Share

78

Penulis: Cahyo Sumarsongko
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Rasanya cukup nikmat dipijat gadis cantik ini. Begitu juga dengan Tirtasari yang nampak nyaman.

Para pemijat itu mirip dengan Chanthou dan Chantrea. Dari paras dan kelembutan tangannya, sepertinya bukan petarung seperti kedua putri itu. Mungkin memang seorang pemijat.

"Oh, nyaman sekali!" puji Tirtasari, "Lebih enak dari spa!"

"Terimakasih," jawab pemijatnya sedikit malu.

"Kalian mirip Chanthou dan Chantrea," komentarku, "Masih ada hubungan saudara?"

"Yah, kami adik mereka!" jawab pemijatku.

"Wah, benarkah?!" pekik Tirtasari.

"Tapi lain ibu!" jawab pemijatnya.

"Oh, begitu, pantas mirip! Kalian kembar juga?"

"Tidak, kami berdua juga lain ibu."

"Apa?!" balas Tirtasari tertegun dan menatapku, "Jadi ayah kalian punya berapa istri?!"

Kedua gadis itu hanya diam saja tersenyum. Sang nenek mengambil alih jawaban, "Dua belas!"

"Wow," komentar Tirtasari lagi-lagi memandangku, "Luar biasa!"

"Dia petarung terhebat di desa ini," lanjut si nenek, "Anak kepala desa sebelumnya. Pantas jika menda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KERIS MAN   79

    "Pantas, aku merasa tidak begitu asing," balasku. Kami terus melihat-lihat beberapa anak muda dan anak-anak berlatih. Lalu duduk di sebuah gubuk untuk berbincang dengan Chantrea. Sementara Chanthou dengan serius melatih para pemuda ataupun pemudi. "Kedua orang yang menyerang kalian sangat kuat," ungkap Chantrea padaku, "Cukup berbahaya! Untung saja kami kebetulan lewat. Bisa membantu kalian. Baru kali ini aku melawan musuh yang begitu kuat!""Terimakasih. Kau sudah sering bertarung?" tanya Tirtasari. "Yah! Kami harus bisa membela diri!""Mengagumkan untuk gadis seusia kalian! Berapa umurmu?""Sembilan belas tahun.""Luar biasa!""Kami harus menghadapi para penantang dari desa-desa lain. Kalau kalah, kami harus jadi istri mereka!""Apa?!" pekik Tirtasari, "Pantas kalian berlatih keras!""Dunia pertarungan kami memang begitu! Saling tantang untuk memperebutkan kekuasaan, murid atau istri.""Wah!""Selain para penantang, kami juga harus menghadapi para perampok atau pencuri.""Kemampu

  • KERIS MAN   80

    Menjelang sore, mereka menyuruh kami mandi di sungai yang berada di sisi desa. Para lelaki mandi terlebih dahulu. "Kami punya tradisi," ungkap Chantrea, "lelaki mandi terlebih dahulu daripada perempuan."Aku menuju sungai yang cukup jernih itu dengan para lelaki. Termasuk beberapa putra Kong Kea. Beberapa anak turut mandi dan bermain-bermain air bersama kami. Mereka mudah akrab. Sebagian kulihat tadi turut berlatih bela diri. Setelah selesai mandi, aku kembali ke rumah. Beberapa pemudi kemudian berganti hendak mandi di sungai. Kulihat dari jendela rumah, pemandangan sungai dapat terlihat. Chanthou dan Chantrea sedang mandi bersama gadis lain. Termasuk Tirtasari. Tubuh mereka sungguh indah. Bak para bidadari yang sedang turun dan mandi di bumi. Dan siapa sangka jika Chantrea dan Chanthou memang benar-benar keturunan bidadari?! Jadi tak sabar untuk melihat ibu mereka. Apa benar bidadari akan turun di jaman sekarang?! Atau hanya sekadar legenda yang dilebih-lebihkan?! Para peremp

  • KERIS MAN   81

    "Ia menjawab jika itu sudah menjadi takdirnya. Ia bilang jika setiap malam bulan purnama akan turun ke bumi untuk menyusui anak mereka dan melayani Kong Kea.""Begitulah, Chantrea dan Chanthou disusui oleh para wanita lain di desa yang sedang menyusui. Kong Kea lalu menikahi beberapa gadis lain.Anakku kuserahkan padanya untuk dinikahi. Kulihat Kong Kea tertarik pada keduanya. Dan mereka melahirkan Botum dan Bopha ini," tutup sang nenek mengakhiri ceritanyam"Oh, begitu rupanya," komentarku."Luar biasa!" puji Tirtasari, "Ayah kalian hebat sekali!" ungkapnya pada keeempat anak Kong Kea. "Setiap malam bulan purnama kami meneruskan tradisi perayaan ini untuk menyambut Charaya," lanjut sang nenek, "Kadang para dewa juga ikut turun untuk memberikan petunjuk kepada kami. "Wah, hebat!" puji Tirtasari. "Bagus!" imbuhku. Meski aku tak tahu harus percaya atau tidak dengan cerita itu. Tapi dunia memang penuh misteri yang tak bisa diduga.*Malam hari, pesta bulan purnama dimulai. Mereka mela

  • KERIS MAN   82

    Sembari makan, kami menikmati tarian dan nyanyian yang ditampilkan. Menu ikan dan udang mereka cukup nikmat. Apalagi dibarengi sup hangat yang berasa asam manis. Seorang istri Kong Kea duduk mendekati kami dan mengobrol. Namanya Xi Ni Xao. Berasal dari daratan Tiongkok. Parasnya cantik dan berkulit cerah. Bertubuh ideal dan terlihat seksi dengan pakaian tradisional Khmer. Eksotika Oriental yang berpadu dengan Asia Tenggara. Menambah keindahan malam.Ia mengungkapkan dirinya seorang Doktor. Peneliti sejarah dan budaya. "Kamboja, Laos, Vietnam negeri-negeri yang menarik," terangnya mengobrol ramah dengan kami, "China sejak jaman kuno ingin melebarkan kekuasaan kemari, tapi selalu gagal.""Terutama Vietnam," lanjutnya, "Mereka sangat kuat!""Tak heran dengan budaya dan kemampuan seperti ini," balasku memandangi perayaan dan kemeriahan di bawah. "Yah," jawabnya, "Vietnam termasuk negeri yang mampu menggagalkam upaya China Mongol untuk menjajahnya bersama Jawa dan Jepang. Karena itulah

  • KERIS MAN   83

    "Menarilah!" pinta para penduduk padaku dan Tirtasari yang hanya terdiam di kerumunan. "Ayo, ikut menari!" ajak Chantrea. "Apa?" balasku, "Kenapa?""Jika tak menari, kau takkan bisa melihat bidadari!" jawab Chanthou. Aku dan Tirtasari pun turut menari bersama mereka. Kemeriahan berpadu bagi semua golongan. Banyak anak-anak yang tertarik pada kami dan menari-nari bersama. Menambah kemeriahan bersama Chantrea dan Chanthou. Tirtasari nampak menikmati kegembiraan ini. Sedangkan aku terus waspada. Mungkinkah orang-orang Kerbau Merah mampu melacak kami sampai kemari?! Chantrea dan Chanthou terus menari dengan eksotis nan cantik. Begitu juga dengan para istri Kong Kea yang lain. Termasuk Xi Ni Xao, Clarette dan Karen. Bopha dan Botum tak ikut menari. Berdiam bersama nenek mereka di teras rumah mereka.. Sementara Leakhena mengawasi di pinggir lapangan. Nada dan tabuhan musik terasa asing namun juga familier. Membuat deru tarian kian menggugah hati. Beberapa lama kemudian, muncul caha

  • KERIS MAN   84

    Kami keluar dari kerumunan setelah agak lelah menari. Duduk bertiga di teras rumah Chantrea dan Chanthou. "Akan kuambil minuman!" kata Chantrea ke belakang diikuti oleh Chanthou. "Apa yang terjadi Kris?!" tanya Tirtasari saat kamu berdua saja. Orang-orang masih sibuk menari di lapangan dan sudut-sudut desa. "Entahlah," jawabku, "Akhirnya kita menikah.""Yah," balasnya tersenyum kecil. "Kau tak suka?""Hmm, suka, tapi apa yang kita lakukan di sini?!""Kau keberatan aku menikahi Chantrea dan Chanthou?""Tidak, aku tak keberatan. Bukan itu. Tapi kita punya misi bukan?!""Yah, tetap kita jalankan. Jangan sampai pernikahan menghalangi tujuan kita!""Bagus!"Chantrea dan Chanthou keluar kembali sambil membawa minuman dan makanan tambahan. Dengan lembut mereka menyajikannya kepada kami.Kami nikmati hidangan itu sambil memandangi pesta. Minum tuak dan berbagai makanan lain. Kong Kea datang dengan beberapa istrinya. Memberi kami banyak hadiah. Berbagai perhiasan dari emas dan permata.

  • KERIS MAN   85

    Mereka pun memakai kain penutup dada mereka lagi. "Ayo, ikut kami!" ajak Chantrea. Aku dan Tirtasari saling pandang. Lalu beranjak mengikuti si kembar itu untuk keluar kamar. Keduanya mengendap-endap dan sembunyi-sembunyi keluar rumah. Untung saja suasana telah sepi. Kami terus menyelinap di keheningan desa sehabis berpesta. Hanya terlihat beberapa orang yang berjaga di sudut-sudut desa dan lapangan. Menyalakan api unggun kecil sebagai penerangan. Kedua istri baruku dengan lincah mengajak kami mendekati rumah ayahnya. Seperti maling, kami mengitari rumah panggung itu, lalu mendapatkan tempat untuk mengintip dari luar dinding kayunya. Yah, kami diajak mengintip kamar Kong Kea. "Apa yang kita lakukan?" tanya Tirtasari berbisik. "Ssstt!" tegur Chantrea mengajak kami mengintip lewat sebuah lubang kecil."Kami sering mengintip lewat sini!" terang Chanthou pelan. Aku dan Tirtasari bergantian mengintip lewat lubang kecil itu. Terlihat Kong Kea sedang merebah santai di tikarnya. "Kal

  • KERIS MAN   86

    "Mari mendekatlah!" perintahku pada Chantrea dan Chanthou. "Sana, jangan malu-malu!" dorong Tirtasari lembut, "Dia suami kalian sekarang!" "Kau juga kemari Tirtasari!" perintahku, "Aku juga?!" Chantrea dan Chanthou tertawa manis. "Kau bidadariku juga bukan?!" cecarku. "Dasar perayu!" balasnya melotot mesra. Tirtasari mendekat padaku dengan mengajak Chantrea dan Chanthou. Kurengkuh ketiganya dan kuelus pundak mereka. "Kalian bidadari tercantik yang pernah kulihat!" pujiku. "Bohong!" jawab Chantrea. "Tuh, mereka saja tahu kalau kau bohong!" imbuh Tirtasari, "Ha ha ha!" Aku tersenyum dan mencium pipi Tirtasari. Kulihat si kembar menatap kami tanpa berkedip. Kulihat dada mereka kembang kempis. Barangkali bergetar akan pengalaman pertama ini. Kuelus pundak mereka berdua. sangat halus dan mulus. Kucium pundah halus itu dan kuresapi rasanya. sangat wangi dan mulus. Mereka kulihat terpejam menikmatinya. Selanjunya kuelus pipi mereka. "Aku tidak bohong!" jawabku pada Chantrea dan

Bab terbaru

  • KERIS MAN   112

    "Belum," jawab para pegawai, "Kami coba lacak dari beberapa kamera cctv yang dapat kita akses! Tapi butuh waktu lama!" "Teruskan!" perintah Dina. "Kami menemukan sesuatu," ungkap salah seorang petugas IT yang memeriksa laptop, "Lihat!" Kami bergegas menuju ke meja pegawai ahli IT yang memeriksa laptop. Terlihat progam di layar laptop seperti yang kami dapati kemarin. Hanya saja sekarang tertulis; Elistrik, Buaya Budiman, Manusia Elang serta para superhero perusahaan yang lain "Nama mereka dicentang," ungkap Tirtasari, "Mungkin menunjukkan korban yang berhasil mereka culik!" "Astaga!" kesah Dina. "Apa maksud semua ini?!* tanya High Quality Man, "Target mereka berubah?! Semula para superhero yang lain tidak ada dalam daftar!" "Entahlah," jawabku, "Apakah sebelumnya hanya mengecoh kita?! Atau memang menyesuaikan dengan apa yang ada?!" "Mereka sengaja memancing kita keluar?!" tanya High Quality Man. "Barangkali?" jawabku. "Kami dapati sesuatu," ungkap pegawai IT yang lain, "Mere

  • KERIS MAN   111

    Kalau saja Tirtasari terlambat atau kurang dalam menyemburkan air, barangkali monster itu bisa membakarku. Sebenarnya ini tindakan yang cukup nekat. Menyerap api ke dalam diri sendiri! Namun untungnya aku dapat mempercayai istriku. Barangkali ini yang dinamakan ikatan setelah pernikahan?! Sang monster perlahan terus memudar seiring hisapanku dan semburan air Tirtasari. Ia berusaha berontak dan marah. Namun tetap tak berdaya dalam jebakan kami. Dengan wajah penuh amarah, ia lalu berusaha menghujam dan menyerangku dengan ganas. Untung saja Tirtasari mampu melihatnya dan menyemburkan air padanya lebih deras sebelum mengenai diriku. Splasshh, splasshh, splasshh! Tubuh api itu kian mengecil dan akhirnya musnah ditelan air. Aku dan Tirtasari mampu bernafas lega. Masyarakat pun berteriak-teriak senang. Mereka mengelukan kami yang telah menyelamatkan mereka. Para superhero yang terkalahkan sebelumnya segera kembali ke kantor. Beberapa warga memberi mereka pakaian karena kostum

  • KERIS MAN   110

    Di sekitaran minimarket, para superhero terus berupaya melawan musuh berbadan besar dan kekar itu. Namun mereka terus kewalahan. Dihajar habis-habisan dan tersungkur lemah. "Ia akan membunuh mereka!* ungkap Buaya Budiman. Dan di area kerusuhan, para superhero kian kewalahan menghadapi para perusuh yang beringas dan bersenjatakan anaka macam. Mereka kini tersungkur hendak dikeroyok. "Kita harus membantu!" desakku. "Aku juga harus turun!" sahut Tirtasari, "Memadamkan monster api itu!" "Jangan Kris!" cegah Dina, "Tirtasari!" "Mereka bisa mati!" sahutku, "Kita tak punya pilihan lain!" "Yah, kota terancam!" imbuh Tirtasari, "Tidak ada lagi yang bisa melawan monster itu!" Dina memandang pada Bos. Dan sang manajer menghela nafas berat. "Baiklah," jawabnya, "Berhati-hatilah! Jika terdesak langsung mundur! Utamakan keselamatan kalian! Dan kalau bisa, selamatkan teman-teman di sana!" "Baik Bos!" jawabku dan Tirtasari bersamaan. "Kami ikut!" pinta Buaya Budiman dan yang lain

  • KERIS MAN   109

    Yah, orang-orang senang karena kebakaran yang melanda rumah dan lingkungan mereka mereda. Tapi mereka cukup kesal dengan bau dan entitas air sungai yang kotor dan jorok. Bahkan beberapa tumpukan sampah menimpa mereka. "Uh, siapa yang buang popok bayi ke sungai?!" keluh salah seorang warga yang tertimpa bungkusan popok bayi kotor. "Juga sampah-sampah ini?!" timpal yang lain karena terkena terpaan sampah, "Dasar! Orang-orang parah, membuang sampah di sungai!" "Kita kan juga sering begitu!" balas warga yang lain. "Ah! Iya, betul juga!" "Hei, siapa yang buang bangkai ke sungai?!" gerutu warga lain kesal karena terkena bungkusan jorok, "Bangkai apa ini?! Tikus?! Menjijikkan!" Sementara itu, superhero angin terus berusaha menyemburkan air pada sang monster. Kebakaran cukup mereda dan menyisakan titik-titik api kecil saja. Ia sekarang lebih banyak menyerang sang monster dengan semburan air sungai. Namun moster itu ternyata cukup cerdas. Ia menyeberang sungai dengan nyalanya yang mela

  • KERIS MAN   108

    Yah, monster itu menyerang helikopter yang ditumpangi paparazi. Terlihat di layar, semburan api yang mengerikan menerpa mereka. Lalu suara terbakar dan teriakan-teriakan. "Ia membakar kami!" pekik sang wartawan, "Ia membakar kita!" "Sial!" umpat Dina dan teman-teman. Terlihat dari layar lain, helikopter itu terbakar dan berputar-putar tak karuan. Sepertinya rekaman live dari seorang netizen. "Lihat itu!" teriakan orang-orang di bawah, "Awas!" Pesawat itu hendak jatuh menerpa kerumunan orang di bawah. Mereka pun panik dan berusaha menyelamatkan diri. Superhero angin segera meluncur ke bawah. Ia gunakan kekuatan angin untuk mengangkat helikopter itu ke atas dan menghindari terjatuh menimpa orang-orang. "Wuuu!" pekik orang-orang tertegun. Dengan kekuatan angin pula, sang superhero menghembuskan api di helikopter agar padam. Sang wartawan, kameraman dan pilot melompat ke bawah. Mereka pun diselamatkan dengan energi angin sang superhero. Mendarat di jalan dengan selamat.

  • KERIS MAN   107

    Dari layar terlihat beberapa perusuh nampak aneh. Tubuh mereka kecil, layaknya orang pedesaan. Menenteng berbagai senjata. Mulai dari senjata tajam hingga tongkat kayu. "Siapa kalian?!" tanya para superhero, "Sengaja membikin rusuh?! Pulanglah! Kalian tak nampak seorang demonstran!" Mereka seolah tak mau mendengar dan terus merangsek maju sambil menyiapkan senjata. Para superhero nampak waspada. "Mereka sepertinya penyusup!" ungkap beberapa polisi yang mendekat pada superhero, "Bukan bagian dari para demonstran!" "Inilah yang ditakutkan dari aksi demontrasi!" susul polisi yang lain, "Hadirnya para penyusup dan provokator?" "Mundur kalian!" bentak para polisi, "Atau kami tindak keras!" Para penyerang tak menggubris peringatan itu dan terus maju. "Biar kami hadapi!" terang para superhero bersiap. Mereka lalu saling bertarung. Para penyerang nampak ganas dan mengarahkan senjata mereka secara membabi-buta. Para superhero pun mengerahkan tenaga dan kemampuan mereka untu

  • KERIS MAN   106

    Terlihat dari video live, para superhero bantuan mulai datang. Ada dua superhero yang hendak membantu melawan monster api. Video dari para superhero bantuan pun dapat terlihat di layar. Mereka beterbangan dan meloncat-loncat dari gedung ke gedung untuk mengatasi musuh. "Bagaimana kita akan mengatasi ini?!" tanya superhero yang datang. "Entahlah, kucoba meniupnya dengan energi yang angin milikku," jawab superhero angin, "Tapi malah tambah besar!" Kebakaran pun kian melanda di sana-sini. Beberapa gedung dan bangunan terbakar. Begitu juga dengan beberapa orang yang malang. Beberapa kendaraan, baik mobil ataupun sepeda motor juga tak lepas dari kobaran api. Para pengendaranya terlihat kocar-kacir dan sebagian terbakar. "Lihat, ada yang terjebak dalam mobil!" pekik beberapa orang di bawah. Sebagian merekamnya secara live. "Ada anak-anak di dalam!" seru yang lain, "Sepertinya satu keluarga!" "Mereka akan terbakar habis!" "Superhero," panggil Dina pada para superhero yang me

  • KERIS MAN   105

    "Mohon bantuan!" pekik Manusia Elang lewat radio komunikasi. "Ada apa?!" balas Dina dari kantor. "Ada musuh yang kuat! Ia muncul dari perampokan di minimarket dan menyerangku!" "Identifikasi penyerang!" balas Dina, "Kenapa video tak muncul dari kostummu?!" "Perangkat video mungkin rusak karena perkelahian! Dia sangat kuat dan bertubuh besar! Berbaju serba hitam!" Kami saling pandang di kantor. "Kerbau Merah?!" gumam Dina padaku. "Barangkali!" jawabku. "Kami butuh bantuan!" pekik superhero lain yang menangani kebakaran. "Apa yang terjadi?!" tanya Dina. "Musuh yang kuat!" balasnya, "Berkekuatan api!" Kami kembali saling pandang dan cemas. "Ia muncul dari api kebakaran!" lanjut sang pelapor, "Sangat kuat dan besar!" "Perangkat videomu rusak?!" tanya Dina. "Entahlah! Mungkin terbakar karena panas!" "Kita harus bantu mereka!" usulku pada Dina dan yang lain. "Jangan Kris!" cegah Dina, "Kalian offline! Biar dibantu superhero lain!" "Stok superhero kita makin m

  • KERIS MAN   104

    "Semoga semua dapat kita atasi," imbuhku untuk menenangkan mereka. Kunikmati ketiga istriku dalam eksotika pemandangan kota. Chantrea dan Chanthou makin ketagihan dinikmati dalam suasana yang jauh berbeda dari pedesaannya ini. Hari berikutnya berjalan seperti sebelumnya. Kami terus waspada dan bersiaga di kantor. Hal yang cukup menjemukan bagi teman-teman yang terpaksa offline. "Jadi kapan mereka akan menyerang?!" keluh Buaya Budiman, "Nampaknya kita bosan menunggu! Apa benar mereka akan menyerang?" "Apa benar informasi yang kau dapat, Kris?!" imbuh High Quality Man. "Entahlah," jawabku, "tapi sepertinya kita harus tetap waspada!" "Jangan-jangan mereka merubah rencana?!" kesah Buaya Budiman. "Kita tak tahu apa-apa," sahut Elistrik nampak lebih santai. "Mungkin perlu kita lihat lagi laptop itu!" desak Buaya Budiman. "Kenapa?" tanya Elistrik. "Lihat saja! Barangkali ada petunjuk lain." Kami pun mengamati lagi laptop itu yang sebelumnya disimpan Tirtasari. Tak ada ya

DMCA.com Protection Status