David menatap Nadine bergantian dengan kedua orangtuanya. Ia merasa sedikit tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Nadine meminta berpisah? Setelah sekian lama?
"Kau meminta cerai, Nad?" tanya David.
"Iya, Mas. Tolong ceraikan aku, aku mohon ini sebagai hadiah ulang tahunku," jawab Nadine dengan suara bergetar.
David menarik napas panjang, "Apa ini ada hubungannya dengan kejadian kemarin- kemarin?"
"Mas, selama ini aku yakin kau juga tau jika aku hanya berpura-pura nyaman dengan hubungan suami istri kita. Selama ini aku tidak pernah menjadi istri yang baik. Dan, kau tau apa kesalahan yang paling fatal bukan? Selama ini kau tidak pernah membuka aibku, aku sangat berterima kasih untuk itu. Dan kini, kau sudah menemukan istri yang sempurna. Lepaskan aku, Mas. Tapi, aku mohon, jangan sampai papiku tau kita sudah bercerai sampai waktunya tiba."
David benar- benar merasa bingung. Selama ini yang selalu ingin bertahan adalah Nadine. Tapi, kali ini dia i
Arnold menghela napas, ia menatap ke arah putranya."Dia, Sanjaya adalah om- mu. Dia adalah adik papa, berbeda ibu. Selain dia adalah sahabatku sejak SMA."David tersentak kaget, "Jadi, aku dan Nadine masih sepupu?" tanya David. Arnold mengangguk, "Ya. Itulah sebabnya papa membeli perusahaannya yang bangkrut, memberinya saham di perusahaan kita. Papa ingin menjaganya dengan baik, sesuai dengan perintah kakekmu," jawab Arnold."Apa om Sanjaya tau jika papa dan dia bersaudara?" tanya David.Arnold menggelengkan kepalanya, "Sepertinya belum tau. Sanjaya tidak pernah mengenal kakekmu sebagai ayah kandungnya. Dan papa sendiri baru tau rahasia ini ketika akan menikah dengan mamamu.""Tunggu, aku tidak mengerti bagaimana bisa? Apa opa tidak pernah melihat om Sanjaya ketika datang? Bagaimana bisa? Aku tidak mengerti, pa."Arnold kembali menarik napas dan mengembuskannya lagi."Kakekmu menceritakan semua kepada p
George benar-benar kehilangan kata-kata, ia tidak mampu untuk menatap wajah anaknya sendiri. Sementara Arnold duduk di hadapan sang ayah dengan hati yang remuk redam."Pa, Papa tidak tau apa yang sudah dia lakukan pada Kinasih. Dia tega melakukan itu kepadaku, sahabatnya sendiri. Belum habis kemarahanku kepadanya, papa menambah rasa kecewaku," kata Arnold."Papa manusia biasa, Nak. Papa pernah melakukan kesalahan dan juga kekhilafan. Saat menikah dengan mamamu, papa baru berusia dua puluh tahun. Masih kuliah, masih menyukai kebebasan, belum mengerti tanggung jawab. "Sejak kau lahir, papa baru mengerti arti tanggung jawab. Kau yang membuat papa juga lahir kembali sebagai pria dewasa. Bertahun-tahun papa merasa dikejar rasa bersalah. Bertahun-tahun papa merasa menjadi pecundang. Kadita dan Sanjaya tidak bersalah, papa yang salah. Jika memang sikap Sanjaya ada yang salah kepadamu, maafkanlah. Dia adikmu, sat
"Jadi, kau sudah bercerai? David menceraikanmu? Betulkah?!" seru Dirga kaget. Ia sama sekali tidak menyangka saat Nadine datang ke rumah sakit."Iya, mas David akan mengurus segalanya. Termasuk surat cerai kami tanpa sepengetahuan papi. Aku merasa sangat lega, Mas. Akhirnya aku bisa bersamamu juga," kata Nadine. Dirga tak menjawab, ia langsung membawa tubuh Nadine ke dalam pelukannya. Penantian panjangnya selama ini ternyata tidak sia-sia. Sejak awal ia memang yakin jika Nadine akan menjadi miliknya utuh."Setelah masa idahmu selesai, aku akan segera menikahimu. Dan setelah itu kita gelar resepsi. Saat ijab qobul kita lalukan saja di KUA dengan beberapa saksi supaya papimu tidak tau. Biar kita katakan setelah menikah saat kita meminta beliau hadir di resepsi kita.Kau setuju?" kata Dirga dengan antusias. Nadine langsung mengangguk tanda setuju. Ia merasa sangat bahagia, apa yang selama ini ia impikan akan sege
Seperti biasa jika datang ke rumah Arnold, Sanjaya selalu naik angkutan umum. Dia merasa sedikit malu karena motornya tidak sebagus milik Arnold. Saat ia baru saja hendak memencet bel, seorang gadis cantik muncul dari balik pintu."Hai, Jay ... Kau mau bertemu dengan Arnold? Dia ada di dalam, aku baru saja mau pulang," sapa gadis itu dengan ramah.Sanjaya tersenyum, setiap kali berhadapan dengan gadis itu ia selalu saja merasa salah tingkah. Kinasih, dia gadis impian dan idaman hampir semua pemuda di kampus."Kau pulang dengan siapa?" tanya Sanjaya."Taksi. Ya sudah, aku pulang, ya. Aku pikir tadi siapa yang sedang Arnold tunggu. Kalau tau begitu, kita bisa mengerjakan tugas bersama.""Tidak apa , Kin." Kinasih pun tersenyum dan langsung melangkah pulang. Sanjaya pun segera masuk ke dalam. Sudah biasa jika ia masuk dan langsung menuju kamar Arnold. Saat berjalan melewati rua
Sanjaya menatap tak percaya dengan apa yang ia lihat di dalam kotak. Foto ibunya dengan orang yang selama ini ia kenal. Dan selembar surat yang menyatakan jika mereka sudah menikah siri. Hanya 6 bulan sebelum kelahirannya. Dalam pikiran Sanjaya adalah, ibunya telah dibuang dan ditinggalkan begitu saja. Sementara orang yang seharusnya bertanggung jawab hidup tenang bergelimang kemewahan. Ini tidak bisa dibiarkan. Suatu hari aku akan membalasnya. Dia harus menerima balasannya. *** "Selama ini siapa yang merawat ibu?" tanya Arnold kembali membuyarkan lamunan Sanjaya."Empat tahun ini aku menggaji perawat. Padahal enam tahun lalu saat anak-anak kita menikah, ibu masih sehat-sehat saja dan begitu bahagia melihat cucunya menikah.""Kalau kau bersedia, aku akan menanggung biaya pengobatan ibumu. Kita bisa bawa beliau
Sanjaya menarik pakaian Kinasih hingga kancing kemeja yang dikenakan gadis itu lepas dan membuat kedua aset miliknya terlihat jelas. Hal itu tentu membuat Sanjaya semakin bernapsu. Tangannya masuk ke dalam pakaian Kinasih dan mulai meremas aset kembar Kinasih hingga gadis itu memekik dan menjerit."Lepaskaaan! Aku tidak sudi melakukan hal itu denganmu, Jay. Lepaskan aku!""Tidak akan, selama ini Arnold selalu mendapatkan yang terbaik. Dia boleh memiliki diri dan hatimu, tapi tubuhmu harus menjadi milikku!""Biadaaap!" teriak Kinasih. "Toloong! Tolong!" jeritnya berharap ada orang yang mendengar. Namun, apa daya kamar mereka kedap suara, tidak mungkin terdengar dari luar. Mendengar teriakan Kinasih, Sanjaya hanya tertawa tanpa menghentikan aksinya. Kali ini ia menyingkapkan rok yang dikenakan oleh Kinasih dan menarik paksa penutup tubuh inti Kinasih. Kemudian ia melepaskan pakaian dan celana yang ia kenakan, s
"Kau akan terus diam atau memberikan penjelasan kepadaku?" tanya Nadila saat sang suami pulang. Sanjaya terdiam, ia menatap istrinya dengan tajam. Nadila adalah wanita yang baik, mereka bertemu di Yogya karena Nadila tinggal di sana. Karena sering bertemu, timbul benih cinta hingga akhirnya mereka menikah. Sanjaya tau jika Nadila adalah anak manja dan juga sangat suka belanja, selain memasak dia tidak pandai mengurusi pekerjaan rumah tangga lainnya."Penjelasan apa?" tanya Sanjaya datar. Nadila mencebikkan bibirnya, "Mas, kau belum menjelaskan bagaimana kau dan Arnold adalah kakak beradik." Sanjaya terdiam, ia merasa bingung bagaimana menjelaskannya."Aku sendiri tidak tau bagaimana kami kakak beradik, Dila!""Lalu, kenapa kau bisa mengatakan dia adalah kakakmu?""Karena ibu menikah siri dengan ayahnya! Empat tahun lalu, sebelum ibu stroke dan tidak bisa bicara,
"Ibu ikut denganku ke Jakarta, ya. Aku akan merawat Ibu di sana."Sanjaya membungkuk di hadapan Kadita. Wanita yang sudah melahirkannya itu menatap kosong. Kadita sudah tidak ingin hidup lebih lama lagi sebenarnya. Namun, dia masih berharap sesuatu yang entah kapan akan tercapai."Uuh ... aaa iuaa," kata Kadita lirih sambil menggerakkan tangan kanannya. Setelah terapi sekian lama hanya tangan Kadita yang bisa digerakkan."Saya ikut juga, Pak?" tanya Ayu. Gadis berusia 28 tahun itu menatap ragu kepada Sanjaya."Loh, kalau kau tidak ikut, siapa yang mau jaga ibu?" tanya Sanjaya. Ayu menganggukkan kepalanya."Siapa tau, kan di Jakarta Bapak sudah membayar perawat yang lain," ujar Ayu. Gadis itu merasa sudah sangat dekat dengan Kadita. Ia merasa khawatir jika Kadita dirawat oleh orang lain. Usia Kadita sudah lanjut, terkadang sikapnya seperti anak kecil."Kapan kita akan berangkat, Pak? Saya harus member