“Saya pernah sampai tiga bulan mendekam di sini. Pulang hanya untuk mandi dan mengambil beberapa barang yang dibutuhkan. Bahkan saya sering mandi di agensi. Selama itu, tidak ada pengalaman diganggu makhluk halus.”Nami menyesal menanyakan hal yang aneh pada Samudra. Untuk mengatasi salah tingkahnya, Nami mengambil sate kambing dan mencocolkannya pada salah satu kuah yang ada di hadapannya. “Aduh, pedashhh!”Nami menyedot susu yang disodorkan Samudra. Mengatasi salah tingkah malah berakhir dengan menunjukkan kecerobohannya. “Nona tidak tahan pedas?”“Tahan, tapi bukan pedas banget begini, Mas.” Harusnya Nami membaluri satenya dengan kuah yang disamping kuah pedas. Kuah tersebut sudah dicampur Nami dengan kecap manis. Samudra menusukkan sedotan di kemasan susu selanjutnya dan kembali diserahkan kepada Nami. Nami menerimanya dan menyedotnya langsung untuk menghargai Samudra. Nami memperhatikan Samudra yang memakan satenya dengan begitu lahap. Rupanya bukan citra buatan agensi semat
“Bilangin Junaidi alias Junot kalau saya bukan siapa-siapanya, Mas.”Nami mengatakannya dengan nada yang sedikit ketus dan itu dapat ditangkap dengan baik oleh Samudra. “Saya sudah mengatakan hal itu, Nona.” Samudra menunjukkan bukti balasannya kepada Junot. Nami tetap merasa jengkel.“Lagian si Junot itu aneh. Udah bertahun-tahun mulai masih trainee temenan sama Mas Dirga, masa ngira Mas Dirga player?” Nami merasa sakit hati, karena sosok idolanya malah dikatai demikian. Mana yang mengatai juga adalah idolanya. Aduh, Nami jadi puyeng mendadak!Nami yakin sekali kalau Samudra bukan seorang player, meski sering tersandung gosip dengan banyak selebriti wanita. Memang Nami akui jika ia belum mengenal Samudra luar dalam. Namun jika memang seorang Samudra memiliki sifat-sifat negatif, Nami yakin itu bukan doyan main perempuan. “Dia begitu karena peduli pada saya, Nona.”Nami tidak berkomentar panjang lebar lagi. Bahkan ia meminta maaf pada Samudra, karena sudah seenak jidat berkomentar
“Mari saya antar pulang.”Samudra mengabaikan protes agensi dan pembahasan seru di grup chat Tupai Lapuk mengenai dirinya yang keceplosan saat live tadi yang memberitahu bahwa Arson akan bermain film action. Meski Nami mengaku tidak ada yang memarahinya akibat pulang larut setibanya di rumah. Tetap saja Samudra merasa kurang nyaman harus membuat Nami pulang jauh lebih lama dari itu. Hujan lebat diterjang Samudra. Berkali-kali Nami meminta maaf, karena membuat Samudra harus berada di tengah jalanan yang macet plus di tengah hujan deras seperti sekarang. “Sudah tanggung jawab saya harus mengantarkan nona pulang.”Namun macet di jalan tak dapat dihindari. Hujan deras malam itu membuat pohon besar tumbang di tengah jalan raya. Alhasil, banyak kendaraan roda empat yang tak bisa lewat, termasuk mobilnya Samudra. “Kita harus masuk jalan tikus.”“Emang bisa mobilnya Mas Dirga masuk jalan tikus?”“Tentu saja tidak.”Nami bingung sekarang. Jawaban Samudra membuat suasana menjadi canggung me
“Siapa yang datang?”Samudra membawa dua mangkok mie instan kuah dengan uap panas yang mengepul. Televisi di ruang tengah sudah menyala, tapi ditinggalkan Nami untuk menyambut tamu tak diundang. “Teman.” Nami sedikit tidak nyaman sebenarnya dengan kedatangan tamu tersebut. Samudra menengok ke ruang tamu. Ada seorang pria yang sepertinya ia kenali duduk di salah satu sofa tunggal. “Pacar Nona Nami, ya?” Samudra jadi was-was jika itu benar. Bagaimanapun Samudra tidak ingin menjadi sumber permasalahan. Lagipula jika itu benar pacar Nami, bukankah kesannya terlalu nekat membiarkan Samudra mampir sampai menguasai dapur?“Bukan. Teman, Mas.”Pria itu menoleh ke belakang, tepat ke arah Nami yang baru keluar membawakan minuman. Netra pria itu bertemu tatap dengan Samudra. Keduanya benar saling mengenal, meskipun tidak dekat. Samudra lebih dulu melemparkan senyum ramah, menguntai langkahnya menuju ruang tamu untuk menyapa tamunya Nami. “Eh, Chef David?” “Hai!” Chef David mengenal betul s
“Apa Chef David marah?” Nami mengangkat bahu sekilas. Nami berharap semoga saja Chef David adalah orang yang tidak mudah tersinggung. Lagipula Nami mengatakannya dengan jujur. Ia dan Chef David tidak ada hubungan apa-apa. Selain pernah melakukan kencan buta dan berakhir bertukar nomor ponsel. Chef David memang rutin menghubungi Nami di malam hari. Tentu saja di saat para majikannya tidak membutuhkannya lagi. Itu pun Nami membalas seadanya. Bukannya malas, tapi sudah dikatakan jika Nami bingung menyambung pembicaraan dengan Chef David. “Maksudnya saya serius melakukan pendekatan dengan Nami.”Satu kalimat yang membuat Nami merinding. Merinding bukan karena terkesima apalagi takut. Nami sudah hapal betul dengan para lelaki yang awalmya terkesan sat set sat set dalam mendekati sampai menjalin hubungan yang katanya lagi harus sampai serius. Namun ujung-ujungnya sama saja. Putus karena diselingkuhi, lah. Putus karena tidak direstui orang tuanya, lah. Putus karena mendapat bisikan gaib,
Mungkin Nami adalah tipe gadis yang diharuskan memiliki keahlian atau sekadar mencicipi bidang yang disukai oleh teman pria, calon pasangan, bahkan pasangan sahnya. Seperti sekarang yang akhirnya Nami menerima (yang sebenarnya sedikit terpaksa) untuk menyanyikan lagu demo yang diciptakan Samudra. Saat dirinya pergi kencan buta dengan Chef David, Nami juga diajak untuk memasak menu sederhana. Menu sederhana, tapi diajarkan dengan teknik yang belum pernah sama sekali Nami dengar selama ini. Dengan mantan-mantan pacarnya pun demikian. Nami mendapatkan banyak pengetahuan tentang bisnis, dunia perbankan, sampai dunia gaib. Ini adalah kunjungan kedua Nami di studio pribadi Samudra. Studio yang katanya hanya orang-orang tertentu yang boleh mampir. Nami tidak mau terlalu percaya diri sebenarnya, jika dirinya termasuk orang-orang tertentu itu. Hanya saja, ketika dirinya sudah dua kali diundang ke studio Samudra, sisi confident Nami meninggi mau tidak mau. “Mas, saya gugup, lho!”“Ada yang
“Harusnya kamu ikut tampil di video klip saya, Sam.” Samudra tertawa renyah. Untuk dirinya yang sedang dalam fase berusaha keluar dari masa jenuh, syuting video klip dikhawatirkan akan mempersulit kru saja nanti. “Saya ini sempat kaget pas kamu nawarin saya lagu bikinan kamu.”“Beat dan liriknya sangat cocok dengan kepribadian anda.”Penyanyi senior yang ditemui Samudra di acara party perilisan album salah satu rekan penyanyi lain itu tertawa lepas. Samudra datang ke acara itu sebenarnya terlambat. Disaat para selebriti lain bersiap berpakaian dan berdandan, Samudra malah merekam suara Nami di studio. Kalau bukan karena managernya, Rajasa membujuk untuk datang sebentar walau hanya beberapa menit, sebagai bentuk penghormatan dan menghargai kepada si pemilik pesta. Samudra bertemu dengan banyak teman-teman seprofesi di sana. Ada sesama penyanyi. Entah itu penyanyi solo, duo, trio, sampai boyband, band, atau mantan penyanyi grup. Ada produser, rapper, aktris, aktor, model, dan bebera
“Mas … To-long! Saya di Olivia 6003. To-lo…” BRAK!Malam itu adalah momen yang paling disesalkan oleh Nami. Seharusnya ia meminta penandatanganan kontrak dilakukan di kantor saja. Bukan di luar area kerja. Bukan pula dilakukan saat jam hampir dikatakan tinggi malam. Hanya karena Pak Kaze mengatakan jika ia sedang di hotel bersama anak dan istrinya, Nami merasa aman-aman saja. Harusnya mengingat bagaimana sepak terjang Pak Kaze selama ini, Nami tidak boleh sepositif thinking itu. Nami merasa jijik pada dirinya sendiri. Rasanya Nami ingin menguliti dirinya sendiri, menyingkirkan area yang disentuh oleh tangan menjijikkan seorang Kaze. Nami takut, meminta tolong dengan putus asa, dan berakhir membeku seketika. Tua bangka itu tega.Nami hanya bisa berakhir histeris. Meski ia melihat Samudra, merasakan tangan kokoh, dada bidang, dan bahu lebar orang itu melindunginya. Tetap saja Nami ketakutan setengah mampus saat mengetahui dirinya berada begitu dekat dengan lawan jenis. Trauma Nami ma