"Sungguh busuk sekali mulutmu itu berbicara Lintang, apa kau memang benar-benar tidak tahu atau kau berpura-pura buta tentang kejadian yang sesungguhnya antara aku dan suamimu Bagas? " "Halah, Ri, aku sangat tahu suamiku dia tidak mungkin begitu kalau bukan kau yang menggodanya, terlebih lagi perempuan itu adalah kamu, yah, meskipun sekarang kamu sudah jauh lebih cantik sih, itu juga karena perawatan, " ucap Lintang dengan bibir yang bergerak ke kiri dan kanan. "Cih, aku jika diberi model seperti suamimu secara gratis pun aku gak akan sudi menerimanya, suamimu itu tak ubahnya seperti najis yang harus segera dibuang jauh-jauh tau gak! " "Jangan kurang ajar kau, Ri! Biarpun begitu dia itu juga adik iparmu! " hardik Lintang merasa tak terima dengan hinaan yang keluar dari bibir Riri. "Oh ya? Tapi sayangnya aku tak pernah menganggap kau juga suamimu itu adik iparku, sejak kapan? Sejak kau dan suamimu mengusirku dan Zahra saat kami hendak meminjam secangkir beras, tapi bukan beras yang
"Pergilah sebelum aku kembali ingin membunuh dan mencincang tubuhmu! Sekali lagi aku dengar kau mengusik keluargaku tak segan-segan aku akan membungkam mulutmu dengan kulit durian yang tajam itu, pergi! " pekik Riri yang membuat Lintang terlonjak lalu lari terbirit-birit. Setelah kepergian Lintang, Riri menjatuhkan tubuhnya di sofa, rasanya tenaga Riri seakan terkuras habis setelah pertengkaran barusan. Riri memejamkan matanya sejenak lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Kamu baik-baik saja, Sayang? Minumlah dulu, tenangkan dirimu, " ucap Anam sembari menyodorkan segelas air putih, Riri menerima air tersebut lalu meminumnya hingga habis tak bersisa. "Aku baik-baik saja kok Mas, maafkan aku ya. ""Kok minta maaf, emang kamu salah apa? " "Aku sudah menghajar adikmu barusan. ""Dia hanya adik tiri, selama ini kamu juga tahu aku dengan Lintang memang tidak pernah akur, bukan aku sih tapi lebih ke Lintang nya sendiri sebenarnya, entah apa alasannya dari dulu dia selalu tak suka d
"Ya bedalah Sayang, ini kan harta warisan orangtua Fitri, makanya Mas masih bertahan sama Fitri ya karena ini. ""Yaudah sih, orangnya juga lagi dipenjara, makanya kita laporkan kasus aku ini biar dia ditambah lagi hukumannya, semakin lama semakin bagus kan, malah hartanya bisa kamu kuasai, segera kamu pindah nama jadi nama kamu, abis itu kamu cerein deh Fitri itu terus nikahin aku secara sah, beres kan? ""Hmm, benar juga kamu ya, Dek, kok Mas baru kepikiran. ""Lita gitu loh," ucap istri kedua Haris yang bernama Lita itu dengan jumawa. "Okelah, nanti sore kita ke kantor polisi buat pengaduan dial Fitri yang udah aniaya kamu, setelah hukuman Fitri diputuskan baru nanti Mas alihkan nama semua milik Fitri jadi nama Mas, eh tapi gimana caranya, Lit? ""Ish, Mas nih, gitu aja gak tau sih, gampang, tinggal suruh Mbak Fitri tandatangani pengalihan harta atas namamu kalau dia mau kita cabut laporan kita kalau misal dia gaj mau, yaudah kita gadaikan aja semuanya ini, Yah, meskipun gak seban
"Tidak dong Sayang, tidak ada batasan umur untuk seseorang menuntut ilmu, dan ini Papa rasa wajib untuk kalian, karena kelak kalian lah yang meneruskan usaha Papa di kota x juga disini. ""Gimana, Mas? " tanya Riri pada Anam. "Kalau Mas terserah kalian saja. insyaallah Mas siap kapanpun jika memang dibutuhkan, dan kalau itu memang yang terbaik kenapa enggak? ""Yaudah deh, Pa, biar Mas Anam aja dulu yang kuliah, nanti Riri menyusul.""Lho, kenapa? Kenapa enggak sekalian bareng saja? ""Iya, Dej, kalau kita berdua masuk bareng kan kita bisa lulusnya juga bareng, ""Karena, emm, karena aku pasti bakalan repot, Mas. ""Repot? Soal Zahra? Kan Zahra udah da Mama dan Bi Tina sekarang yang mengurus Zahra, jadi kamu sama Anam bisa fokus untuk belajar dan menjalani perusahaan ini. ""Ih Papa, bukan itu. ""Lalu? ""Aku gak bisa karena sekarang aku Hamil, Mas, Pa," ucap Riri dengan mata berbinar. "Kamu? Hamil? Kamu serius, Dek? " tanya Anam masih dengan keterkejutannya. "Iya, Mas, aku hamil,
Saat gadis itu hendak meninggalkan Bagas tiba-tiba Bagas menarik tangan gadis itu dan mencengkramnya dengan kuat. "Tidak ada yang bisa membantah keinginanku, kalau kau tidak mau dengan sukarela mungkin dengan sedikit paksaan aku akan mendapatkanmu, " ucap Bagas dengan senyum menyeringai. Tentu saja gadis itu tidak tinggal diam, ia memberontak, berusaha untuk melepaskan diri dari Bagas, tapi tentu saja tenaga pria jauh lebih besar dari tenaga wanita, sekuat apapun ia berusaha tetap Bagas yang memimpin kekuatannya. Hingga pada akhirnya saat gadis itu berteriak minta tolong tiba-tiba ada sebuah bogeman mentah mendarat di wajah Bagas. "Lepaskan dia bren*sek!"(POV Riri) Saat aku dan Mas Anam berniat pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandunganku, tiba-tiba aku dikejutkan sebuah suara meminta tolong. Sesaat aku dan Mas Anam saling pandang lantas kami berdua melihat kearah sebuah ruangan dimana suara itu berasal. Degh..."Itu kan ruangan untuk interview karyawan baru, dan setauku B
"Pak, tangkap bajin*an itu, dia sudah mencoba memperkosa gadis itu!" ucapku pada kedua security lalu menunjuk ke arah si gadis yang meringkuk ketakutan di pojok ruangan. "Bawa dia ke kantor polisi, Pak! " titah Mas Anam pada kedua security. "Baik, Pak, Bu. ""Lepaskan aku bren*sek! Awas kalian, aku balas nanti! " ancam Bagas sebelum akhirnya ia di gelandang menuju kantor polisi. "Bangunlah, jangan takut, bajin*an itu sudah diamankan ke kantor polisi, katakan apa yang sebenarnya terjadi!" perintahku pada gadis tersebut sembari menarik tangannya pelan dan mendudukkannya di sofa yang ada di ruangan ini. "Ma, maaf, sebelumnya Ibu siapa? ""Kenalkan aku Riri, dan ini suamiku Mas Anam. Kamu pemilik pabrik ini, dan kamu apakah calon karyawan baru? ""Iya, Bu, rencananya hari ini adalah interview, tapi saat interview Pak Bagas memberikan syarat agar aku mau menukar tubuhku dengan menjadi karyawan disini. ""Kurang ajar! Dikasih hati minta jantung, aku tak bisa lagi mentolerir ini, Mas, bi
"Iya! Jangan seenaknya kamu, Ri! Mentang-mentang sekarang sudah kaya, tapi tetap saja sifat jablaymu gak juga hilang! " kini Bu Ida yang ikut bersuara dengan lantang. Sekilas aku lihat banyak tulisan yang mereka buat di kertas besar itu, tulisan yang isinya menyudutkanku dengan mengatakan Riri sombong, Riri jablay, Riri semena-mena. "Apa maksud kalian? Aku tidak mengerti? Hati-hati kalian sudah memfitnah istriku karena aku kali ini tidak akan tinggal diam!" sentak Mas Anam membelaku. "Alah. Nam, Nam, gak usah sok membela istrimu, kami tau kamu juga aslinya tersiksa kan hidup bersama seorang wanita rendahan seperti istrimu itu? Hanya saja karena dia kaya makanya kamu sok membelanya," ucap Bu Ida dengan tatapan sinis. "Bu Ida ini ngomong apa! Jangan pernah injak harga diri istriku, dia tidak murahan, dia istri solehah, kalian pasti menyesal telah berurusan denganku! " "Tunggu, Mas, percuma melayani mereka dengan otot, kita main cantik saja, dan kalian silahkan lihat ini! " ucapku
Tapi semua itu hancur berantakan karena kedatangan Riri dalam hidup Mas Anam, Mas Anam yang tadinya menyayangiku melebihi dirinya sendiri setelah menikah dengan Riri Mas Anam jadi rada menjauh dariku. Aku sempat mengutarakan perasaanku pada Mas Anam, dan berkali-kali berusaha mengajak nya untuk berbuat hal yang patut dilakukan suami istri saat aku dan Mas Anak masih sama-sama single, tapi ternyata itu semua tidak mempan, Mas Anam selalu menundukkan pandangannya saat aku memancingnya dengan memakai pakaian yang super seksi. Hingga akhirnya aku bertemu dengan Mas Bagas dan memutuskan untuk menikah dengannya. Sejak saat itu aku semakin membenci Riri. Ternyata Mas Bagas adalah pria brengsek, yah, aku sangat tahu itu, bahkan aku juga sebenarnya tahu jika Mas Bgas yang berusaha menodai seorang gadis calon karyawan di pabrik Riri, tapi aku memang sengaja mau memfitnah Riri jika dialah yang menggoda Mas Bagas dan memfitnah Mas Bagas lalu memasukkannya ke penjara. Niatnya sih, aku ingin memba