Seperti biasa jika datang ke rumah Arnold, Sanjaya selalu naik angkutan umum. Dia merasa sedikit malu karena motornya tidak sebagus milik Arnold. Saat ia baru saja hendak memencet bel, seorang gadis cantik muncul dari balik pintu.
"Hai, Jay ... Kau mau bertemu dengan Arnold? Dia ada di dalam, aku baru saja mau pulang," sapa gadis itu dengan ramah.
Sanjaya tersenyum, setiap kali berhadapan dengan gadis itu ia selalu saja merasa salah tingkah. Kinasih, dia gadis impian dan idaman hampir semua pemuda di kampus.
"Kau pulang dengan siapa?" tanya Sanjaya.
"Taksi. Ya sudah, aku pulang, ya. Aku pikir tadi siapa yang sedang Arnold tunggu. Kalau tau begitu, kita bisa mengerjakan tugas bersama."
"Tidak apa , Kin."
Kinasih pun tersenyum dan langsung melangkah pulang. Sanjaya pun segera masuk ke dalam. Sudah biasa jika ia masuk dan langsung menuju kamar Arnold. Saat berjalan melewati rua
Sanjaya menatap tak percaya dengan apa yang ia lihat di dalam kotak. Foto ibunya dengan orang yang selama ini ia kenal. Dan selembar surat yang menyatakan jika mereka sudah menikah siri. Hanya 6 bulan sebelum kelahirannya. Dalam pikiran Sanjaya adalah, ibunya telah dibuang dan ditinggalkan begitu saja. Sementara orang yang seharusnya bertanggung jawab hidup tenang bergelimang kemewahan. Ini tidak bisa dibiarkan. Suatu hari aku akan membalasnya. Dia harus menerima balasannya. *** "Selama ini siapa yang merawat ibu?" tanya Arnold kembali membuyarkan lamunan Sanjaya."Empat tahun ini aku menggaji perawat. Padahal enam tahun lalu saat anak-anak kita menikah, ibu masih sehat-sehat saja dan begitu bahagia melihat cucunya menikah.""Kalau kau bersedia, aku akan menanggung biaya pengobatan ibumu. Kita bisa bawa beliau
Sanjaya menarik pakaian Kinasih hingga kancing kemeja yang dikenakan gadis itu lepas dan membuat kedua aset miliknya terlihat jelas. Hal itu tentu membuat Sanjaya semakin bernapsu. Tangannya masuk ke dalam pakaian Kinasih dan mulai meremas aset kembar Kinasih hingga gadis itu memekik dan menjerit."Lepaskaaan! Aku tidak sudi melakukan hal itu denganmu, Jay. Lepaskan aku!""Tidak akan, selama ini Arnold selalu mendapatkan yang terbaik. Dia boleh memiliki diri dan hatimu, tapi tubuhmu harus menjadi milikku!""Biadaaap!" teriak Kinasih. "Toloong! Tolong!" jeritnya berharap ada orang yang mendengar. Namun, apa daya kamar mereka kedap suara, tidak mungkin terdengar dari luar. Mendengar teriakan Kinasih, Sanjaya hanya tertawa tanpa menghentikan aksinya. Kali ini ia menyingkapkan rok yang dikenakan oleh Kinasih dan menarik paksa penutup tubuh inti Kinasih. Kemudian ia melepaskan pakaian dan celana yang ia kenakan, s
"Kau akan terus diam atau memberikan penjelasan kepadaku?" tanya Nadila saat sang suami pulang. Sanjaya terdiam, ia menatap istrinya dengan tajam. Nadila adalah wanita yang baik, mereka bertemu di Yogya karena Nadila tinggal di sana. Karena sering bertemu, timbul benih cinta hingga akhirnya mereka menikah. Sanjaya tau jika Nadila adalah anak manja dan juga sangat suka belanja, selain memasak dia tidak pandai mengurusi pekerjaan rumah tangga lainnya."Penjelasan apa?" tanya Sanjaya datar. Nadila mencebikkan bibirnya, "Mas, kau belum menjelaskan bagaimana kau dan Arnold adalah kakak beradik." Sanjaya terdiam, ia merasa bingung bagaimana menjelaskannya."Aku sendiri tidak tau bagaimana kami kakak beradik, Dila!""Lalu, kenapa kau bisa mengatakan dia adalah kakakmu?""Karena ibu menikah siri dengan ayahnya! Empat tahun lalu, sebelum ibu stroke dan tidak bisa bicara,
"Ibu ikut denganku ke Jakarta, ya. Aku akan merawat Ibu di sana."Sanjaya membungkuk di hadapan Kadita. Wanita yang sudah melahirkannya itu menatap kosong. Kadita sudah tidak ingin hidup lebih lama lagi sebenarnya. Namun, dia masih berharap sesuatu yang entah kapan akan tercapai."Uuh ... aaa iuaa," kata Kadita lirih sambil menggerakkan tangan kanannya. Setelah terapi sekian lama hanya tangan Kadita yang bisa digerakkan."Saya ikut juga, Pak?" tanya Ayu. Gadis berusia 28 tahun itu menatap ragu kepada Sanjaya."Loh, kalau kau tidak ikut, siapa yang mau jaga ibu?" tanya Sanjaya. Ayu menganggukkan kepalanya."Siapa tau, kan di Jakarta Bapak sudah membayar perawat yang lain," ujar Ayu. Gadis itu merasa sudah sangat dekat dengan Kadita. Ia merasa khawatir jika Kadita dirawat oleh orang lain. Usia Kadita sudah lanjut, terkadang sikapnya seperti anak kecil."Kapan kita akan berangkat, Pak? Saya harus member
Malam itu, Liliana dan David sengaja pergi berduaan saja. David ingin mengajak Liliana kencan. Ia membawa istrinya itu ke sebuah restoran Eropa. Ia tau jika dulu Liliana pernah makan di sana bersama beberapa teman di kantor. Itu pun menunggu gajian. Ya, David memang menyelidiki setiap kegiatan Liliana sejak masih menjadi sekretarisnya."Mas, serius kita makan di sini?" tanyanya. David mengangguk, "Aku tau, dulu setiap kali kau gajian kau selalu makan di sini. Tapi, hanya sebulan sekali, iya kan?""Mas memata-matai aku?" tanya Liliana sambil membelalakkan matanya. David terkekeh, "Ya, sejak dulu aku memang menyukaimu. Tapi, mana berani aku menggodamu.""Gombal," gerutu Liliana."Eh, aku serius sayang. Biasanya wanita-wanita yang selalu menebar pesona dan senyuman kepadaku. Tapi, kau dulu menyebalkan. Sok formal, sedikit-sedikit panggiln pak," omel David. Kali ini Liliana
Waktu setempat menunjukkan pukul setengah dua siang saat David dan Liliana tiba di bandara Charles De Gaulle, Paris. Mereka berangkat pukul 00.40 dini hari dari bandara internasional SOETA.Tampak wajah Liliana begitu yang lelah tetapi bahagia. Ia menggandeng tangan David dengan mesra hingga mereka keluar dan seorang pemuda menghampiri mereka kemudian mengajak David berbicara dalam bahasa Inggris."Mr. David Romano dari Indonesia? Saya Dimitri yang akan memandu Anda selama di Paris. Apa Anda mau langsung ke hotel tempat Anda menginap atau mau makan dulu?" tanyanya dengan ramah sambil memperlihatkan identitas."Kita makan saja dulu, setelah itu ke hotel. Mungkin hari ini kami berdua tidak akan ke mana- mana dulu karena Mrs Romano masih lelah dan sedang hamil.""Ah, baik kalau begitu saya akan membawa Anda ke sebuah distro yang menyajikan masakan Indonesia. Atau Anda mau menu lain?""Tidak apa, aku justru me
Hal yang pertama David lakukan adalah mengajak Liliana ke menara Eifel keesokan harinya. Pagi sehabis sarapan Dimitri sudah menjemput mereka. Lalu membawa mereka ke menara Eifel. David dengan senang hati mengambil potret Liliana yang tersenyum bahagia di depan menara yang terkenal di Paris itu. Tak lupa David membawa Liliana kePont des Arts Bridge, Paris, Prancis."Sayang sekali sekarang sudah tidak bisa lagi mengaitkan gembok cinta di sini," kata Liliana lirih."Memang kau mau mengaitkan gembok di sini?" tanya David sambil memandang sang istri. Liliana begitu memelas."Aku dulu sering melihat di televisi jika banyak pasangan yang mengaitkan gembok di jembatan dan membuang kuncinya. Sayang sekali ketika aku bisa ke sini sudah tidak ada lagi," keluh Liliana. David menatap Dimitri, "Mengapa dibongkar semua gembok cinta yang ada di sini?" tanyanya."P
Nadila merasa panik, ia tau jika Arnold dan Kinasih pasti sudah berangkat ke Itali sementara David dan Liliana ke Paris. Ia yakin jika Nadine pasti tidak akan ada di rumah. Ia sudah berusaha menelepon Nadine, tetapi ponsel sang putri tidak aktif. Sementara itu, ia tidak tau di mana apartemen Dirga. Ia takut jika Sanjaya akan marah jika tau Nadine dan David sudah bercerai. Ia tidak tau apa yang akan David lalukan jika ia tau anaknya itu sudah berpisah dari David. Nadine sendiri tengah menikmati harinya yang penuh cinta dengan Dirga. Tidak perlu ke luar negeri untuk menciptakan surga dunia. Mereka cukup berlibur ke puncak dan mematikan ponsel supaya tidak ada yang mengganggu.Tapi, Nadine tidak sadar jika ia sedang menciptakan neraka baginya dan juga Lilana. Sementara itu Nadila yang tidak tau lagi bagaimana cara mencegah Sanjaya untuk datang ke rumah David hanya bisa pasrah."Ke
_28 TAHUN KEMUDIAN_ "Nggak punya mata?! Nggak liat ada manusia sebesar ini? Matanya di mana?" hardik Alexandra kesal. Hancur sudah penampilannya hari ini, padahal ia sudah berdandan sejak jam lima pagi. Hari ini wawancara kerjanya. Tapi, penampilannya rusak karena tersiram segelas kopi hitam. "Kau yang tidak punya mata, kalau mau melamun ya jangan sambil jalan. Melamun dulu, baru jalan, atau seharusnya tadi ketika kau bangun tidur ya habiskan lamunanmu dulu!" bentak pemuda yang baru saja Alexandra hardik. Pemuda itu sebenarnya sangat tampan, dengan tinggi sekitar 180 CM ia tampak begitu gagah. Matanya yang coklat, dengan alis tegas dan tebal, hidung mancung dan bibir yang begitu sensual untuk seorang pria. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau terpesona denganku, kan?" ujar pemuda itu sambil tersenyum nakal. Demi Tuhaaan, senyumnya membuat Alexandra terpukau, terlebih senyum p
Pagi itu jenazah Kadita dibawa pulang dari rumah sakiit dan langsung dimandikan untuk segera dimakamkan. Kinasih, Nadila dan Nadine turun tangan untuk memandikan jenazah Kadita."Mami masih tidak percaya nenekmu meninggal secepat ini. Padahal kondisinya sudah membaik bahkan sudah sembuh dari stroke yang dideritanya," kata Nadila pada Nadine."Tidak ada yang tau takdir Tuhan, Mami," ujar Nadine. Setelah dimandikan dan diberi kain kafan, jenazah pun langsung disalatkan dan langsung dibawa ke pemakaman. Arnold dan Sanjaya bahkan ikut membawa keranda dan juga masuk ke dalam lubang kubur untuk memakamkan jenazah Kadita. Sanjaya dan Arnold menatap tanah merah di hadapan mereka. Ayu, perawat Kadita pun tampak sangat terpukul dengan kepergian Kadita yang begitu mendadak. Sementara pelayat yang lain sudah pulang, keduanya masih berada di makam Kadita."Ibumu sudah tenang di sana," kata Arnold sambil
Liliana menatap Nadine, "Mbak, tapi ...."Dirga yang mengerti maksud Liliana tersenyum."Nadine memang mengalami anovulasi, Li. Tapi, bukan berarti tidak dapat disembuhkan. Saat ini kami sedang berobat supaya Nadine bisa hamil dan kami memiliki anak," jelas Dirga.Liliana hanya mengangguk-angguk, ia memang pernah membaca dari sebuah artikel tentang anovulasi. Dan memang bisa sembuh dengan cara terapi. Tak lama acara pun dimulai dengan doa- doa setelah itu barulah diteruskan dengan acara yang lainnya. Tampak Liliana dan David begitu bahagia. Tapi, tiba-tiba saja saat acara hampir selesai Kadita yang sedang duduk dan bicara dengan Kinasih memegangi dadanya dan jatuh pingsan. Sanjaya dan Arnold yang duduk tak jauh dari Kadita langsung menggendongnya dan membawa ke rumah sakit."Cinta sejati tidak akan pernah mati,meskipun orang yang kita cintai sudah tid
Arini benar-benar menepati perkataannya. Rumah Liliana mendadak ramai, dua kamar tamu terisi dan setiap hari ada saja yang membuat Liliana tertawa geli. Arini dan Kinasih dengan semangat membagi tugas. Arini merawat Liliana dengan jamu-jamu tradisional buatannya dan juga tak lupa mengoleskan obat buatannya ke perut Liliana. Setiap pagi, Arini akan membuatkan kunyit asam sirih untuk Liliana minum setiap hari. Selain itu untuk mengembalikan bentuk tubuh Liliana seperti semula, Arini membuat jamu dengan bahan-bahan yang terdiri dari 7 gram daun papaya, daun jinten, 10 gram kayu rapet, 10 gram daun sendok, 7 gram daun iler, 7 gram daun sambilonto dan 7 gram asam Jawa. Semua bahan-bahan ini ia tumbuk halus lalu direbus dalam dua gelas air hingga mendidih. Dan, Liliana mau tidak mau meminumnya sambil memejamkan mata. Ia sama sekali tidak bisa menolak, karena Arini akan menunggunya hingga m
Pagi itu Liliana terbangun dan ia merasa perutnya terasa sedikit sakit. Baru saja ia akan melaksanakan ibadah salat subuh, tapi rasa sakit di perutnya makin terasa. Perlahan, ia membangunkan David."Mas, perutku sakit ..." keluh Liliana. David langsung membuka matanya dan menatap istrinya yang meringis kesakitan. Ia bertambah panik saat melihat ada darah yang mengalir di kaki Liliana."Ya Allah, kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu, aku panaskan mobil sebentar." David langsung mengganti pakaiannya, dan ia berlari keluar kamar. Tuti yang melihat David panik langsung menghampiri."Ada apa, Pak?" tanyanya."Ibu mau lahiran. Cepat bawakan tas yang sudah di siapkan." Kinasih yang kebetulan baru bangun pun ikut panik dan segera membangunkan seisi rumah. Untung saja seminggu sebelumnya Kinasih berinsiatif untu
"Kau suka kamar baru kita?" tanya David."Aku suka, Mas. Aku suka halaman rumah yang asri dan teduh itu, saat melihat dari balkon, aku langsung melihat taman. Oya, Mas rumah lama kita kau jual?" tanya Liliana."Iya, saat ini masih dalam proses perbaikan. Jendela yang pecah dan kunci semua diganti. Kemarin, kata Mushi ada yang berminat tapi, dia mau supaya semua direnovasi terlebih dahulu.""Terimakasih, Mas. Kau sangat memikirkan aku. Kau tau bahwa aku mungkin akan sedikit merasa trauma di rumah itu. Dan, kau berinisiatif untuk membawaku pindah rumah. Terimakasih ya, Mas.""Sama-sama, sayang."“Tapi, perusahaanmu baru bangkit kembali. Itu pun uang dari Opa, kan? Apa tidak boros ... kau membeli rumah baru ini?” tanya Liliana. David menggelengkan kepalanya perlahan.“Rumah ini aku beli dari uang yang selama ini aku simpan ditambah uang dari papa. Papa dan Opa yang menyuruh untuk pindah. Tidak mengapa, sayang ... toh rumah lam
Sudah tiga hari Liliana dan David tinggal di hotel. Dan, pagi itu David dengan wajah ceria membawa kabar gembira untuk Liliana"Apa kita bisa segera cek out dari sini, Mas?" tanya Liliana."Hmm, besok ya sayang. Kejutanku besok baru siap. Jadi, ya kau bersabar saja sampai besok." Liliana hanya mengerutkan dahinya. Ia mulai curiga melihat gelagat David. Ia yakin, suaminya pasti sedang mempersiapkan sesuatu yang sama sekali tidak ia duga sebelumnya."Mas, beritahu aku kau sedang mempersiapkan apa? Kenapa aku tidak boleh pulang dulu sekarang?" tanya Liliana sambil duduk di atas pangkuan suaminya itu."Kau penasaran?""Ya jelas, Mas. Ayolah, kau ini jahat sekali. Selama beberapa hari ini, kau bahkan menyita ponsel milikku. Tidak boleh bicara dengan siapapun. Bahkan, aku tidak kau izinkan untuk sekedar berenang. Ayolah, Mas," rayu Liliana. David hanya terta
Selama dua hari Liliana tidak sadarkan diri, selama itu pula David menemani sang istri. Saat tersadar, Liliana menatap suaminya itu dengan perasaan haru sekaligus geli melihat lelaki gagah dan tampan yang ia cintai itu menangis."Kau ini lucu, Mas. Aku baik-baik saja. Sini, lebih baik kau menciumiku seperti tadi," jawab Liliana dengan suara lirih sambil menahan nyeri di punggungnya."Sakit, Sayang?""Pundakku nyeri, Mas.""Tentu saja, kau ini terkena peluru. Lain kali, jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi," ucap David lirih."Lalu, apa aku harus diam saja melihat suamiku hampir celaka? Kalau kau mengatakan bahwa kau mencintaiku dan tidak mau aku celaka, aku juga mencintaimu, Mas. Dan, aku tidak mau suami ... ayah dari anakku celaka. Jadi, tolong jangan pernah lalai untuk menjaga dirimu sendiri." David terharu mendengar jawaban sang istri. David tidak pernah mengira bahwa Liliana
Dor! Leo melepaskan tembakan, peluru nya menyerempet kaki Liliana sehingga wanita itu merosot turun dan membuat Aryo kesulitan hingga akhirnya ia melepaskan Liliana dan mengeluarkan senjata api miliknya juga dan mengarahkan pada David yang lengah. Melihat suaminya dalam bahaya, Liliana tak mengindahkan rasa nyeri pada kakinya, dengan sekuat tenaga ia bangkit dan menghambur ke dalam pelukan David. Namun, sebuah peluru yang sudah terlanjur di lepaskan menembus ke punggung Liliana. Melihat itu, KOMPOL Leo melepaskan kembali tembakan untuk melumpuhkan Aryo dan Yudi. Sementara David yang melihat darah dari punggung Liliana meraung dan memeluk sang istri. Sanjaya segera berlari dan menghampiri David dan Liliana."Kita bawa istrimu ke rumah sakit, biar Bang Leo yang mengurus sisanya. Ayo, kau bawa ke mobilky, cepaaat Dave!!!" seru Sanjaya. David pun menurut dan segera menggendong Liliana ke dalam mob