Home / Romansa / KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU / 17. ADA APA DENGAN ERLAN?

Share

17. ADA APA DENGAN ERLAN?

last update Huling Na-update: 2024-12-12 20:08:53

Dikarenakan kondisi Rania yang sudah membaik, Dokter pun sudah memperbolehkan Rania untuk pulang tentu dengan pengawasan ketat dari Desi.

"Apa Mommy sudah dapat kabar soal Ibu?" tanya Rania cukup cemas, terpancar dari raut wajahnya yang tampak gelisah lantaran sampai detik ini nomor Vera belum bisa dihubungi sama sekali.

Desi menggeleng, "belum, Sayang. Kenapa ya, kok nomornya enggak bisa dihubungi kayak gini? Mommy juga ikut cemas sama keadaan Ibu kamu."

Dia duduk di samping Rania, membelai kepala menantu kesayangannya itu.

"Rania juga bingung, kenapa tiba-tiba nomor Ibu enggak aktif gini? Apa sudah terjadi sesuatu sama Ibu?" tebak Rania menduga-duga.

"Ushh, jangan ngomong gitu, enggak baik, Sayang. Kita harus tetap berpikir positif. Mungkin aja hp Ibu kamu lagi rusak atau ada hal lain yang membuat nomor Ibu kamu tidak aktif ..."

"Kita berdoa yang terbaik untuk Ibu kamu, Sayang. Kita berdoa, supaya dia baik-baik saja di sana."

Desi mengulas senyuman kecil, sedangkan Rania mengang
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    18. HINAAN ERLAN

    "Pak, bukannya banyak kasus ya. Dia yang suaranya paling besar, ternyata pelaku sebenarnya." Dia menyunggingkan bibirnya, penuh kemenangan. Erlan langsung membalikkan suasana. Secara tidak langsung, dia menyerang gadis belia itu dengan kalimatnya barusan."Kenapa Bapak tidak tanyakan ke dia? Mungkin saja, dia lah yang sudah membuat Rania sakit?" cecar Erlan lagi. "Saya bukan seseorang yang akan melakukan hal licik hanya untuk menjatuhkan lawan. Jika, saya mau, saya akan menjatuhkannya dari depan, bukan sembunyi-sembunyi seperti pengecut."Mereka yang mendengar pun termangu. Takjub dengan Erlan. Namun, tidak dengan gadis belia yang tadi menyerang Erlan. Dia tampak sangat kesal. Mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, seolah siap untuk melayangkan pukulan pada wajah Erlan."Tenang dulu semuanya. Jangan ada keributan di sini," ucap pria setengah baya itu, berusaha untuk melerai kehebohan yang terjadi di dalam kelas.Erlan dan gadis belia itu, saling menjatuhkan tatapan tajam. Entah ada

    Huling Na-update : 2024-12-12
  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    19. ADA APA?

    Rania masuk ke kamar. Dia berlari menuju lemari yang berada di sudut ruangan ini. Dia buru-buru mengeluarkan koper yang disimpan di dalam lemari.Rania meletakkan koper itu di lantai, dia membuka resleting koper tersebut, kemudian dia mengeluarkan baju-baju yang ada di dalam lemari.Rania melakukannya dengan langkah terburu-buru. Tak ada lagi tangisan. Pikirannya telah dipenuhi kalimat hinaan yang dilontarkan Erlan beberapa saat lalu."Sayang." Desi termangu dari jarak lima meter. Dilihatnya sang menantu yang sedang mengemas pakaiannya. Desi berlari, mengikis jarak antara keduanya. Kedua mata tidak mampu membendung air mata yang terus memaksa untuk keluar."Apa-apaan ini, Sayang? Kamu mau kemana? Ini rumah kamu, Sayang. Rumah ini milik kamu." Dia mencoba untuk membujuk Rania agar mau mengubah keputusannya itu."Enggak, Mom. Ini bukan rumah Rania. Rania di sini cuma jadi cewek pembawa sial, seperti yang Erlan katakan."Rania menarik tumpukan pakaiannya dari dalam lemari, lalu memasukk

    Huling Na-update : 2025-01-08
  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    20. KENAPA?

    'RUMAH INI TELAH DISITA. RUMAH INI SUDAH MILIK TUAN ALEXANDER.'Tertulis di papan yang terpasang di depan pintu. "Mommy," ucap Rania lirih. Sepasang mata indahnya mulai berkaca-kaca. Desi meraih tangan Rania, menggenggamnya, memberi sentuhan hangat yang sangat diperlukan Rania sekarang."Kenapa ada tulisan kayak gitu, Mom? Apa maksudnya?" Rania bertanya-tanya. Dia menggenggam daun pintu, mencoba untuk membuka pintu itu. Namun, pintu itu terkunci."Bu! Buka pintunya, Bu!" Rania menggedor-gedor pintu, berteriak memanggil Ibu tirinya yang dalam beberapa hari terakhir hilang kontak dengannya."Bu, ini Rania! Buka pintunya, Bu! Rania pengen masuk, Bu!" Dia terus berusaha untuk minta dibukakan pintu, tanpa ia pedulikan papan tulis yang terpajang itu.Desi membuang napas berat. Bibirnya membisu. Hatinya menjerit sakit. "Buka pintunya, Bu! Ini rumah Ayah. Rania berhak masuk! Rumah ini milik Rania, Bu! Buka pintunya!"Rania berpikir, rumah ini terkunci dari dalam. Vera pasti ada di dalam, e

    Huling Na-update : 2025-01-08
  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    21. KESEDIHAN RANIA

    'Maafin Mommy. Sebenarnya Mommy sudah mengetahui masalah ini sejak beberapa hari yang lalu. Mommy tidak ingin memberitahumu karena Mommy taku, masalah ini akan mempengaruhi kesehatan kamu. Mommy minta maaf. Kamu mau kan maafin, Mommy.''Seperti apa pun Vera, kamu tetap putri kesayangannya, Mommy.''Ini cobaan dari, Allah. Kamu harus kuat, Sayang. Mommy akan ada terus di sisi kamu.'Perkataan Desi sangat membekas di benang Rania. Dia duduk di tepi ranjang. Menatap nanar objek di depannya. Kedua tangannya mengepal erat siap untuk meninjau sesuatu yang ada di sana. "Aaaaaaa!!!!" teriaknya sangat kencang. Bersamaan dengan itu.BRAK!!!Rania menyapu bersih barang-barang yang ada di atas meja rias. Parfum, bedak dan lainnya jatuh berserakan di lantai. Benda yang berbahan kaca, langsung pecah. Rania melihat pantulan dirinya yang kacau dari balik cermin. Garis bawah matanya merah. Napasnya memburu. "Aaaaaa!!!" Dia kembali berteriak, penuh rasa frustasi."Ayah! Inikah perempuan yang Ayah an

    Huling Na-update : 2025-02-02
  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    22. PERTANDINGAN BOLA VOLI

    "Selamat pagi semuanya. Hari ini Bapak ada pengumuman penting untuk kalian," ucap Agus, berstatus Wali Kelas di sini. Dia memperhatikan semua murid-muridnya. "Pengumuman penting apa, Pak?" tanya salah satu murid, menimpali.Bukan hanya dia saja yang bertanya-tanya, tetapi murid-murid lainnya pun memiliki pertanyaan yang sama.Rania dan Eva menyimak dengan serius. Sedangkan Erlan tampak memalingkan wajahnya melihat ke luar jendela. Hal seperti ini, tidak akan membuatnya penasaran. Tidak peduli, sepenting apa pengumuman itu."Pengumuman pentingnya. Dinas Pendidikan, mengadakan pertandingan Bola Voli antar sekolah tingkat kecamatan. Jadi, akan ada dua puluh sekolah di lima kecamatan yang akan bertanding, salah satunya sekolah kita. Setiap sekolah yang masuk pertandingan ini, akan mengirimkan satu tim bola voli terbaik mereka ...""Sekolah kita memiliki satu Tim terbaik. Kepala sekolah dan guru-guru lainnya telah sepakat untuk mengirimkan Tim tersebut untuk pertandingan ini.""Rania ..."

    Huling Na-update : 2025-02-02
  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    23. KISAH ERLAN

    Malam itu, seperti biasa. Erlan baru saja keluar dari salah satu tempat hiburan malam favoritnya. Dia hanya datang bersama Aldo, sahabat yang paling dipercayainya. "Lan, lu yakin bakalan balapan? Lu tadi minum lebih dari enam gelas. Gue enggak yakin, lu bakalan bisa balapan," ucap Aldo cukup cemas. "Lu ngomong apaan si, Do? Enam gelas tidak akan membuat seorang Erlan mabok, hahaha."Alih-alih berterima kasih, Erlan malah tertawa cukup keras sambil menepuk bahu Aldo. "Gue, bisa melakukan lebih dari balapan. Lu enggak usah cemas berlebihan kayak gitu. Gue bakalan pastiin ke lu, balapan kali ini gue yang jadi pemenangnya," tambahnya disertai senyuman penuh kemenangan. Aldo hanya bisa geleng-geleng kepala. "Ya dah, gue percaya, tapi kalau sampai kenapa-kenapa di jalan, gue enggak mau tanggung jawab," lanjut Aldo sambil mengacungkan jari telunjuknya. Mewanti-wanti Erlan supaya berhati-hati.Erlan mengacuhkan peringatan itu dan mem

    Huling Na-update : 2025-02-03
  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    24. PERDEBATAN RANIA DAN ERLAN

    "Kamu mau makan, Sayang?" tanya Desi seraya berjalan menghampiri putra satu-satunya itu.Erlan menghentikan langkahnya, lalu menoleh pada Desi. "Mommy, urus aja tuh, menantu kesayangan, Mommy. Erlan bisa urus diri sendiri," tuturnya dengan nada dingin.Setelah berkata demikian, Erlan langsung mengayunkan kakinya kembali, mengacuhkan perhatian Desi. Dia sempat melirik Rania sekilas. Hanya sekilas karena dirinya enggan menyia-nyiakan waktu hanya untuk memandangi istrinya. Erlan menaiki anak-anak tangga, tanpa sedetik pun dia menoleh ke belakang. Sementara Desi yang masih berdiri di posisinya, tampak bersedih. Sorot kedua matanya enggan berpaling dari Erlan. Hati kecilnya berharap, suatu saat nanti putra semata wayangnya itu, bisa berubah menjadi sosok pemuda yang mampu membawa nama baik keluarga.Rania pun menghela napas panjang, tepat saat Erlan berkata tadi. Sungguh suaminya itu benar-benar tidak memiliki hati nurani. Di saat yang lain

    Huling Na-update : 2025-02-03
  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN DAN RANIA [25]

    "RANIA! JAGA UCAPAN LU!" teriak Erlan sambil mengangkat tangan kanannya, siap untuk melayangkan pukulan. Namun, tangannya tertahan di udara. Erlan menunjukkan tatapan nanar, garis bawah matanya merah. Dia tidak menyembunyikan kemarahannya di depan Rania."Kenapa diam? Lu mau tampar gue? Sini. Tampar gue. Pukul gue. Kenapa lu berhenti, Lan?" Rania menurunkan tangan Erlan, menekan-nekan di pipinya, memudahkan suaminya untuk melakukan kekerasan.Erlan tidak melanjutkan tindakannya. Dia menarik tangannya dengan kasar, sehingga terlepas dari genggaman Rania.Erlan berdengus kesal, mengepalkan tangan kanannya kuat-kuat, menunjukkannya di depan Rania. Namun, dia menahan diri untuk tidak memukul maupun menampar. "Sitt!!!" umpatnya kesal, setelah itu melenggang pergi tanpa kata.Erlan tak melanjutkan emosinya, memilih pergi dari pada harus berlama-lama di dekat Rania. Isi kepalanya terlalu panas dan sewaktu-waktu bisa meledak kapan pun

    Huling Na-update : 2025-02-04

Pinakabagong kabanata

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [42]

    "Erlan ..." Desi memelas saat jarak antara dirinya dan sang putra kurang lebih lima meter.Erlan menoleh, tidak jadi naik motor. Tatapannya kembali menyala, menggambarkan api kemarahan yang sulit untuk dipadamkan."Ayo, Nak. Kita pulang." Desi memohon. "Mommy akan temani kamu. Kita pulang, yuk!" bujuknya kemudian mendekat.Erlan membuang pandangannya seraya menyeringai sinis dan menghela napas berat. "Mommy ngapain si ke sini segala? Ngapain Mommy nyariin aku? Selama ini, Mommy enggak pernah peduli sama aku!" "Mau aku enggak pulang satu bulan sekalipun, Mommya enggak pernah tuh nyariin aku.""Jangan ngomong gitu, Sayang. Mommy sangat menyayangi kamu, Nak. Mommy peduli. Setiap saat Mommy peduli kepada kamu, Nak. Hanya saja kamu tidak bisa merasakan kasih sayang Mommy."Rania memerhatikan pasangan ibu dan anak itu dari kejauhan. Di sini, dirinya melihat bagaimana seorang ibu sedang mengemis belas kasian dari anaknya. Meminta putranya untuk pulang ke rumah. Namun, tanggapan anaknya sep

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [41]

    [Roy! Cerita cari Erlan. Dia pergi dari rumah dalam keadaan marah.][Dia juga habis berduel dengan Aldo. Tolong kamu cari dia sampai ketemu. Saya takut dia kenapa-kenapa.] Ucap Desi cemas, dengan seseorang yang ada di ujung sambungan telepon.[Erlan tidak membawa ponselnya. Tolong kau lacak dan temukan keberadaannya bagaimanapun juga!] cerocos Desi.[Baik, Nyonya. Saya akan cari keberadaan Tuan Muda. Nyonya tenang saja.]Tak lama kemudian, sambungan telponnya berakhir. Tangannya bergetar saat menggengam benda pintarnya. Desi kemudian menghubungi nomor yang lain. Cukup lama ia menunggu, hanya terdengar dering kecil di sana.Wanita empat puluhan tahun yang masih tampak muda itu, mencoba menghubungi Aldo kembali. Kali ini ada yang menjawabnya.[Aldo! Tolong Tante. Erlan pergi dari rumah dengan penuh kemarahan. Dia naik motor tanpa membawa ponselnya.][Tante sangat takut dia kenapa-kenapa di jalan. Tolong cariin Erlan ya, Aldo. Tante mohon.][Astaga, Tan.][Ok, Tante. Aldo akan cari Erla

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [40]

    "Erlannnn! Cukup, Nak!" teriak Desi sangat kencang."Apa, Mom? Kenapa Mommy halangi Erlan buat mengatakan semuanya? Kenapa, Mom? Apa Mommy malu untuk mengakui, kalau pria bodoh itu, lebih mencintai istri orang ketimbang istrinya sendiri?" Suara Erlan tidak kalah menggebu-gebunya dari Desi. "Erlannnn!!!" Desi kembali berteriak.Rania mengangkat kepalanya. Menatap Desi yang sedang menatap nanar putra semata wayangnya. Gadis mungil itu, sedikit menebak bahwa pria bodoh yang disinggung Erlan, tidak lain adalah Tuan Davian, yang sudah tiada."Mommy, kenapa nutupin kebenarannya dari dia? Erlan tahu, Mommy pasti mau bilang kan, kalau wanita yang melahirkan dia, bukanlah plakor!" tunjuk Erlan, menatap Rania penuh dendam yang membuncah di dalam dada.PLAAAAAKKKK...Satu hamparan keras mendarat sempurna di pipi Erlan. Desi yang telah melakukannya. Saking kencangnya tamparan sampai meninggalkan bekas nyeri dan merah."Cukup! Mommy, sudah katakan! Cukup! Apa yang kamu tahu, tidaklah benar! Kebe

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [39]

    "Akhirnya, setelah empat tahun berjuang, Ayahnya Erlan mampu mewujudkan impiannya. Dia berhasil membangun sebuah bisnis yang sejak lama diinginkannya," kata Desi, memulai kembali ceritanya."Apa selama itu, Mommy terus mendampinginya?" tanya Rania penasaran.Desi mengangguk pelan, "iya, Sayang. Selama itu juga, kami tidak mengetahui kabar tentang Bundamu di sana. Dia seolah-olah telah hilang dari kehidupan kami. Tidak ada yang membahas tentang Bundamu lagi. Walaupun begitu, cinta yang ada di dalam hati Tuan Davian untuk Bundamu tidak sedikitpun berkurang."Desi kembali menghela napas berat. Selang beberapa detik, dia pun tersenyum tipis. Tatapannya seolah sedang menyusun kepingan ingatan yang hampir ia lupakan."Apa Mommy pernah merasa cemburu saat itu? Padahal kan yang menemani Tuan Davian adalah Mommy dan bukan Bundaku, tetapi mengapa dia terus mencintai seseorang yang mungkin sama sekali tidak pernah memikirkannya?" Pertanyaan Rania membuat Desi kembali mengukir senyuman tipis. Di

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [38]

    Kira-kira satu jam kemudian. Desi mengajak Rania untuk keluar kamar, meninggalkan Erlan di sana untuk bisa beristirahat."Maafkan Mommy, Sayang. Tidak sepatutnya kamu melihat semua ini." Desi memelas sambil menggenggam tangan Rania penuh rasa penyesalan.Rania menggeleng, "enggak, Mom. Mommy enggak salah sama sekali dalam hal ini."Sekarang giliran Desi yang menggelengkan kepalanya. "Enggak, Sayang. Mommy salah besar. Seharusnya sejak awal Mommy katakan semua ini, tetapi Mommy malah menyembunyikannya dari kamu."Desi bahkan tidak memiliki keberanian untuk menatap kedua mata menantunya. Begitu malu dan hancur harga dirinya, ketika sosok asli putra semata wayangnya terlihat oleh Rania. "Seperti inilah Erlan. Setiap kali dia merasa marah, maka dia akan mengajak orang lain untuk berduel, hingga salah satu dari mereka ada yang tumbang. Erlan belum mau selesai, jika dari duel ini belum ada yang terluka parah. Sering kali, dia yang mengalami kekalahan," ungkap Desi dengan suara bergetar."E

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [37]

    Erlan sudah berada di atas ring tinju. Dia sudah memakai sarung tinju, tapi tidak dengan alat pengamannya.Aldo datang, sekitar dua puluh menit setelah Erlan sampai di sana."Sorry." Aldo terengah-engah karena berlari dari area parkir takut Erlan mengeluarkan dua tanduk di kepalanya. "Lu bikin gue nunggu dua puluh menit." Erlan berkata dingin sambil mengusap-usap sarung tinjunya tanpa melirik Aldo."Jangan gitu lah, Lan. Gue butuh waktu, jarak dari sekolah ke sini, sekitar sepuluh sampai lima belas menit ...""Terus kenapa lu baru sampai dua puluh menit? Kemana lima menit itu, ah?" Erlan mengangkat kepalanya. Tatapan itu seperti singa yang hendak menerkam mangsanya. Seluruh bulu yang ada di tubuh Aldo berdiri semua."Ayo lah, Lan. Tadi itu, jalanan sedikit macet, belum lagi gue harus izin ke guru, buat keluar kelas." Sedikit memelas, tetapi alasan itu tidak akan membuat Erlan semudah itu percaya. Bruk!Erlan melemparkan sepasang sarung tinju kepada Aldo. "Cepat naik!" titah Erlan,

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [36]

    "Mau pergi kemana?" tahan Rania, tepat saat suaminya hendak mengeluarkan motornya dari area parkiran.Erlan membuka kaca helmnya. "Minggir!" tegasnya. Namun, Rania tidak mendengarkan perintah tersebut. Kedua tangannya menahan body motor itu, agar tidak bisa keluar.Erlan merasa kesal."Jawab dulu pertanyaan gue. Lu mau pergi kemana?" Rania mengulangi pertanyaannya. Kurang lebih, dia sudah memahami watak dan kebiasaan suaminya. Kali ini, tidak akan dia biarkan Erlan pergi."Bukan urusan lu!" jawab Erlan dingin, sambil berusaha mendorong motornya agar keluar dari parkiran.Di sana ada motor yang terparkir, saling berjejeran rapih. Salah satunya motor Erlan."Sekarang jadi urusan gue!" Rania tidak kalah dinginnya dari sang suami.Erlan melongok, "what? Sejak kapan, lu peduli terhadap urusan gue, ah?" Akhirnya dia turun dari motor, melepaskan pelindung kepalanya."Mulai hari ini, apa yang lu lakuin, gue harus tahu semuanya!" tegas Rania sampai kepalanya mendongak. Erlan tertawa sinis sam

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [35]

    "Ran, tuh cowok lu udah datang," senggol Eva sambil menunjukkan lirikan mata ke arah Erlan yang baru saja memasuki kelas.Langkah tegap sambil menggendong tas hitam di bahu, menunjukkan tatapan tajam penuh ambisi, membuat mereka yang melihat Erlan, merasa seperti berada di dunia lain.Rania ikut melirik suaminya sekilas, kemudian mengalihkan pandangannya dengan kasar. "Apaan si? Dia bukan cowok gue," elaknya, buru-buru membuka buku pelajaran yang tergeletak di meja.'Kenapa dia baru datang?' batin Rania, saat mengingat kembali bahwa Erlan pergi ke sekolah lebih dulu, tetapi baru sampai setengah jam setelah dirinya. Eva tertawa kecil, "ah, yang benar? Kenapa ya, gue rasa, lu sama dia punya hubungan khusus gitu?"Ucapan Eva yang cukup keras, memantik perhatian Erlan yang berdiri di sana. Secara samar-samar dia mendengar obrolan Rania dan Eva. Sorot matanya langsung menukik tajam ke arah Rania. Gadis mungil itu, sempat tertunduk, sebelum dia menghela napas panjang setelah itu."Udah ah

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [34]

    Malam semakin larut. Namun, Rania masih terjaga. Matanya enggan terpejam, walau sudah ia usahakan, tetap saja pikirannya masih melalang buana, memikirkan banyak hal. Sementara Erlan, sudah terlelap di atas ranjang menyapa mimpi.Rania beringsut dari tempat tidur. Seperti biasa, dia tidur di lantai, sedangkan Erlan tidur di ranjang. Begitulah adanya jika tidur di kamar ini. Berbeda jika tidur di kamar Desi, sudah pasti Rania mendapatkan tempat nyaman dan hangat.Rania menatap suaminya dalam-dalam. "Di balik wajah yang tenang ini, ada sebuah rahasia yang coba disembunyikan di setiap waktu," gumamnya. "Gue selalu gagal mengenali lu. Terkadang gue mikir, lu seperti pahlawan yang datang di waktu yang tepat buat nyelametin nyawa gue, tapi dari wujud pahlawan itu, ada sosok monster yang tidak bisa gue pahami.""Kenapa gue bilang gitu? Karena, di balik kehangatan lu, yang datang buat nyelametin gue, ada sosok pemarah yang terkadang bikin gue bingung.""Sumpah, Lan. Kalau lu benci gue, terus

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status