MasukPara perusuh terus melangkah lengang. Para polisi telah menyingkir karena ketakutan. Begitu juga para warga dan pekerja di sekitar. Para perusuh itupun terus menghancurkan berbagai fasilitas dan gedung-gedung yang mereka lewati. Baik gedung perkantoran maupun pertokoan dan pusat hiburan. Orang-orang berlarian panik. Mereka menyingkir ke tempat aman. Anak-anak, orang tua ataupun peliharaan yang mereka ajak sebisa mungkin mereka selamatkan. Kekuatan super para perusuh itu memang tak bisa dianggap remeh. Mereka mampu menghancurkan berbagai benda. Baik dengan hantaman langsung ataupun hentakan energi dari jarak jauh. "Astaga," ungkap staff yang lain di ruang monitor. "Kenapa?" tanya Dina. "Mereka juga menyerang markas tentara!" Terlihat di monitor lain, beberapa orang berpakaian serba hitam menyerang markas tentara. Mereka ditembaki dengan senapan laras panjang dan otomatis. Namun tak membuat mereka bergeming. Mereka terus melangkah maju. Sebagian mengeluarkan energi dari
Yah, mereka kian tak tertandingi. Pasukan polisi itu kewalahan. Bahkan mobil-mobil mereka terhempas dan sebagian hancur. Mobil panser mereka pun tak bisa berbuat apa-apa. Diserang dengan kekuatan super para anggota kelompok Kerbau Merah. Dengan tangan kosong, salah satu di antara mereka menghentikan mobil perkasa itu. Bak atraksi adu balap, mobil itu tak bisa melaju ke depan meski sudah ditancap gasnya. Suara desing mesin, roda beradu dengan jalanan beraspal. Menimbulkan suara bising dan asap yang mengepul besar. Anggota kelompok Kerbau Merah yang lain mendekati mobil itu dan memukul dari samping. Membuat kerusakan parah pada sang kereta besi. Sebuah lubang menganga dengan penyokan yang cukup besar terlihat. Anggota polisi yang berada di dalam mobil itu terperangah. Kesombongan mereka selama ini dalam melawan rakyat kecil dengan panser luluh seketika. Baru kali ini ada orang yang mampu merusak keperkasaan penguasa itu. Dengan hantaman-hantaman keras berikutnya, mobil itu
Dengan terhempasnya para tukang parkir dan satpam, para perusuh itu semakin leluasa melamcarkan aksi mereka. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Serangan mereka terus meraja-lela. Gedung-gedung lain jadi sasaran. Terutama pusat-pusat bisnis di sekitarnya. Para pembeli berhamburan. Beberapa yang sok jago berusaha melawan. Barangkali mereka telah mempelajari ilmu bela diri. Mereka maju dibantu oleh beberapa pegawai toko atau kantor dan satpam. Dengan peralatan satpam sederhana, juga beberapa senjata yang ada, seperti kayu atau helm, mereka berusaha menyerang. Lagi-lagi dengan mudah mereka dikalahkan. Kayu-kayu tak mampu melukai gerombolan Kerbau Merah itu. Dengan mudah patah atau hancur. Dan tak butuh usaha keras, mereka dikalahkan dan terhempas kesana-kemari. Bahkan terluka parah atau pingsan. Semakin banyak orang yang nekat dan berani untuk melawan. Mereka maju dengan menggunakan senjata yang ada. Bahkan sebagian melemparkan apa saja yang mampu melukai musuh. Dengan
Penjahat makin garang. Mereka menyerang dan mengobrak-abrik kawasan perbelanjaan dan sekitarnya. Orang-orang makin ketakutan dan berlarian. Para polisi kewalahan dan terpuruk. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Sebagian orang nekat melawan, namun mereka dihajar dan terhempas tak berdaya. Yang lain pun kian ketakutan dan berlarian. Panggilan permintaan superhero datang dari aplikasi. Tertera pada layar monitor di ruang kontrol. "Banyak sekali panggilan!" terang salah seorang staf yang mengawasi. Dina hanya bisa menghela nafas. Begitu juga denganku dan bos. "Ada peristiwa lain," ujar pegawai menunjukkan layar pada bagian lain perkotaan. "Itu kantor polisi?!" tanya Dina. "Yah," jawab staf. Terlihat di layar, para perusuh lain menyerang kantor polisi. Para aparat yang berjaga berusaha menghalau merek. Namun berhasil dikalahkan dan terlempar jauh. Pasukan yang berjaga pun menembaki para perusuh itu. Namun hujan peluru tak mampu menembus tubuh mereka. Yah, mereka be
Monitor kami terhadap kelompok Kerbau Merah belum juga membuahkan hasil. Beberapa layar petunjuk belum bisa mencari keberadaan mereka ataupun teman-teman yang diculik. Tiba-tiba salah seorang staf berkata, "Apakah mereka kelompok Kerbau Merah?!" Kami lihat di layar. Hal mengejutkan terjadi. Terjadi penyerangan ke sebuah pusat perbelanjaan. Beberapa orang berpakaian serba hitam pelakunya. Mata mereka merah menyala. "Itu mereka!" kesahku. "Kenapa mereka menyerang pusat perbelanjaan?!" gumam Dina, "Hendak merampok?" "Aku harus menghadapi mereka!" kataku geram. "Jangan Kris!" cegah Dina, "Terlalu berbahaya!" "Dari mereka bisa kucari tahu dimana teman-teman!" kukuhku. "Kamu satu-satunya superhero yang tersisa!" jawab Dina, "Mungkin ini untuk memancingmu ke sana!" Aku menghela nafas dalam. "Lalu kita harus diam saja?" kesahku. "Sepertinya polisi berdatangan!" ungkap salah seorang staf. Kami lihat di layar. Beberapa mobil polisi memang terlihat berdatangan ke lokasi.
Kami pun beristirahat malam itu. Kumasuki kamar tanpa Tirtasari. Hanya ada dua istri, si kembar Chantrea dan Chanthou. Anginia dan Cahayani yang kemarin turut masuk ke kamar pun juga menghilang. Huf, perasaan galau menyesaki dada ini. Bagaimana keadaan para kekasihku itu?! Juga para sahabatku?! Semoga mereka baik-baik saja! Kelompok Kerbau Merah ini memang kian misterius dan susah ditebak! Bagaimana mereka bisa mengalahkan dan menculik teman-teman?! Segala usahaku sia-sia. Program dalam laptop itu juga membingungkanku. Kenapa target mereka berubah-ubah?! Dan selalu beraksi di saat aku tak berada di lokasi! Chantrea dan Chanthou menangkap kegelisahanku di tempat tidur. Mereka memeluk dan membelaiku mesra. "Jangan khawatir," hibur Chantrea mengusap kepala dan menciumi pipiku, "Kita pasti bisa melewati semua ini." "Yah," dukung Chanthou di sisi lainku, "Kami percaya padamu! Kita pasti bisa mengalahkan mereka!" Aku tersenyum dan membelai keduanya, "Semoga saja!" balasku







