Share

Bab 109

Author: Mutiara Sukma
last update Last Updated: 2025-02-25 21:01:34

"Biar Mas yang membukakan pintu, Dik. Kamu istirahat lah."

Mas Nadhif dengan cekatan pergi keluar. Aku pun kembali merebahkan badan. Tulang terasa remuk semua. Terlebih perut bekas operasi secarku berdenyut perih. Apa aku terlalu banyak bergerak? Sembari istighfar mencoba memejamkan mata.

Pintu terbuka.

"Dik, Ibu dan Mbak Rina datang dari Surabaya. Katanya mau melihat kamu dan si kembar." Wajah Mas Nadhif berbinar-binar. Aku pun sama. Meski, jujur saat ini aku tidak menginginkan kedatangan tamu, siapapun itu. Aku sangat lelah.

"Apa Mas cerita tentang penculikan Wildan pada Ibumu?"

Entah kenapa aku merasa kedatangan mereka karena mengkhawatirkan Wildan. Bukan hanya sekedar ingin melihatku ataupun cucu kembarnya.

"Iya, Dik. Kemarin Mas menelpon Ibu. Minta do'anya agar Wildan segera diketemukan."

Aku mengangguk angguk. Lantas bangun dan merapikan penampilanku yang pasti berantakan.

"Kalau Adik lelah, tidur ajalah, Sayang. Biar Ibu dan Mbak Rina juga Mas suruh istirahat juga."

"Tak apa,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 110

    Aku meng-Aaminkan penuh harap. Sungguh ujian diawal pernikahan ini terasa berat. Tergoda dengan mantan yang akhirnya malah menjadi bencana.Setelah sarapan aku dan Mas Nadhif langsung ke kantor polisi untuk memberikan keterangan. Semua bukti yang kami punya akan memberatkan hukuman mereka. Mas Arsen, Rani dan Erna akan menyesali apa yang telah dia lakukan.Kali ini tak ada pertemuan lagi dengan mereka. Sepenuhnya mereka kami serahkan pada pihak yang berwajib, dia sekarang menjadi tanggungjawab polisi. Mas Nadhif pun sama. Semoga benar rasa cinta yang masih ada dihatinya sudah menguap tak bersisa.Menjelang sore kami sudah sampai di rumah."Nduk, ibu ijin ke rumah Fatan, ya. Mumpung ada ibu mertuamu di sini. Ibu ada kesempatan untuk menginap di rumah mas mu. Kasihan dia selama ini selalu mengalah. Karena Ibu lebih memilih tinggal bersamamu, Nduk."Aku menoleh ke arah Ibu. Saat ini kami sedang di taman. Ibu Mas Nadhif sedang asik bermain dengan anak anak. Kebetulan mereka sedang libur k

    Last Updated : 2025-02-25
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 111

    "Ammar! Ga boleh ngomong begitu, Nak. Tahan lisannya dari berkata yang akan menyakiti hati orang lain!" Sentakku."Sudah, Dik. Tak apa. Ammar masih kecil." Mas Nadhif yang mendengar bentakan kerasku keluar dari kamarnya. "Ammar ke kamar, yuk." Mas Nadhif membawa Ammar ke kamar. Setelah itu aku tak tau apa yang dia lakukan. Aku sudah fokus dengan ibu. Jalannya yang tak bisa cepat kubantu pelan pelan."Maafkan ibu, Nak ... Maafkan Ibu. Ibu sungguh tak sengaja, Ibu tak bisa menahannya. Maafkan Ibu ..." Suara ibu bergetar."Sudah, Bu. Bukan salah Ibu. Tari juga minta maaf atas perkataan Ammar ya, Bu." Aku terus menyiram dan membersihkan tubuh ibu dengan sabun. Tubuh tua nya agak menggigil karena dingin. Memang sudah saatnya aku memiliki water heater agar ibu tak kedinginan jika mandi di kamar mandi. Kemarin kemarin masih berpikir tak akan terpakai karena cuaca yang panas di jakarta ini.Tubuh bagian bawah ibu yang penuh kotoran telah kubersihkan. Kuabaikan bau menyengat yang menusuk nus

    Last Updated : 2025-02-26
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 112

    "Mana ada di omelin, Mas. Yang ada dia yang sering kena omel olehku. Seenaknya mengganti script naskahku dengan adegan-adegan tak pantas. Ya aku tak terimalah. Bisa jadi dosa jariyah nanti."Mas Nadhif menatapku tanpa mengedip. Aku jadi salah tingkah."Spek bidadari kenapa bisa dibuang begini. Sungguh Arsen telah melakukan kesalahan besar." Lirihnya.Aku menepuk dadanya, malu. "Jangan mulai lagi. Sengaja ya, bikin aku salting."Mas Nadhif melingkarkan tangannya di pinggangku."Aku bersungguh-sungguh, Dik. Setiap sujud aku selalu mendoakan keberkahan rumah tangga kita. Dipanjangkan jodoh kita hingga ke syurga. Aku tak mau perempuan lain lagi. Cukup kamu satu satunya sampai kapanpun.""Tapi, nanti di syurga kamu akan ditemani 70 bidadari yang cantik lagi wangi." Sanggahku."Tapi, aku hanya satu bidadari tempatku melabuhkan cinta dan hatiku, itu kamu, Dik."Aku tertawa geli. Melepaskan pagutan Mas Nadhif sebelum anak anak melihat. Sebentar lagi Pak Rudi pulang menjemput Alif dan Wildan.

    Last Updated : 2025-02-26
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 113

    "Ibu ...?"Aku dan Mas Nadhif bergegas berlari ke asal suara. Sepertinya berasal dari kamar ibu."Ya Allah, Ibu ..." Mas Nadhif langsung mengangkat tubuh Ibu yang tertelungkup dilantai. Aku pun bergegas membantu Ibu. Tak tega melihat tubuh tua ibu dengan susah payah hendak bangun dan merintih menahan sakit."Ibu kenapa? Kok bisa jatuh begini ?" Aku memeriksa kaki dan tangan Ibu yang sudah duduk dipinggir ranjang. Ada lebam biru disana. Sepertinya benturannya yang cukup keras. Aku baru sadar jika pakaian Ibu ternyata basah."Maafkan, Ibu ... Maafkan Ibu ... Nak Tari. Ibu hanya menyusahkan saja disini."Aku menoleh ke arah Mas Nadhif. Memintanya untuk keluar. Sepertinya ibu buang air kecil dicelana. Ibu pasti sungkan walau Mas Nadhif anaknya sendiri."Ibu buang air kecil? Nggak apa apa ayo sini Tari bersihkan." Ujarku setelah Mas nadif keluar dari kamar. Ibu memegang lenganku. "Nak, ibu kesandung saat mau ke kamar mandi. Dan ibu tak bisa menahan diri untuk tidak buang air kecil di sini

    Last Updated : 2025-02-27
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 114

    Mas Nadhif tertunduk."Aku sama sekali tidak keberatan ibu tinggal bersama kita. Hanya saja ada sedikit yang mengganjal di hatiku. Ibu seperti trauma ketika tidak sengaja buang air kecil atau buang air besar tidak di toilet. Apakah Mbak Rina memperlakukan ibu dengan baik?"Mas Nadhif menatapku dengan kening berkerut."Maksudnya gimana, dik?"Aku membenarkan posisi duduk. Perkara ini cukup sensitif untuk dibicarakan. Apalagi yang menyangkut pihak keluarga. Salah salah kata mereka akan bertengkar. Dan aku tak mau itu terjadi."Ga sih, aku hanya kepikiran aja. Apakah Ibu selama ini dirawat dengan baik oleh Mbak Rina?""Setahu Mas , Mbak Rina sangat perhatian kepada ibu. Dia melayani dengan baik. Mas juga tidak pernah absen untuk mengirimkan uang ke ke kampung untuk dia sekaligus untuk pengobatan Ibu.""Nah itu dia, Mas. Mas masih ingat nggak sewaktu Dokter bilang jika Ibu tidak pernah ke dokter untuk mengobati penyakitnya. Sehingga bisa komplikasi kemana mana. Lalu kemana uang yang selam

    Last Updated : 2025-02-27
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 115

    "Kenapa, Mas? Sepertinya Mas sangat emosi?"Nafas Mas Nadhif masih memburu. Wajahnya merah padam setelah memutuskan sambungan telepon dengan orang yang kutaksir adalah Mbak Rina.Mas Nadhif tak menjawab. Aku keluar mengambil minum dan memberikan padanya. Semoga dinginnya air bisa mendinginkan lahar amarah yang berkobar di dalam sana."Terimakasih, Sayang." Ujarnya sambil menyerahkan gelas yang sudah kosong itu padaku."Mbak Rina sungguh keterlaluan. Dia meminta Ibu menuliskan surat wasiat agar kami tidak bertengkar soal pembagian harta warisan kelak. Tapi, Mas rasa sangat tak pantas. Bagaimana perasaan Ibu jika nanti mengetahui anak anaknya ternyata menunggu kematiannya demi harta." "Astaghfirullah ... Kenapa Mbak Rina setega itu ya, Mas?""Mas juga ga menyangka. Katanya itu untuk kebaikan bersama. Jelas-jelas itu karena keserakahan dia yang menginginkan harta milik Ibu."Aku menghela napas. Memang, sepengetahuanku Mas Nadhif pernah bercerita jika Ibu memiliki beberapa hektar tanah,

    Last Updated : 2025-02-28
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 116

    Aku tersipu. Dipuji didepan muka sendiri itu sebenarnya bikin ga nyaman, tapi lumayan bikin candu."Ibu jangan begitu, Tari, bukan perempuan sempurna seperti yang ibu pikirkan. Jika pun kami akhirnya bersama, itu karena memang sudah jodoh yang Allah tetapkan."Ibu mengangguk anggukan kepalanya."Tapi ada satu permintaan Ibu kepadamu nak."Aku mengernyitkan kening."Permintaan apa, Bu?""Ibu mohon kepadamu, Nak Tari. Apapun yang terjadi tolong jangan tinggalkan Nadhif. Ibu melihat cinta yang sama pada Erna ada dimata Nadhif ketika melihatmu.""Insya Allah, Bu. Mohon doanya agar Allah selalu melindungi rumah tangga kami. "Iya, Nak."Aku tersenyum. Namun, ekspresi ibu tiba-tiba berubah."Ibu kenapa? Kok meringis? Apa ada yang sakit?" Tanyaku sedikit panik."Kaki ibu ngilu. Bekas jatuh tadi sepertinya "Aku segera berjongkok, melihat kaki ibu yang lebam karena tadi terjatuh. Benar saja, kaki ibu dibawah betis tampak bengkak dan merah. Aku ngebayangin betapa sakitnya kaki ibu sekarang."K

    Last Updated : 2025-02-28
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 117

    "Maaf, saya tak bisa memberikan tumpangan untuk mbak dan keluarga mbak di rumah ini!" dengan tegas aku menolak permintaan Mbak Rina."Tari, tak lama hanya sampai suami Mbak dapat pekerjaan disini. Mbak juga ingin membantu kamu merawat Ibu."Aku tersenyum kecut."Mbak, tolong jangan bikin aku malu, Mbak. Bawa suami dan anak anak mbak, ke kampung. Bukankah biasanya kalian juga berkebun?"Mbak Rina tertawa lirih."Aku capek hanya jadi pekerja. Sementara hasilnya Ibu yang dapat lebih banyak."Mas Nadhif menoleh ke arah kamar dimana Ibu sudah kuajak masuk. Aku tak mau Ibu mendengar percakapan kami dan menambahkan beban pikirannya."Mbak, mohon maaf saya tidak berkenan. Kalau Mbak mau merawat Ibu, silahkan mbak bawa ibu kembali ke kampung." Wajah Mbak Rina berbinar binar."Tapi, dengan satu syarat. Ibu dengan suka rela ikut dengan Mbak. Tanpa paksaan."Senyumnya kembali surut. Jelas jelas tadi Ibu tak mau ikut dan mengusir mbak Rina dari sini. Mana mungkin jika Ibu mau pulang."Atau gini a

    Last Updated : 2025-03-02

Latest chapter

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 13

    “Aku juga nggak pernah benci kamu, Nay. Aku cuma... aku terlalu takut sendirian. Aku kira kamu yang pergi karena kamu lebih kuat. Aku salah.”Kania menunduk. Ia tak bicara. Tapi matanya mulai memerah.---Hari itu, tak semua luka sembuh.Tapi untuk pertama kalinya... luka-luka itu diperlihatkan. Dan mungkin, hanya mungkin... itu awal dari penyembuhan.Saat kami berjalan keluar dari kantor itu, Nayla menggenggam tanganku.“Aku tahu ini belum selesai, Lif,” katanya pelan. “Tapi setidaknya... aku nggak sendirian lagi.”Aku memeluknya.Dan di kejauhan, Bunda berdiri menunggu di samping mobil, tersenyum... seolah berkata: selamat datang di awal yang baru, Nak.---Oke! Kita langsung lanjut ke Bab 9 – Ketika IB Mengeluh Season 3. Kali ini kita gali sisi kelam Kania… rahasia yang selama ini dia sembunyikan, dan dampaknya akan bikin keluarga ini makin terbelah. Siap-siap baper, emosi, dan greget!---Hujan mengguyur deras malam itu. Tapi aku tetap nekat ke rumah Bunda. Nayla ingin bertemu Kan

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 13

    Sudah dua minggu sejak aku dan Nayla pindah sementara ke rumah lama. Rumah kecil yang dulu penuh kenangan masa kecilku, kini jadi tempat pelarian sementara dari prahara yang meracuni rumah besar kami.Tapi masalah rupanya ikut pindah.Hari itu, pagi yang harusnya tenang berubah jadi awal dari babak baru—yang jauh lebih rumit dan panas.Nayla duduk di ruang tamu, memandangi layar ponsel. Air matanya menggenang tapi tak jatuh. Tangannya gemetar, bibirnya bergetar.“Ada apa?” tanyaku, duduk di sampingnya.Ia menyodorkan ponsel. Sebuah video. Direkam diam-diam, entah oleh siapa. Isinya? Naira dan Kania. Sedang duduk di sebuah kafe, tertawa... lalu mulai membicarakan Nayla."Makanya gue tuh heran, Nayla bisa-bisanya ngerasa jadi korban.""Padahal dia tuh dulu anak emas Ibu, dikasih segalanya. Giliran Ibu meninggal, dia kabur bawa semua warisan!""Dan dia masih bisa hidup enak, ya? Ngumpet di rumah suaminya yang kaya itu. Sementara kita dibuang kayak sampah."Suara Kania terdengar getir. Da

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 12

    “Karena aku juga bingung, Nay... Aku takut salah langkah. Aku takut makin nyakitin kamu atau Wildan.”“Tapi kamu suamiku, Mas. Seharusnya aku yang kamu pilih untuk dilindungi, walau aku tau Wildan juga adikmu. Tapi, kan kamu tahu betul jika aku tak bersalah.”Aku menelan ludah. Nayla benar. Dan rasanya, baru kali ini aku benar-benar merasa seperti suami yang gagal.“Maaf.”“Kalau maaf bisa nyembuhin semuanya, nggak akan ada rumah tangga yang retak, Mas,” katanya lirih.Lalu dia bangkit. Aku meraih tangannya."Nay, maafkan aku..aku berjanji ini tak akan terulang lagi. Aku akan selalu melindungi kamu apapun yang terjadi." Nayla menatapku dengan tatapan ragu. Ya Allah, sungguh istriku sendiri sudah kehilangan kepercayaan padaku. Apa yang harus aku lakukan?---Malamnya, aku duduk sendirian di ruang tamu. Merenung. Ponselku kembali bergetar.Nomor tak dikenal. Lagi."Kau pikir sudah tenang sekarang? Ulang tahun Gio tinggal dua minggu. Pastikan kau hadir. Karena malam itu... akan jadi mal

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 11

    Pagi itu, aku bangun lebih awal dari biasanya. Sinar matahari menyelinap dari sela tirai, tapi tidak mampu menghangatkan udara dingin yang menggantung di rumah ini.Koper-koper sudah tertata di depan pintu. Aku dan Nayla memutuskan pindah sementara ke rumah lama kami—saran Bunda, demi menenangkan semuanya. Tapi rasa bersalah tetap menempel di dadaku, seperti luka yang belum mengering.Nayla diam saja sejak semalam. Wajahnya pucat, matanya bengkak. Tapi dia tidak menangis lagi. Dia hanya... kosong. Dan itu lebih menyakitkan.“Udah siap?” tanyaku pelan.Nayla mengangguk.Aku menggenggam tangannya. Dia tidak menggenggam balik.Saat kami keluar dari kamar, semua orang sudah berkumpul di ruang tengah. Bunda, Abrar, Ammar, Alisa, dan Aleeya. Wildan berdiri di depan jendela, membelakangi kami.“Maaf, semua,” ucapku lirih. “Aku dan Nayla akan pergi sementara. Bukan karena ingin kabur, tapi karena kami butuh ruang.”Bunda mengangguk, lalu memeluk Nayla erat-erat.“Jaga dirimu ya, Nak. Jangan p

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 10

    Pesan masuk dari nomor tak dikenal.“Kamu pikir pengakuan anak akan menyelesaikan semua? Aku belum selesai. Lihat saja apa yang akan terjadi di ulang tahun Gio bulan depan.”Aku terdiam.Ulang tahun?Berarti... ancaman ini belum berakhir.Bukan hanya tentang Naira.Bukan hanya tentang Wildan.Ada seseorang lain... yang masih ingin melihat keluarga kami hancur.***Siap banget! Kita lanjutkan dengan drama rumah tangga yang makin panas, penuh emosi, dan bikin pembaca gregetan. Kali ini, hubungan antar anggota keluarga makin diuji... terutama antara Tari, Nayla, dan Wildan—sementara masa lalu terus menghantui dan benih-benih luka baru mulai tumbuh. Yuk, lanjut ke Bab 7 yang makin dramatis!---Sudah lima hari sejak kedatangan Naira dan Gio, tapi bayangannya masih menempel di dinding-dinding rumah ini. Bahkan aroma bajunya terasa tertinggal di sofa, seperti ia belum benar-benar pergi.Wildan berubah. Ia jadi lebih pendiam. Lebih sering termenung sendirian di balkon kamar atas. Tak ada lag

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 9

    Satu minggu setelah malam pengakuan itu, rumah kami seperti ladang ranjau.Setiap langkah, setiap tatapan, setiap bisikan... bisa meledakkan luka.Wildan jarang bicara. Nayla hampir tak pernah keluar kamar.Dan aku... aku berusaha tetap jadi “kepala keluarga” yang utuh. Tapi sebenarnya aku sendiri limbung.Sampai suatu sore, ketika hujan deras mengguyur dan suara petir saling sahut, bel rumah berbunyi.Bunda yang membukakan pintu.Dan di sanalah dia.Seorang perempuan muda berdiri di ambang pintu, dengan wajah pucat, mata lelah, dan tubuh yang tampak menggigil. Di sampingnya, berdiri seorang bocah kecil—sekitar empat tahun—berpayung biru, memeluk kaki ibunya dengan erat.“Naira...” bisik Bunda, nyaris tidak percaya.Aku berlari ke depan. Wildan yang sedang duduk di tangga langsung berdiri terpaku.Naira mengangkat wajah. Matanya menatap kami satu-satu.Lalu berkata dengan tenang, “Aku nggak datang buat minta maaf atau minta diampuni. Aku cuma mau satu hal: anakku diakui.”Semua membek

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 8

    “Aku nggak bisa tidur semalaman,” katanya lagi, duduk di sebelahku, berbalut cardigan panjang. “Aku tahu aku salah. Tapi aku... aku cuma pengen kita semua hidup tenang.”Aku menatapnya. “Tenang dengan menyimpan rahasia sebesar itu, Nay? Kamu tahu kan Wildan itu adikku.”“Aku tahu.” Suaranya nyaris seperti bisikan. “Dan justru itu yang bikin aku bingung, Mas. Kalau aku jujur dari awal kamu pasti marah. Kamu pasti hancur.”Aku tertawa kecil—pahit. “Dan sekarang aku nggak hancur?”Dia menunduk.Aku ingin marah. Tapi aku juga tahu, Nayla nggak sepenuhnya salah.Semua ini... rumit.***Siangnya, rumah mulai ramai. Ammar pulang dari Bandung. Abrar juga akhirnya turun dari kamarnya, setelah sekian lama mengurung diri. Nayla sudah menyiapkan makan siang bersama.Tapi suasananya... dingin.Alisa dan Aleeya duduk di pojok ruang makan, tak bicara banyak. Mereka hanya saling pandang setiap kali nama “Wildan” atau “Naira” disebut.“Mbak,” kata Ammar akhirnya memecah sunyi, “aku nemu sesuatu di Twi

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 7

    Malam itu, aku menatap Nayla dengan perasaan campur aduk.Aku mencintainya, tentu. Tapi... apa mungkin aku sebenarnya nggak benar-benar mengenalnya?Aku mengamati wajahnya yang tertidur di sebelahku. Damai. Tenang.Tapi kata-kata Wildan masih terngiang-ngiang di kepalaku:“Nama belakang pengirim surat itu sama dengan nama keluarga Nayla.”Aku tahu, Nayla anak tunggal. Tapi... dia pernah bilang punya sepupu-sepupu dari pihak ayahnya yang tinggal di luar kota. Salah satunya, katanya, sempat dekat banget pas kecil... tapi sekarang udah lost contact.Entah kenapa, perutku terasa mual mendadak.---Keesokan harinya, aku sengaja mengambil cuti dari kantor. Tujuanku jelas: aku harus cari tahu.Aku mulai dengan menyelidiki keluarga besar Nayla—sesuatu yang seharusnya kulakukan sebelum menikahinya.Dari hasil penelusuran online dan tanya-tanya ke kerabat yang datang waktu lamaran, aku mendapat satu nama mencurigakan:Kania Hanafiah.Nama ini juga yang muncul di sudut kecil amplop surat yang di

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 6

    “Mas,” Nayla keluar membawa jaketku. “Dingin.”Aku menyambut jaket itu dan menatap istriku. “Kamu yakin dia nyebut nama Naira?”Nayla mengangguk pelan. “Aku enggak salah dengar. Dia nangis, Mas. Dan wajahnya penuh rasa bersalah.”Aku terdiam, mencoba mencerna. Wildan bukan tipe cowok sentimentil yang gampang nangis, apalagi sampai ngomong sendiri tengah malam. Itu bukan Wildan yang aku kenal.---Hari itu berlalu seperti biasa. Tapi ada satu hal yang terus menarik perhatianku: Wildan.Dia lebih pendiam dari biasanya. Setiap ditanya tentang aktivitasnya selama di Jogja, dia hanya menjawab pendek-pendek. Bahkan saat ditanya soal syuting, dia cuma bilang, “Lagi vakum.”Sampai akhirnya, saat malam mulai turun dan rumah mulai sepi, aku nekat mengetuk pintu kamarnya.Tok tok.“Dan, bisa ngobrol sebentar?”Suara di dalam kamar terdengar berat. “Masuk aja.”Aku membuka pintu perlahan. Wildan duduk di pojok kasur, hoodie masih dipakai meski udara cukup panas.“Ada apa, Kak?” tanyanya pelan.Ak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status