher yang tak gatal.Dahi Kinar berkerut, matanya memicing. "Ohh!" hanya itu tanggapan Kinar. Dia seakan tidak peduli dengan apa yang dilakukan Reza. Melenggang masuk lalu mengambil paper bag juga tas yang dia taruh di sofa dekat jendela. Reza hanya berdiri di tempatnya mengamati setiap pergerakan Kinar."Kalau sudah selesai tolong rapikan lagi, ya, Mas. Belajarlah tanggung jawab dengan apa yang kamu lakukan, jangan melulu mengandalkan orang!" sindir Kinar sambil
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 19"Kinar,"panggil lirih Fitri, saat dirinya berjarak beberapa langkah di belakang Kinar.Kinar menoleh, dengan wajah bersimbah air mata. Tentu Fitri terkejut melihat kondisi temannya itu. Sekilas saja sudah bisa diterka, jika dia sedang dalam tekanan yang teramat besar. Fitri mendekat dan menghambur memeluk Kinar. Seketika tangis Kinar pecah. Dia menumpahkan semua air mata yang disimpannya selama ini, seorang diri.Mendengar isak tangisnya membuat hati Fitri terenyuh. Dia memejamkan mata, dan bulir bening itu ikut luruh. Mengusap punggung Kinar berharap bisa memberi ketenangan walau sedikit. Hanya kata sabar yang terucap dari bibirnya untuk menguatkan."Kamu, terlalu berharga untuk menangis, Kinar!" ucap Fitri dengan kedua tangan menangkup pipi Kinar, setelah melepaskan pelukannya dan Kinar mulai tenang."Ada kami, di sini. Kamu ... nggak sendiri. Jangan membebankan semuanya pada diri kamu," lan
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 20"Kenapa uangnya belum ditransfer juga, Mas?" tanya Niken dengan penuh emosi.Hari ini jatah membayar cicilan mobil. Sedang uang gajiannya bulan ini sudah ludes dalam beberapa hari saja. Untuk perawatan wajah, skincare, juga baju baru. Tak lain untuk memikat Reza. Hanya untuk bensin dan makan saja dia menodong Reza."Sabar, Sayang. Uangnya belum cair, Pak Bagas masih menunggu persetujuan dari Kinar," ucap Reza mencoba menenangkan kekasihnya itu.Niken membuang napas kasar. Wajahnya cemberut dengan tangan bersidekap dada. Pikirannya mulai panik, takut jika sampai mobilnya ditarik karena gagal bayar. Mobil impian yang baru beberapa bulan di tangannya."Nanti akan aku carikan uangnya, kamu jangan takut," ucap Reza, tangan kirinya membelai rambut Niken, sedangkan jemari tangan kanannya mengetuk-ngetuk pahanya sendiri. Berusaha mencari jalan keluar untuk masalah yang bukan tanggung jawabnya.
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 21"Hai ganteng, tumben ikut ke sanggar," sapa Fitri yang duduk di teras sanggar begitu melihat Farraz turun dari mobil Kinar.Farraz berlari menghampiri Fitri lalu memeluknya. "Aku kangen, udah lama nggak main sama Tante."Fitri menjawil gemas hidung Farraz. "Baiklah, mau main apa? Biar tante temenin.""Aku mau main cat air," pinta Farraz."Oke, ayo ikut ke dalam. Kita ambil catnya dulu." Fitri beranjak dari tempatnya lalu menggandeng tangan mungil Farraz, mengajaknya ke dalam sanggar.Kinar memilih duduk di teras. Dia menghembus napas kasar. Kepalanya benar-benar penuh. Semua masalah yang datang berbarengan membuat kewarasannya sedikit terganggu."Kinar, kamu jadi ke rumah Bu Asih?" tanya Andre yang datang dari arah belakangnya.Kinar menoleh ke belakang, lalu tersenyum mengangguk."Mereka sehat, kan?""Alhamdulillah, sehat, tapi masih harus rutin kontrol."Jujur, Kinar kepikiran dengan nasib Pak Asep ke depannya. Tapi sekarang nggak cuma d
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 22"Kenapa Pak Bagas marah? Apa tuduhan saya benar?" cecar Reza merasa di atas angin melihat Pak Bagas yang tersulut emosi. Dia menaikkan satu sudut bibirnya."Anda pikir saya akan terpengaruh dengan gertakan anda? Tidak sama sekali. Saya marah lantas melepaskan anda dan uang sisa itu. No! Pak Reza salah besar. Dari sini saja sudah terlihat kalau atitude anda sebagai atasan nol besar! Jangan harap saya akan melepas uang itu! Kemarin-kemarin boleh saja anda menipu saya. Tapi tidak untuk saat ini dan akan datang!"Reza tersentak kaget mendengar ucapan Pak Bagas. Dia mengepalkan kedua tangannya erat. Bisa dipastikan rencananya akan gagal lagi."Silahkan transfer kembali uang itu, dan masalah beres. Laporan ini saya terima, karena semua sudah lengkap, tinggal pengembalian sisa uang saja. Saya tunggu Pak Reza yang terhormat!"Reza langsung berdiri dari duduknya dengan tangan terkepal kuat juga wajah merah padam."Akan saya transfer besok," pungkas
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 23Tenggorokan Fitri seketika tercekat. Dia berkedip beberapa kali untuk memastikan jika yang dilihatnya memang benar."Kinar ... bukankah itu Mas Reza." Fitri tak melepas sedikitpun pandangannya. Takut tergetnya tiba-tiba hilang."Mana?" tanya Kinar yang langsung menoleh ke belakang, mengikuti arah pandang Fitri.Sebuah bogem besar seolah menghantam tepat di depan wajah Kinar. Dadanya seperti diremas kuat. Tak mengindahkan rasa sakit yang kini menjalar dengan begitu cepatnya, Kinar meraih ponsel yang masih dia genggam. Segera merekam adegan mesra suaminya dengan Niken. Tak lupa beberapa kali mengambil gambar.Detik berikutnya dia baru sadar jika Farraz berada tak jauh dari tempatnya. Gegas Kinar berdiri mencari keberadaan putranya. Jangan sampai Farraz melihat Papanya di sini sedang bermesraan dengan wanita selain mamanya.Bahu Kinar langsung merosot saat melihat Farraz tengah asik main mandi bola. Dia terduduk lemas. Meski sudah kesekian ka
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 24Niken mondar mandir di kamarnya. Sesekali menggigit jari telunjuknya. Detak jantungnya sudah tidak karuan. Menunggu beberapa menit seperti berjam-jam lamanya. Sesekali menoleh ke meja riasnya, di mana dia meletakkan alat tes kehamilan.Jika hari-hari kemarin kehamilan sangat diinginkan Niken, tapi kali ini justru jadi momok menakutkan untuknya. Bayang-bayang hidup mewah dan enak perlahan memudar. Sejak kepergok Kinar, kesialan demi kesialan terus saja datang silih berganti."Aku harus apa jika beneran hamil?" tanya Niken pada dirinya sendiri. Ekor matanya melirik tespeck di atas meja rias.Dengan tangan gemetar perlahan Niken mengambil alat tes kehamilan itu. Bahkan dia menutup mata, saking takutnya.Perutnya tiba-tiba seperti diaduk-aduk. Niken gegas meletakkan tespeck itu kembali dan membekap mulutnya. Sedikit tergesa keluar kamar untuk ke kamar mandi. Memuntahkan semua isi perutnya."Kamu kenapa, Niken?" tanya Bu Asih menatap cemas putr
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 64"Papa bisa jelaskan semuanya, Za.""Nggak ada yang perlu dijelaskan pada anak yang sengaja Papa buang," sahut Reza dengan penuh kekecewaan.Reza masih tak menyangka orang tuanya setega itu. Dan bodohnya dia, Tuhan sudah menggantikan dengan Kinar yang teramat baik, tapi justru dia sia-siakan. Rasa menyesal, marah, juga kecewa, berjejalan dalam dadanya."Aku pulang dulu," kata Reza seraya beranjak berdiri."Tak ada tempat bagiku di rumah ini," lanjutnya lagi menatap sinis Papanya.Pak Baskara menggeleng pelan. Menatap Reza dengan tatapan penyesalan. Nyatanya, alih-alih mendapatkan kepuasan, juga apa yang diinginkan, dendamnya justru menghancurkan keluarganya.Reza berjalan gontai keluar dari rumah orang tuanya. Pikirannya kini berkecamuk. Kini, dia benar-benar merasa sendiri. Dibuang orang tuanya, kehilangan anak dan istri yang dengan tulus menerimanya.Terngiang kemba
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 63"Mas, jangan diam saja. Mbak Kinar sudah menginjak harga diri kita," sungut Niken dengan wajah merah padam, seraya mengguncang lengan Reza.Reza mengusap kasar wajahnya. Dia benar-benar melihat sisi lain dari Kinar yang selama ini tidak pernah dia sangka. Dia hanya bisa membisu, menatap punggung Kinar yang kian menjauh dari tempatnya.Pikiran Reza justru tertuju pada pernyataan Kinar tentang sang papa juga pernikahannya. Apa yang sebenarnya terjadi, dan disembunyikan oleh orang tuanya? Batin Reza penuh terka."Mas!" sentak Niken karena Reza hanya diam saja. Ucapannya seolah angin lalu."Aku bisa apa? Memang fakta, yang dibicarakan Kinar, bukan? Aku bergantung pada Kinar, dan hanya ini satu-satunya pekerjaan yang bisa aku lakukan saat ini. Belum tentu di luaran sana aku bisa mendapat pekerjaan. Namaku juga pasti sudah diblacklist dari perusahaan-perusahaan. Aku sudah miskin sekarang, itu fakta
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 62"Mas ... ngapain, sih?" tanya Niken menghampiri Reza. Dia heran melihat suaminya duduk di kursi teras sambil memijit pelipisnya. Tidak biasanya pulang kerja Reza duduk dulu di teras rumah.Niken yang berdiri di ambang pintu, dengan leluasa melihat amplop coklat berlogo pengadilan agama yang sedang dipegang Reza. Dia menyunggingkan senyum tipis, sedang hatinya bersorak. Apa yang dia inginkan akhirnya akan segera terwujud. Menjadi satu-satunya istri Reza.Reza menoleh dan mendongak, menatap Niken yang sudah berdiri di sampingnya."Pengen duduk aja di sini," jawab Reza sekenanya."Itu apa?" tanya Niken menunjuk amplop di tangan Reza dengan dagunya.Reza menatap amplop cokelat di tangannya."Ini, dari pengadilan," jawab Reza pelan. Tiba-tiba saja tenggorokannya tercekat, dengan dada penuh sesak.Niken tersenyum miring, lalu bersidekap dada."Bagus dong, jadi seb
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 61Fitri berjalan tergesa meninggalkan ruangan itu. Bahkan dia sampai menabrak Andre yang berdiri di ambang pintu. Mendadak hatinya cemas. Meski Kinar terlihat baik-baik saja, kenyataannya adalah sebaliknya. Fitri takut Kinar nekad.Halaman belakang jadi tujuan Fitri. Biasanya Kinar senang dengan tempat itu. Namun, bahunya mendadak luruh saat tak mendapati Kinar di sana."Ndre, di sini juga nggak ada!" teriak Fitri.Kepala Andre menyembul dari balik jendela kantor yang memang berhadapan dengan halaman belakang."Emang nggak pamit tadi?""Enggak. Tadi dia bilang mau kerja cepat, biar bisa cepat santai, habis itu ya aku tinggal karena kerjaanku sudah numpuk," jawab Fitri sambil menatap kesekeliling. Saung yang jadi tempat favorit Kinar juga kosong. Fitri bahkan sampai melongok ke bawah kolong saung, barangkali Kinar sembunyi di sana."Kinar bukan anak kecil yang sedang main petak umpet. Mana ada di kolong saung, ck ada-ada saja kamu, Fit," ucap
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 60Andre duduk bersila di atas sejadah yang dia bentangkan di samping ranjangnya. Melangitkan begitu banyak doa, juga meminta ampun atas segala dosa. Tak lupa nama Kinar selalu terselip dalam doanya, selain Bu Nisa sang bunda, tentu saja. Bukan doa meminta Kinar menjadi jodohnya, tapi meminta agar Kinar selalu dalam lindungan-Nya.Sudah ada beberapa rencana dalam benak yang akan Andre lakukan esok hari. Kini, dia benar-benar ingin ikhlas melepas Kinar dari hatinya. Biarlah semesta yang bekerja. Jika memang berjodoh, suatu saat pasti akan bersatu."Nak, belum tidur?" Kepala Bu Nisa menyembul dari balik pintu yang hanya terbuka separuh.Andre menoleh, lalu tersenyum menatap sang Bunda yang juga tersenyum padanya. Bu Nisa membuka pintu lebih lebar, lalu masuk ke kamar Andre."Bunda, kok belum tidur?" Andre justru balik bertanya. Dia lalu beranjak dari duduknya, melipat sejadah, dan menaruhnya di tempat semula."Belum ngantuk," jawab Bu Nisa sing
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 59"Aku tidak akan pernah menceraikan kamu, Kinar!"Teriakan Reza membuat Kinar menghentikan langkah kakinya. Dia menghela napas panjang dengan mata terpejam. Selalu saja ada drama jika bertemu dengan suaminya itu. Rasanya dia sudah muak menjalani ini semua. Perlahan Kinar berbalik, dan menatap Reza dengan wajah datar."Itu urusanmu. Urusanku adalah menggugat cerai kamu, Mas. Sudah tidak ada yang bisa diperbaiki dari pernikahan toxic ini. Tunggu saja surat dari pengadilan agama. Aku pastikan kamu tidak bisa berkutik karena semua bukti sudah sangat jelas memberatkanmu," ucap Kinar dengan tenang tanpa ekspresi.Tanpa menunggu balasan dari Reza, Kinar gegas pergi dan sedikit berlari menaiki tangga. Hatinya perih tiap kali melihat Reza. Seakan luka itu sengaja ditaburi garam dan dikucuri air jeruk.Dengan menahan kesal, Reza pergi ke kamar tamu. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang. Melipat ke dua tangan, dan menjadikannya batalan. Menatap langit-l
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 58"Aku nggak nyangka kebodohanmu dalam berpikir menerima takdir membuat banyak orang terluka."Ucapan Bu Nisa sontak membuat dada Pak Baskara bergemuruh. Dia mengepalkan tangannya kuat, dan menatap tajam lawan bicaranya itu."Kemana Baskara yang dulu begitu baik? Nyatanya kamu lebih dari seorang iblis hanya gara-gara cinta. Mendadak otakmu tak bekerja, dan semua kepintaranmu hilang karena tak terima dengan takdir yang Tuhan tuliskan. Aku sangat beruntung dan bersyukur pada akhirnya tidak berjodoh denganmu. Tuhan begitu baik menjauhkan aku dari orang berhati buruk sepertimu.""Tutup mulutmu!" sentak Pak Baskara dengan mata merah menatap nyalang Bu Nisa.Andre yang melihat pertengkaran itu sudah melangkahkan kakinya dari tempat persembunyian, tapi Bu Nisa segera memberi kode agar tetap diam di tempat. Bu Nisa tersenyum meremehkan. Ternyata sangat mudah memancing amarah seorang Baskara yang dulu dia kenal begitu baik."Tak perlu marah jika it
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 57"Andre ijin nggak masuk hari ini."Kinar langsung menoleh, menatap Fitri dengan alis yang hampir bertaut."Tumben nggak kasih kabar ke aku?"Fitri hanya menghendikkan bahu."Aku sudah memutuskan untuk menggugat cerai, Mas Reza."Keputusan itu Kinar ambil setelah dia memikirkan segala dampak baik dan buruknya. Semoga keputusannya itu yang terbaik untuk masa depan putranya juga dirinya."Kamu serius?" tanya Fitri antusias yang diangguki Kinar."Aku menyerahkan semua pada pengacara. Biar cepat selesai dan aku tidak capek. Karena kerjaanku sekarang tiga kali lipat lebih banyak. Di sini, di rumah, di kantor. Dan semua itu gudang masalah."Fitri tertawa lepas mendengar ucapan Kinar. Kabar ini jadi angin segar buatnya. Ikut senang karena Kinar akhirnya memilih tegas."Apa kamu sudah memasukkan gugatan cerainya?"Kinar menggeleng pelan. "Belum, aku baru bilang ini ke kamu. Rencananya besok akan menemui pengacaraku sekalian ke kantor."Kinar menari
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 56"Oh ya, Mas, jangan lupa besok sudah mulai bekerja karena jatah cuti sudah habis. Biasakan berangkat lebih awal, karena semua sudah tidak akan sama lagi," ucap Kinar dengan senyum kemenangan, menatap Reza juga Niken yang justru salah tingkah."Dan kamu, Niken. Banyak-banyak bersyukur, meskipun mimpi kamu sepertinya tidak akan pernah terwujud. Jalani dan nikmati prosesnya, barangkali di kemudian hari akan jadi ratu yang sesungguhnya," lanjutnya menatap Niken dengan senyum meremehkan.Tangan Niken sudah terkepal erat, dengan rahang mengeras. Jika tidak dipegangi Reza mungkin sudah menyerang Kinar. Perempuan itu jika sudah tersulut emosi kadang lupa dengan dirinya, bahkan janin yang ada di rahimnya.Kinar tersenyum menyeringai lalu meninggalkan mereka berdua dengan langkah anggun, tak lupa melambaikan tangan. Meski tak dipungkiri hatinya perih, tapi terlihat menang dan tenang ternyata membuat Niken cukup kepanasan."Lepasin, Mas! Biar ku tamp